Bab 24

41.7K 1.5K 67
                                    

Seminggu berlalu dan dirinya masih memikirkan hari itu. Hari dimana Rere menegaskan padanya untuk tidak menampakkan wajahnya lagi. Meski niat awalnya ia hanya ingin menjadikan Rere pelampiasan, hati Rio tetap terasa perih ketika melihat Rere meledak dan mengucapkan sumpah itu. Rasa sakit yang terpancar di wajah gadis itu membuat Rio menyadari bahwa ia sudah kelewat batas tapi tidak mampu mengucap maaf.

Orang-orang mulai mempertanyakan hubungan mereka sejak mereka tidak lagi terlihat bersama. Foto-fotonya memang masih ada di halaman media sosial Rere. Dia pikir Rere mungkin belum mau menghapusnya tapi kemudian ia menyadari bahwa Rere tidak pernah aktif sejak hari itu.

Rasa penasaran Rio membawanya menjelajahi halaman sosial media Rere. Tiba-tiba ia teringat bahwa Rere pernah mengeluhkan bahwa dirinya 'diganggu' oleh netizen yang mendukung hubungan Rio dan Queena juga fans-fans Queena. Rio tidak pernah peduli dengan pendapat orang-orang di dunia maya. Ia tidak pernah membaca apapun yang berada di kolom komentar atau siapa pun yang menyebutkan namanya di kolom pencarian.

Ini pertama kalinya ia membaca kolom komentar dan menemukan banyak hal negatif terhadap Rere. Darahnya langsung mengalir kencang. Beruntung ponsel ditangannya tidak retak meski dicengkramnya dengan kuat.

Rio menunggu dering pada panggilan ponselnya dengan tidak sabar. Hampir 5 kali percobaan barulah panggilannya tersambung. Suara lembut yang khas menyambut sambungan telepon Rio.

"Halo, Ada apa, yo?" ujar Queena. Suara bising mesin-mesin kendaraan yang beradu dengan klakson terdengar samar-samar di telinga Rio.

"Kamu di mana?" sahut Rio dengan nada ketus. Terdapat jeda sekitar 5 detik sebelum Queena menjawab.

"Masih di area kampus, sebentar lagi aku mau pergi nih, kenapa?" Queena berusaha tetap terdengar tenang. Meski terdengar sedikit getaran dari suaranya.

"Aku mau bicara sama kamu."

Queena kembali mengambil jeda sebelum menjawab. "Oke, di tempat biasa?" sahutnya lagi.

"Aku tunggu kamu di sana sekarang," titah Rio sebelum ia memutus sambungan.

Dalam waktu singkat Rio sampai di sebuah coffee shop kecil berada di radius beberapa ratus meter dari area kampus. Walaupun berada di dekat kampus, kedai kopi ini lebih sepi daripada kedai kopi lainnya. Tempat ini menjadi tempat persinggahan favorit Rio dan Queena sejak mereka putus.

Rio di bagian paling sudut, dan kursinya terhalang oleh rak buku tinggi. Jauh dari jarak pandang orang lain. Rio sampai lima menit lebih cepat. Kemudian Queena menyusul. Rio memperhatikan Queena dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kacamata hitam bertengger di hidung lancipnya. Penampilan Queena selalu sempurna apapun situasinya. Effortnya untuk tampil sempurna itu terkadang dipertanyakan. Bagaimana bisa ia bisa mempertahankan penampilan seperti itu sementara jurusan dan kampusnya itu terkenal dengan standar akademik yang tinggi dan tugas yang diluar nalar.

Rio tidak pernah memperhatikan hal itu. Menurutnya selama Queena tampil cantik, tidak ada yang salah. Tetapi sekarang ia ikut mempertanyakan hal tersebut juga. Hampir tiga bulan ia menjalin hubungan dengan Rere, mungkin hanya sekali ia melihat Rere dalam tampilan makeup penuh dan berdandan dengan benar. Malam itu. Rere sangat cantik dalam balutan gaun merah menyala. Egonya waktu itu enggan mengakui. Mengingat segalanya yang terjadi malam itu membuat tenggorokkan Rio mendadak kering.

Rio menyeruput es kopinya. Queena menaruh tas brandednya yang kaku itu di atas meja. Sedikit menghentak meja. Lalu perempuan itu melepas kacamata dan duduk dengan wajah. Seakan-akan ia terpaksa datang kemari. Terkesan sombong di mata Rio.

"So, you already miss me?" ucap Queena menyeringai kecil. Rio diam sejenak sebelum tertawa kecil. Bukan tawa manis seperti biasa. Lebih seperti tawa mengejek.

Chillin' Buddy [🔞21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang