O1

5 1 0
                                    

"Ney lo udah dapet undangan belum?"

Gadis bersurai coklat yang sedang mengutak-atik laptopnya menolehkan kepalanya ke arah Meta yang duduk bersebrangan dengannya.

"Undangan apa?"

"Ini loh undangannya Sofi temen kelas kita dulu, doi mau nikah bulan depan."

"Oh belum dapet mungkin gara-gara gue nomor baru, pasti sama Hanif kan?" Adnea kembali memfokuskan dirinya terhadap laporan-laporan yang harus ia kirimkan petang nanti melalui email kepada atasannya.

"Dih sotoy, diundangannya sih nama cowoknya Farhan."

Adnea menghentikan sejenak aktivitasnya. "Hah kok bukan Hanif? Bukannya mereka udah tunangan?"

Meta cekikikan. "Kebanyakan ngelonin laporan mulu sih lo ampe kagak update berita terbaru, Hanif kan abis kepergok wikwik sama cewek lain Ney."

Gadis itu tidak dapat menyembunyikan raut wajah kagetnya. Ia hanya tidak menyangka dibalik wajah polos Hanif ternyata pria itu sama saja seperti pria brengsek lainnya. "Hm gue baru tahu, gue kira mereka bakalan ampe pelaminan."

Rasa takutnya dalam keterikatan didalam sebuah kata pernikahan semakin membesar melihat kasus-kasus perselingkuhan yang semakin tidak waras ada disekitarnya.

"Jangan bilang minat lo buat nikah makin gak ada Ney?" Sepertinya Meta dapat membaca pikirannya.

Adnea hanya tersenyum kecil. "Dari dulu minat gue buat nikah emang udah gak ada kali Met."

***

Suasana Kota Malang malam itu cukup membisingkan jalanan mungkin hal itu terjadi karena faktor akhir pekan. Mulai dari para pelajar hingga pekerja memilih untuk merilekskan pikiran mereka, ada yang hanya berdiam diri di rumah bahkan keluar untuk sekedar berkumpul dengan teman-teman.

"Buset Han perasaan baru kemarin lo diputusin ama yang onoh eh sekarang udah mau kawin aja lo sat."

"Lah si Farhan mah udah kawin kali, tinggal nikah aja ye gak Han?"

"Congor lo cok sembarangan, gini-gini gue masih menjaga kesucian ayang gue gak asal coblos-coblos kek lo pada." Farhan melototi kelima temannya secara bergantian.

Gallio tak terima. "Gue kagak pernah anjing, ngapa gue juga kena imbasnya."

"Oh iya lupa Gallio mah udah tampan,baik,pinter gak pernah aneh-aneh lagi. Pertahankan ya nak." Farhan mengelus-elus puncak kepala Gallio yang langsung mendapat toyoran dari pemuda tersebut.

"Halah halah, gak pernah kawin tapi BJ BJ lancar terus ye sama aja sat." Cibir Bara.

"BJ BJ apaan dah?"

"Anjir gue lupa selain Gallio ada si bayi gede. Udah ya Zam anak kecil gak boleh tahu."

"Bangsat, gini-gini punya gue lebih gede dari lo Han."

"Apanya tuh yang gede?"

"Saham gue lah."

Semua tertawa mendengar percakapan tersebut. Dengan cara berkumpul-kumpul seperti inilah keenam pemuda itu dapat melupakan sejenak penat mereka terutama dalam urusan pekerjaan, percintaan ataupun masalah lainnya. Masing-masing dapat meluangkan waktu saja itu adalah moment yang sangat berharga apalagi usia mereka sudah tidak semuda dulu ketika masa-masa kuliah.

'Eh tapi beneran gue masih kagak ngerti maksud dari BJ BJ apaan?"

"Dah lah Zam kita unfriend aja."

"Ngeyel banget anjing nih bocah beneran masih bayi, dah gak usah ngobrol aneh-aneh lagi kita."

"Gua beneran capek Zam ngadepin lo."

Never EndedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang