Aku menaiki undakan dan masuk ke dalam rumah. Suasana hangat memancar dari sekeliling ruang tengah. Tak banyak yang berubah dalam 2 tahun. Tumpukkan barang-barang di dekat jalan masuk, deretan baju menggantung, dan banyak barang lainnya memenuhi ruangan. Yang berbeda hanya 2 kucing baru yang kini ikut jadi penghuni rumah.
"Awas, Hiro suka tidur di dekat jalan masuk," ujar Ibuku, menunjuk ke arah seekor kucing tabby gendut yang terlelap di tengah jalan.
"Mreaww ...", pandanganku teralihkan ke satu lagi kucing tabby gendut dengan ekor melengkung yang ada di ujung lorong. "... Mreeaw."
"Ada apa~ Chiyo?" Saut Ibuku dengan nada manis.
"Mreaww!" Jawab Chiyo. Dia mengibaskan ekornya, kemudian beranjak menuju ruangan lain.
"Dia ..." Aku masih terheran, "bisa bicara??"
Sebuah tawaan renyah terdengar dari Ibuku, "Chiyo memang cerewet. Sudah berapa kali aku memberinya snack, dia tetap tidak kenyang." Ceritanya sambil menuntunku melewati barang-barang di lorong pintu masuk. "Bagaimana sekolahmu? Sudah sekian lama, akhirnya Kamu memutuskan untuk pulang, hah?"
"Um, yah, Aku ikut kelas kilat untuk keterampilan tambahan", jelasku.
"Ah, ya, Mama melihat nilainya di rapor mu," Dia mengayunkan tangannya ke sudut lantai di ruang tengah. "Taruh tas mu di sini, oh, atau Kamu mau langsung ke kamarmu?"
"Aku akan langsung menaruhnya di kamar", jawabku sambil memutar badan ke arah tangga.
"Awas, ini berat!", Ibuku muncul entah darimana sambil membawa ember berisi cucian menuju teras belakang.
"Hah?" Aku langsung menoleh ke arah Ibuku di belakangku. Dia masih di sana, berdiri bertolak pinggang.
"Taruh barang-barangmu," saut sosok Ibuku yang lain, menoleh dari dapur. "Sayurnya sudah hampir matang, kita makan sayur sop hari ini."
"Kakak dan adikmu belakangan jarang makan sayur", sambung Ibuku di teras belakang sambil menebahkan pakaian basah. "Mereka terus-terusan makan di restoran cepat saji yang baru dibuka di pusat kota, apa namanya?"
Ibuku yang berdiri bersamaku ikut menyaut, "Wings Factory!"
"Ya!"
"Uh, makanan apa itu yang mereka jual? Sausnya menjijikan sekali! Aku tidak percaya anak muda doyan makanan seperti itu". Celoteh Ibuku yang berada di dapur.
Aku tertegun dengan pemandangan ini, sambil menolehnya Aku berkata, "Mantra Pengganda?"
Ibuku tersenyum sombong, "Sekarang taruh barang-barangmu, kita akan makan siang", ujarnya sambil mengambil baju yang berserakan di lantai.
"Kau hebat sekali Ma, butuh energi yang banyak untuk menjalankan Mantra Pengganda. Energi yang dikeluarkan satu duplikat sama saja dengan energi yang kita punya", pujiku. "Dan kau membuat 2 duplikat dirimu! Luar biasa".
"Kalau kau ingat, Aku sudah melakukan ini selama 20 tahun", jawabnya sambil mengangkat tumpukkan baju. "Kalau kau ke atas, jangan lupa panggil kakak dan adikmu untuk makan".
KAMU SEDANG MEMBACA
Alia's Magical Summer
FantasiaSetelah 2 tahun menghabiskan liburan di asrama sekolah sihirnya, Alia si penyihir muda memutuskan untuk pulang ke rumah. Apa yang membuat dia begitu enggan pulang ke kampung kelahirannya? Petualangan hebat yang menentukan nasib dunia menunggunya di...