chapter 03 - Aistumn

119 11 0
                                    

Pernahkah terbesit dalam pikiran mu tentang bagaimana dua orang introvert saling mengutarakan rasa sukanya? Jika iya. Ku harap kau menyukai sedikit kisah ini.

Hal ini bermula di sebuah Universitas, yang mana terdapat dua orang mahasiswa yang terbilang pendiam dan jarang bergaul dengan teman-temannya. Namun meski begitu wajah mereka cukup dikenali karena menonjol diantara para mahasiswa. Mereka tak lain adalah Autumn dan Benjamin.

Autumn merupakan seorang gadis yang cantik dan pintar. Namun anehnya, ia lebih memilih untuk membaca buku atau melakukan kegiatan lain yang membuat ia menyendiri daripada mengobrol dengan teman-temannya. Karena hal tersebut tentu membuat Autumn sering dibicarakan dibelakang dan dicap sebagai gadis kutu buku yang sombong.

Dibicarakan dibelakang juga menjadi hal yang cukup sering terjadi terhadap Benjamin. Mau bagaimana lagi karena Benjamin terlahir untuk menjadi seorang laki-laki yang sangat tampan, dirinya juga cukup aktif untuk mengikuti beberapa organisasi di Universitas, namun dalam hati kecilnya sejujurnya ia belum pernah benar-benar merasa nyaman dalam pergaulan sosial karena kebanyakan dari mereka hanya ingin dekat dengannya hanya karena rasa penasaran yang tak berdasar. Dan Benjamin sangat tak pandai menyembunyikan perasaannya, jika ia tak suka pada orang itu, Benjamin tak akan segan menunjukkan rasa tak sukanya secara terang-terangan.

Memang penampilan itu segalanya? Tidak kan?

Singkat cerita, suatu hari mereka bertemu secara tak sengaja di perpustakaan, alasan keduanya mendatangi perpustakaan memang berbeda, namun takdir sepertinya memang telah direncanakan untuk itu semua.

Saat itu Benjamin entah mengapa merasa kesal dan suntuk dengan para manusia yang tak henti mengerubungi nya seperti semut mengerubungi gula. Dan Autumn yang hanya merasa bosan jika hanya berdiam diri di rumah setelah perkuliahan selesai.

Benjamin dengan kasarnya membuka pintu perpustakaan, hingga membuat seorang gadis melonjak kaget ditempat. Gadis itu tak lain adalah Autumn. Keduanya lantas tak sengaja bersitatap. Membuat keduanya tertegun, seolah tak menyangka akan ada orang lain yang berada di perpustakaan. Mengingat lokasi perpustakaan tersebut berada di gedung lama yang cukup jarang digunakan.

Apa kau kira mereka akan langsung jatuh cinta pada pandangan pertama? Tentu tidak.

Saat mata mereka saling bersitatap dengan cepat mereka saling membungkuk, menunjukkan rasa hormat mereka terhadap orang yang baru saja mereka temui.

Namun karena hanya mereka berdua yang berada di perpustakaan, Benjamin tentu merasa canggung. Maka dengan cepat Benjamin asal mengambil buku untuk ia pinjam dan menscannya, agar nantinya hasil scan itu menjadi bukti bahwa salah satu buku dipinjam di perpustakaan. Kemudian Benjamin pergi berlalu begitu saja.

Sedangkan Autumn yang sedari awal telah menemukan buku yang ia cari hanya mendudukkan diri di tempat yang disediakan, tetapi matanya memperhatikan gerak-gerik Benjamin.

Hanya dinding dan lantai dingin saja yang menjadi saksi bisu pertemuan pertama mereka kala itu.

Baik Autumn dan Benjamin hanya berpikir bahwa pertemuan mereka saat itu hanyalah sebuah kebetulan. Namun nyatanya pertemuan mereka adalah sebuah permulaan.

Dua minggu kemudian, saat Benjamin telah selesai mengembalikan buku yang ia pinjam dan hendak berjalan pulang, dirinya tak sengaja melihat gadis yang ia temui di perpustakaan saat meminjam buku secara asal.

'Kalau tidak salah namanya Autumn Geraldine kan?'

Ucap Benjamin dalam hatinya begitu ia melihat wajah Autumn yang tengah dipojokkan oleh beberapa mahasiswi. Entah apa yang mereka bicarakan karena jarak antara posisi Benjamin berdiri dan para mahasiswi itu cukup jauh. Yang jelas, alasan itu cukup untuk Benjamin menghampiri.

"Hey! Apa yang sedang kalian lakukan disini?!"

Mendengar sebuah suara yang tiba-tiba para mahasiswi itu secara kompak menoleh dan melihat Benjamin Franklin Roosevelt secara perlahan berjalan mendekati mereka.

"Huh? Bukankah itu Benjamin?"

"Wah, seperti yang dirumorkan ia tampan."

"Wah.. "

Benjamin hanya menahan rasa kesalnya saat lagi-lagi yang dibicarakan oleh orang lain terhadap dirinya adalah parasnya.

'Paras sialan!'

"Hey, ku tanya sekali lagi, sedang apa kalian semua berada disini?!"

"I-itu, tak ada, kami hanya sedang mendiskusikan masalah presentasi disini."

Mendengar jawaban itu Benjamin hanya menaikkan sebelah alisnya. Mencoba menerka apakah jawaban yang baru saja dirinya dengar bukanlah sebuah kebohongan.

"Sungguh, kami tak berbohong!"

"Huh.. yasudah kalau begitu, tapi aku ada keperluan dengan gadis itu, jadi ku pinjam ia sebentar." Ucap Benjamin sembari menarik Autumn secara tiba-tiba.

Membuat para mahasiswi menjerit tertahan melihat kejadian itu.

Langkah demi langkah meraka pun berjalan, dengan tangan Autumn yang masih setia bertengger rapih di dalam genggaman seorang Roosevelt.

"Kau tak akan bertanya kemana kau akan dibawa pergi?" Tanya Benjamin pada akhirnya, karena sedari awal mereka berjalan tak satupun ada rontaan atau pertanyaan yang Autumn beri padanya.

"Tidak, terserah kau saja, yang jelas aku tak ingin berlama-lama dengan mahasiswi tadi." Jawab Autumn dingin.

"Ehem, ehem. Yasudah, kalau begitu sampai disini saja aku membantu mu, sampai jumpa." Pamit Benjamin setelah dirinya menarik paksa seorang gadis yang hanya ia ketahui namanya dari orang lain.

Akibat perbuatan Benjamin, keduanya kini menjadi bahan pembicaraan. Hal ini tentu sangat menyiksa Autumn, begitu pula Benjamin. Bahkan hingga menuju acara kelulusan mereka, masih ada saja segelintir orang yang penasaran dengan hubungan antara Autumn dan Benjamin hanya karena interaksi sederhana.

Tentu hanya mereka berdua saja yang tahu hubungan seperti apa yang mereka jalani. Dalam hati kecil keduanya rasa nyaman yang diawali dari saling bertukar pendapat dan cerita berubah menjadi sebuah perasaan yang mampu menghangatkan hati keduanya. Ya, mereka saling jatuh cinta. Namun, keduanya masih bingung untuk mengutarakan rasa yang ada.

Hingga pada akhirnya walau malu ia rasa, Benjamin telah bertekad, dengan harap cemas ia menyurat, dengan maksud menyampaikan isi hati pada seorang gadis bernama Autumn.



Liebe✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang