"Gembul, sini nak!"
Gracia memutar bola matanya malas saat mendengar suara sang Mama yang menggema keseluruh penjuru rumah mencari keberadaannya.
Gembul, cih gak ada nama lain yang lebih bagus kah.
Dia sangat tidak menyukai nama panggilan itu, jelas. Ini semua karena ulah Shani yang dulu memanggilnya dengan sebutan itu dan sekarang Mama Gracia sendiri yang memberikan nama Shania Gracia sejak anaknya lahir malah ikut-ikutan. Padahal nama adalah do'a kan.
Ngomong-ngomong soal Shani. Sudah lama dia tidak bertemu dengan sahabat lama sekaligus mantan pacarnya itu. Dia merindukan gadis yang semasa SMA terkenal dikalangan para guru dan murid.
Shani yang memiliki tampilan fisik sempurna. Cantik dan tinggi semampai bak seorang model, sayangnya minus akhlak. Suka bikin ribut, jarang mengerjakan PR, dan tukang godain guru pas lagi menerangkan pelajaran. Jadi gak heran ini anak bolak-balik ke ruang BK dan sering kelihatan olahraga mandiri di lapangan di jam istirahat.
Dia sendiri juga tak habis pikir kenapa dia bisa jatuh cinta pada gadis bentukan macam dia. Namanya juga cinta monyet, meskipun tak dapat dipungkiri Shani adalah cinta pertama Gracia.
"Gembul!" teriak Mama nya lagi. Oke mari kita lupakan sejenak tentang Shani, kembali ke wanita paruh baya yang tengah menghampiri Gracia sambil membawa kantong plastik berukuran besar.
Veranda Mama Gracia mendengus melihat anak gadisnya terlihat santai selonjoran di sofa sambil main game online. "Kamu tuh mau jadi istri orang, kelakuan kamu masih aja kayak gini. Gak berubah-berubah, heran deh Mama kenapa Frans mau-maunya sama kamu."
Gracia berdecak pelan mendengar omelan Mamanya. "Gre kan cantik, ketcheeeh maksimal gitchuu bahkan cowok yang lebih ganteng dari Frans aja sampe gumoh kalau lihatin aku."
Veranda memencet hidung mancung Gracia begitu alaynya mulai kumat, ngidam apa dia dulu bisa dapet anak model begini.
"Halah udah, nih tolong anterin ke rumah tante Naomi."
Gracia memusatkan perhatiannya pada Veranda, dia pinggirkan sejenak toples kue kering dari dekapannya. Tante Naomi adalah Mama Shani dan merupakan sahabat Veranda dulu sewaktu kuliah.
"Apaan tuh? Tante Naomi pesen kue ke Mama?" tanya Gracia.
"Enggak, tante Naomi gak pesen. Ini sengaja Mama pengen ngasih aja ke dia. Kamu juga udah lama gak ketemu Shani, kan? Pasti dia kangen sama kamu."
Gracia kembali mengambil toples kue keringnya, lanjut selonjoran. "Enggak ah Ma, lagian di luar hujan. Mama aja yang anterin, kan Mama bidadari."
Veranda mendengus. "Bidadari tetep bakalan basah kalau kehujanan, Gre. Buruan, Mama mau buatin kue pesenan tante Melody nih. Zara mau ulang tahun besok," paksa Veranda.
"Lagian ada mobil tuh dipake, kayak hidup di zaman batu aja." Gracia mau tak mau berdiri menuruti perkataan ibunda ratu, bisa dikutuk hujan banjir tujuh hari tujuh malam nih nih Kota Bekasi sama Tuhan seandainya dia terus membantah untuk mengulur waktu.
Males ketemu Shani.
Mengingat dulu mereka mengakhiri hubungan secara tidak baik-baik saja. Siapa yang tak marah tiba-tiba diputuskan begitu saja tanpa alasan yang jelas dan tak lama setelah itu hilang begitu saja bak ditelan bumi.
"Makasih, Gembul. Titip salam buat Naomi ya." Senyum Veranda mengembang kemudian mengecup kilat pipi tembam Gracia.
"Hmmm..."
.
.
.
Setelah menerjang hujan yang seolah enggan untuk berhenti, akhirnya Gracia tiba di kediaman Naomi. Gracia diam cukup lama di dalam mobil sambil memandangi rumah yang sama sekali tidak berubah semenjak terakhir kali dia berkunjung. Ada perasaan hangat yang menjalar dihatinya mengingat serpihan memori yang tertinggal di kepalanya tentu saja bersama Shani.