Chapter 1.1

13 3 2
                                    

Biar Aku jelaskan sedikit cara kerja ilmu sihir di dunia ini. Kekuatan sihir tidak muncul dari dalam diri seseorang, melainkan bertebaran dimanapun bersama udara yang kita hirup. Esensi sihir ini bernama Aether. Kami mengambil esensi sihir yang berada di udara dan memadatkannya menjadi energi dengan ucapan mantra. Sihir pun terbentuk. Siapapun dapat memanfaatkan esensi sihir ini, hanya perlu kata-kata yang tepat untuk mengolahnya menjadi energi.

Sudah lama sejak Aku kembali ke kota tempatku lahir. Matahari masih bersinar terang di atas kepala, cuitan burung menyambutku saat aku keluar dari stasiun kereta kota Amsey.

Aku berjalan menuju halte bis. Suasananya sangat berbeda dengan stasiun kereta yang sepi dan tentram. Hiruk pikuk kota mulai terlihat dari sini. Bis penuh dengan berbagai macam orang yang akan bekerja di pusat kota. Aku merasa sangat kecil di tengah lautan orang dewasa dan kesibukan mereka.

Bis melewati pusat kota menuju ke area bangunan toko dan perumahan yang lebih rural. Halte pemberhentianku tiba. Dari sini aku masih harus berjalan beberapa ratus meter menuju perumahan tempat kediamanku. Sudah 2 tahun aku meninggalkan tempat ini, rasanya asing namun familiar.

Matahari mulai miring melewati kepala saat aku mulai memasuki area perumahan. Di desa kecil ini aku lahir dan tumbuh. Aku tiba pada pagar kayu putih yang sudah reot dan memasuki halaman rumah bergaya pertengahan 90-an, pagar berdecit saat aku membukanya.

Baru beberapa langkah, terdengar suara geraman seekor binatang besar. Aku melihat sekitar, mencari asal geraman yang makin menakutkan ini.

Dari belakang rumah menampakkan diri seekor kucing raksasa sebesar singa. Kaki dan cakarnya yang besar menggaruk tanah, bulu di badan sampai ekor kucing tabby berwarna perak itu berdiri dengan hebat. Raut ekspresi garangnya membuat Aku tertegun.

"Haku!" Kedua telinganya yang berdiri lancip bergoyang ke arah sumber suara. Dia berjalan ke pinggir rumah dengan perlahan, ukuran tubuhnya makin mengecil saat dia loncat dan menyambangi sosok wanita paruh baya yang memanggilnya.

Ukurannya sekarang kembali jadi sebesar kucing pada umumnya. Dia mengeluskan badannya ke kaki wanita berambut ikal pendek tak beraturan. "Kenapa tidak minta Aku untuk menjemputmu?" Tanyanya.

"Tidak apa, Aku masih ingat jalannya, Ma", balasku. "Tapi aku tidak heran kalau Haku sudah lupa dengan bau ku".

"Mm," ujarnya, "dia masih sangat kecil ketika kau mulai tinggal di asrama." Ibuku menoleh ke makhluk kecil imut di kakinya, "Ayo masuk."

Alia's Magical SummerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang