18+•••
"Sayang, ini mar-"
Shani terdiam diambang pintu rumah lalu menghela napas antara lelah dan tak tega melihat Gracia yang tengah mengandung buah hatinya sampai ketiduran di sofa ruang tengah menunggu kedatangannya dengan harapan membawa sesuatu yang dia inginkan.
Tangan Shani terulur untuk mengusap puncak kepala Gracia lalu diciumnya pipi yang semakin mengembang itu, mengusik tidur sang bidadari. Seutas senyum manis mengembang di bibir Shani. Tak henti mengucap rasa syukur kepada Tuhan karena telah memberikan pasangan hidup yang baik, pengertian, dan cantik seperti Gracia.
"Eemmhhh..." Gracia mengulat, menatap sekilas kearah Shani yang ada di depannya. Berniat menyambung tidur kembali, "Udah pulang?"
"Iya, nih martabaknya, aku udah jauh-jauh lho nyarinya, masa gak dimakan lagi?" Shani mencebikkan bibirnya seperti anak kecil.
Tadi Gracia meminta Shani untuk dibelikan pempek yang hanya dimakan sedikit, sial bagi Shani abang-abang yang jualan pempek lagi gak jualan hari ini, lagi bikin jurnal penelitian katanya.
"Kamu mau anak kita ileran?" tanya Gracia membuat Shani kelabakan. Bukan masalah anaknya nanti ileran atau enggak, melainkan air mata Gracia yang sebentar lagi akan jatuh kalau gak diturutin saat itu juga.
Tanpa membuang waktu lebih banyak, Shani segera pamit pergi menggunakan motornya mencari rumah si penjual pempek dan harus ikutan bantu cari referensi jurnal biar dua pekerjaan selesai sekaligus sementara si abang ini membuatkan pempek yang tinggal dibentuk dan digoreng.
Setelah pulang bawa pempek, tau apa yang Gracia katakan, "Sayang, kok jadi pengen martabak juga ya, martabak yang di tempat langganan kamu itu loh."
"Terus ini gimana?" tanya Shani mengangkat kantong plastik berisi pempek.
"Iya nanti dimakan, tolong beliin ya?"
Shani menghela napas lalu meletakkan pempek di meja. "Aku beliin martabak buat kamu, mau nitip yang lain atau enggak biar sekalian keluarnya."
Gracia menggelengkan kepala setelah merasa tak ada lagi hal yang dia inginkan. "Yaudah aku berangkat ya."
Mau tak mau Shani kembali menyambar helmnya untuk mencari martabak langganan mereka. Kalau saja Gracia gak ngidam, dia juga gak akan mau bela-belain beli martabak yang letaknya cukup jauh dari rumah.
.
"Gre kok tidur lagi," Shani mengguncang bahu Gracia.
Gracia yang merasa kesal menyingkirkan tangan Shani di bahunya, "Ish Shan, aku ngantuk."
"Tapi itu mar-"
"Kamu makan aja," ucap Gracia. Membuat Shani lagi-lagi harus menghela napas untuk kesekian kalinya.
"Huh, sabar Shani. Orang lagi hamil," batin Shani menguatkan dirinya sendiri.
Shani kemudian beranjak menuju dapur membuat cokelat panas sebagai teman makan martabak buat amunisi begadang nonton bola nanti. Mumpung besok hari sabtu dan gak ada kerjaan di kantor.
Setelah selesai berkutat di dapur, Shani kembali ke ruang tengah. Meletakkan secangkir cokelat panasnya di meja depan TV, sekilas menatap Gracia yang pulas tertidur. Sempat lupa akan keberadaan Gracia yang meringkuk di sofa. Kasihan.
Tanpa banyak bicara dia langsung mengangkat tubuh istrinya untuk dipindahkan ke kamar mereka. Diciumnya pipi Gracia sebelum dia menyelimuti tubuh Gracia.
"Sebisa mungkin aku akan turutin semua mau kamu agar kamu selalu merasa bahagia. Aku sayang kamu," bisik Shani.
.
"GOOOOAAAAALLLL!!!!"
Shani berseru sambil mengangkat tangannya saat team kesayangannya mencetak goal untuk kedua kalinya. Tangannya sibuk menyumpalkan martabak ke dalam mulut.
Hingga sebuah tangan melingkar di lehernya, membuat Shani yang kaget segera menoleh kearah wanita yang kini menyandarkan kepalanya di bahu Shani. Hampir aja dia kelepasan mengucapkan nama-nama binatang.
"Eh astaga, khamhu khock bhanghun sih," ucap Shani tak jelas.
"Aku nyariin kamu, kok gak ada di samping aku tadi," jawab Gracia pelan.
"Yaudah sini, duduk disamping aku," Shani menepuk-nepuk tempat kosong disebelahnya. Gracia berjalan dengan gontai memutari sofa lalu menjatuhkan tubuhnya dipelukan Shani.
Menyandarkan kepalanya di bahu Shani yang selalu menjadi spot ternyamannya. Sementara tangan Shani mengelus kepala Gracia, agar wanita itu kembali tertidur.
"Eh, jangan ditelan semua," cegah Gracia saat Shani akan memakan sepotong martabak kedalam mulutnya. Martabak itu kini tertahan di tengah mulutnya, ada yang sebagian masuk dan sebagian keluar.
Gracia tersenyum jahil, tanpa aba-aba wanita bergigi gingsul itu menyambar setengah martabak yang berada di luar mulut Shani.
Mengunyah martabak itu tanpa meninggalkan bibir istrinya yang masih diam, belum bisa mencerna apa yang dilakukan Gracia.
Gracia menjauhkan wajahnya lalu tersenyum puas bisa mencuri momen dari Shani yang kini mulai mengunyah martabak dalam mulutnya dengan pelan.
"Hmmm... ternyata makan martabak dari bibir kamu manis juga ya," gumam Gracia kembali menyandarkan kepalanya di bahu Shani.
Shani diam tak merespon, dia malah meminum cokelat panasnya yang sudah mulai dingin. "Sayang, mau lagi."
Shani mengambilkan sepotong martabak lalu mengarahkan pada mulut Gracia namun ditolak oleh wanita itu. Seakan mengerti dengan penolakan Gracia, Shani kembali melakukan apa yang dia lakukan tadi.
Menaruh martabak itu di bibirnya lalu mengarahkannya di depan wajah Gracia.
Gracia menatap mata Shani sejenak sebelum kembali melahap martabak itu dengan cukup ganas, membuat cokelat didalamnya mengotori area sekitar mulutnya.
Dengan tenang Gracia menjilati seluruh cokelat yang ada disekitar mulut Shani. Lalu kembali di bibir manisnya.
Shani yang ketagihan dengan cara baru Gracia dalam memakan martabak, dia mengulang aksi mereka hingga martabak terakhir. Bahkan Shani sengaja mengoleskan cokelat yang ada di dalam martabak ke leher Gracia.
Menjilatnya, menciuminya dengan agresif, membuat Gracia mengerang saat Shani menjilati bahkan menghisap leher putihnya.
"Shhh... Shanhn..."
Gracia menggenggam tangan Shani yang akan masuk kedalam roknya bahkan tanganya sudah meraba paha putihnya.
Gracia menangkup pipi Shani agar menatap kearahnya kemudian mencium bibir Shani cukup lama. Gracia menjauhkan wajah Shani, menatap mata yang mulai menggelap karena dirinya.
"Sayang," panggil Gracia lembut. "Kamu gak mau lukain malaikat yang ada di dalam perut aku, kan?"
Shani menjatuhkan kepalanya di dada Gracia, memeluknya erat seraya menggumamkan kata maaf. Dia lupa, nafsunya membuatnya lupa jika ada makhluk kecil yang ada di perut istrinya.
"Kamu harus tahan sampai anak kita lahir nanti."
Shani mendesah kecewa. Kemudian Shani mengangkat wajahnya disertai dengan senyum cerianya.
"Sayang, besok beli martabak lagi ya!"
Seakan mengerti arah pembicaraan Shani, Gracia menyentil kening Shani.
"Dasar mesum!"
End.
•••
Ff apaan nih! 😂
Sorry sesat guys... maafkeun. 🙇