Jangan lupa buat vote and comment ya😚gue sumpahin yg udah vote sama comment bisa jadian ama ayangnya amiin HAHAHA
**
Adnea menatap lurus terhadap empat lembar undangan yang ada di meja kantornya. Bagaimana bisa dalam waktu satu bulan ia harus menghadiri empat acara pernikahan mulai dari teman sekolahnya hingga rekan kerjanya?
"Buset mbak itu undangannya banyak bener? Alamat duit bakalan banyak yang keluar tuh mbak." Tak sengaja salah satu anak divisinya melintas didepan meja kerja Adnea.
Adnea tertawa kecil. "Ya mau gimana lagi Feb masa gue gak dateng sih? Mereka udah repot-repot ngirimin undangan ke kantor juga kan."
"Iya sih mbak, tapi untung gue cuma dapat satu undangan doang itupun dari Mas Jo, Eh Mbak Ney juga dapat kan?"
Adnea mengangguk. "Dapet kok."
Feby mengacungkan ibu jempolnya. "Mantap deh, btw entar gue boleh nebeng gak mbak? Hehehe soalnya anak-anak langsung pada ketemuan di tempat."
"Oh bareng anak-anak lain juga kah?"
"Pasti Mbak Ney gak baca grup kan? Semalem kita pada rundingan tau."
Memang benar apa yang Feby katakan barusan, dirinya jarang bahkan bisa dikatakan hampir tidak pernah membuka grup kecuali didalam grup tersebut seseorang menyebut namanya. Seluruh grup yang melibatkan dirinya Adnea sunyikan, hal itulah yang membuat dirinya tidak mengetahui banyak informasi.
"Untung aku ngasih tau mbak kalau enggak Mbak Ney kesana sendirian."
Adnea terkekeh. "Iya deh yang paling tau. Makasih ya Feb."
"Sip mbak."
***
Lalu disinilah Gallio berada.
Sebuah rumah bergaya minimalis yang letaknya lumayan jauh dari hiruk pikuk kota. Ia terpaksa jauh-jauh datang kesini karena seseorang yang memiliki peran penting dalam hidupnya tengah terbaring sakit.
"Nak Gallio, kamu sudah datang? Gimana perjalanan kesini?" Seorang pria paruh baya dengan surai yang mulai berwarna putih semua menyambut bahagia kedatangan pemuda tersebut.
"Saya gak mau basa-basi, dimana ibu?"
"Oh iya ayo masuk nak."
Gallio mengikuti langkah pria tersebut yang berjalan menuju sebuah kamar. Disana ia melihat ibunya tengah terbaring sembari memejamkan kedua matanya.
"Sayang, ini Gallio sudah datang." Pria tersebut duduk dipinggir ranjang istrinya berniat untuk membangunkannya.
"Nak kamu kesini?" Wanita itu bangun lalu dibantu oleh suaminya agar bisa menyandar di headboard ranjang.
Gallio menatap sendu ke arah wajah wanita itu yang terlihat begitu pucat namun kecantikannya tidak pernah meluntur.
"Ibu sakit apa?"
Wanita tersebut tertawa melihat raut wajah kekhawatiran dari anak semata wayangnya. "Ibu cuma sakit biasa kok, masuk angin soalnya kebanyakan berkebun."
"Ibu kamu terlalu cinta dengan kebunnya sampai lupa waktu untuk beristirahat." Tambah pria itu.
Gallio berjalan mendekat kearah kursi yang ada disebelah ranjang milik ibunya. "Bu, tolong tetap jaga kesehatan jangan sampe lupa waktu begitu. Imun ibu sudah tidak terlalu kuat seperti dulu."
Pria paruh baya itu tersenyum lalu keluar dari kamar membiarkan interaksi antara anak dan ibu tersebut.
Fanny mencolek ujung lancip hidung anaknya. "Ey ibu gak setua itu ya Gal. Lagian ini kali pertama ibu sakit selama setaunan lebih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Ended
Fanfiction'Pernikahan' sama sekali tidak ada di daftar keinginan Adnea yang ingin dia jalani. Hal apapun yang berkaitan dengan pernikahan ataupun mempunyai komitmen dengan seorang pria telah Adnea singkirkan jauh-jauh dari benaknya. Karena menurutnya, semua p...