"Untung sempet ngerem," gumam Gracia bernapas lega ketika motornya berhasil berhenti sempurna sebelum menabrak pagar bambu milik tetangga customernya.
Bisa-bisa hasil ngojeknya dari siang hari habis begitu aja buat bayar ganti rugi pagar, belum lagi motornya yang kenapa-kenapa nanti. Mana cicilannya belum lunas kurang satu tahun lagi.
"Dibilangin jangan ngebut-ngebut, Kak. Aspalnya masih baru," balas sang penumpang membenarkan helm yang cukup besar untuk ukuran kepalanya yang mungil mana tadi sempat merosot sampai menutupi wajah.
"Maaf, saya lupa ternyata masih banyak pasirnya." Yori berdecak pelan sambil turun dari motor Gracia, menatap bekas ban yang tercetak diatas aspal terlihat berkelok tajam.
Beruntung Yori gak sampai terpelanting jatuh saat Gracia bermanuver untuk menyeimbangkan motornya. "Ada gunanya juga dulu bikin SIM-nya gak nembak."
Ternyata inilah alasan bapak polisi memberikan tes mengemudi dengan pola out of the blue sebagai salah satu syarat kelulusan untuk mendapatkan SIM. Karena jalanan di negara +62 ini sangat memerlukan skill akrobat juga.
"Udah aku bayar lewat Je-pay ya, Kak. Terima kasih banyak sudah diajakin sirkus," ucap Yori memberikan sindiran halus pada mbak-mbak driver cantik ini agar lain kali bisa lebih berhati-hati.
"Iya sama-sama dek Yori, jangan lupa kasih bintang limanya ya." Tak lupa memberikan kalimat keramat bagi setiap driver ojek online, agak tak tau diri mengingat dia mau bikin celaka anak orang.
Yori mengacungkan jempolnya, tak lama muncul notifikasi yang Gracia inginkan membuat senyuman driver itu mengembang sempurna. Bintang lima dari Yori.
"Udah. Duluan ya, Kak!" pamit Yori melambaikan tangan kearah Gracia sebelum berbalik badan masuk ke pekarangan rumah yang dibalas oleh perempuan berjaket ijo tersebut.
Tapi tunggu sebentar, kok ada yang kurang.
"Loh Yori, helmnya kebawa!"
° ° °
Malam sudah semakin larut, setelah mengantar Yori tadi Gracia tidak langsung kembali ke kostnya melainkan memilih untuk nongkrong sebentar di penjual susu segar langganannya sebelum memutuskan lanjut narik lagi.
Terkadang Gracia tidak narik ojek selarut ini, namun mengingat tagihan UKT sudah di depan mata dan harus segera dilunasi. Beasiswa yang dia dapatkan hanya mampu memberikan bantuan setengah dari biaya UKT-nya.
Mau tak mau dia harus bekerja lebih keras guna mendapatkan pundi-pundi rupiah. Jauh dari kampung halaman dan juga hanya mengandalkan kiriman dari orang tua yang tidak seberapa tentu saja tidak cukup, untuk hidup aja rasanya pas-pasan.
Ting!
Gracia mengalihkan perhatian pada ponsel yang langsung menampilkan aplikasi ojeknya, sebuah notifikasi orderan Je-ride dari seorang wanita kantoran dilihat dari titik jemputnya.
"Puji Tuhan, dapet yang searah sama jalan pulang. Ini yang terakhir aja deh, capek besok harus kuliah jam 10," batin Gracia segera menerima orderan dari customer terakhirnya hari ini.
"Sesuai aplikasi ya, Kak. Saya otw ke tempat Kakak."
Send
Setelah menyelesaikan pembayaran minumannya, Gracia segera naik keatas motor. Mengenakan helm dan tancap gas membelah jalanan menuju gedung perkantoran yang cukup terkenal diarea sini.
Bisa dihitung jari Gracia menerima orderan dari staff yang bekerja di perusahaan tersebut meskipun dia sering mangkal disekitar sana.
Melihat seorang wanita yang berdiri dipinggir jalan, Gracia memelankan laju motornya dan berhenti tepat di depan orang tersebut sekedar memastikan apakah benar ini orang yang memesan jasanya. "Permisi, dengan Kak Shani Indira?"