Part 13

41 12 1
                                    

HALOO🌈
.
Author emang suka partnya panjang, biasanya gue emang secara gak sadar ngetik tuh sampe ribuan kata.
.
Kasih luv ini💜 dong biar gue semangat buat lanjutin next partnya dan bisa up lebih cepet lagi😆
.
Happy reading and enjoying🙌❤️
.

Malam ini Rey sedang mempersiapkan dirinya bertemu anak Aster di cafe biasanya mereka nongkrong.

Rumahnya kini seedang sepi, karena nenek dan kakeknya sedang berada di belakang perkarangan rumah, biasanya mereka berbincang-bincang mengenang masa muda mereka yang pikirkan cucunya itu seperti banyak sekali kisah mereka.

Malam ini Rey memakai jaket kulit kebanggaan milik Aster berwarna hitam, celana jeans dan rambut yang sengaja ia biarkan sedikit berantakan.

Sedaritadi ia menunggu notifikasi pesan dari grup gengnya untuk datang tepat bersamaan di cafe itu untuk menyelesaikan masalah mengenai Alya di sekolah tadi.

Jam menunjukkan 8 malam, masih tak terlalu larut baginya untuk keluar rumah.

“Nenek, kakek, Rey mau keluar dulu sebentar ketemu sama temen-temen.” Pamitnya kepada kakeknya lalu menyalaminya, kakek Adit menerima uluran cucunya itu yang sedang duduk memandangi langit malam bersama neneknya di sebelah, lalu bergantian ke neneknya.

“Kamu hati-hati ya nak, udah malam.” Ucap Nenek Warni kepada cucu semata wayangnya itu.

“Iya nek.” Jawab Rey sambil tersenyum ke neneknya yang akhir akhir ini imun tubuhnya menurun karena penyakit diabetesnya itu.

“Rey, kamu ajakin temen kecil kamu dong kesini, kalian kan satu sekolah.” Ujar kakeknya kepada cucunya itu yang sudah berdiri tegap lagi disampingnya.

Sejenak mengingatkan siapa orang yang dimaksud oleh kakeknya itu.

“Alya, rey.” Sahut kakeknya mengingatkan cucunya yang tampaknya sedikit lupa atau lupa beneran sama calon pacarnya itu ya😏.

“Oh itu, iya kek, besok juga aku bawa kesini anaknya.”

“Bilang aja kakek ngundang dia, buat main kerumah, udah kangen, sekalian mau ngasih sesuatu ke dia, tolong ya Rey.” Jelas kakeknya

“Siap kek, yaudah Rey berangkat dulu ya, asalamualaikum.”, “walaikumsalam.” Selepas berpamitan kepada kedua kakek dan neneknya, kemudian ia melesatkan sepeda motornya keluar dari area rumahnya.

Ia mengendarai sepedanya dengan kecepatan di atas rata-rata membelah jalanan ibukota yang ramai memenuhi ruang sesenti pun.

Sesampainya di tujuan ia memakirkan sepedanya, kemudian ia berkaca sebentar dispion motornya dan membenarkan rambutnya yang berantakan.

Lalu ia masuk ke dalam cafe itu kemudian menghampiri Denish yang kini melambaikan tangan ke arahnya, sambil tersenyum Rey menghampirinya dan bertos ala anak2 geng.

“Jadi gimana? Udah bergerak targetnya?” Tanya Rey pada intinya.

“Udah gerak, kita tunggu waktu mainnya nanti.” Sahut  Denish dengan senyum miring.

Di sebelah Denish ada Gilang yang setelah bersalaman dengannya fokus ke handphone nya kembali.

“Anak-anak yang lain mana?” Tanya Rey

“Gue saranin mereka gak ikut, karna kalau ramai bakalan dia berekspetasi di tempat ini gak aman.” Kata Denish membuat Rey mengangkat alisnya satu.

“Emangnya kenapa?”

Alya Mission [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang