Review Juri
"Bunga Bakung dalam Rinai Hujan Besi"
Oleh Jo_nyan
1. Key Aishipit
Saya selalu terkantuk apabila membaca sesuatu yang terlibat dengan sejarah—apalagi kalau aspek sejarahnya merupakan unsur paling utama dalam suatu tulisan. Namun, cerpen ini malah membuat saya tergugah. Sepanjang saya membaca, saya tidak melihat adanya kesalahan kepenulisan. Narasinya rapi, show dan tell-nya seimbang, diksinya standar tetapi tata kalimatnya bagus.
Selain itu, saya merasa sedang membaca novel terjemahan asli tentang pertempuran Okinawa. Setiap narasi, setiap adegan, setiap kalimat membuat saya merinding. Apalagi ketika saya tahu bahwa cerpen ini diangkat dari kasus nyata. Walau cerpen ini terbilang panjang (menurut saya, atau terlihat panjang karena setiap paragrafnya padat), saya tidak merasa ada information dumping.
Cerpennya ditulis dengan lugas—sama seperti pembawaan cerpen milik Kak Gilang—sehingga saya dengan mudah masuk ke dalam cerita.
Menurut saya, konsep cover-nya cocok untuk cerpen karena saya berpendapat bahwa cover ini terlihat seperti gambar-gambar di buku sejarah mengenai suatu masyarakat spesifik di Jepang.
Blurb-nya menarik, membuat saya bertanya-tanya, "Perjuangan seperti apa yang harus mereka lakukan?"
Pertanyan itu dijawab dengan apik.
9/10
2. Lorraine Ralorra
Cover: sampul sebenarnya tidak terlalu menarik tetapi berhubung ini digunakan untuk menggambarkan vibes jadul masa perang, aku tidak mengomentari lebih.
Judul: secara keseluruhan judul sangat menarik. Semacam judul berkesan puitis.
Blurb: ringkas dan menggambarkan inti besar cerita.
* Pembahasan •
Karya ini memiliki nilai cukup tinggi. EYD oke, peletakkan kalimat dan setiap adegannya rapi, pembawaannya kerasa seakan-akan ikut terjun dalam pusaran kisah masa pertempuran Okinawa. Kuberi jempol untuk karya ini, pesan moralnya dapat. Tidak menyangka si tokoh utama harus merasakan takdir tragis, suka duka kehidupan di masa itu.
Cerita fiksi sejarah yang dibuat senyata mungkin. Penulis tampaknya melakukan riset mendalam sebelum dipublikasikan. Detail mendalam bahkan terasa vibesnya menjadi anak sekolahan di masa itu. No komen lagi sih, aku beri nilai 9,1.
3. R aurumsulistyani
Mengiris hati dan penuh rasa putus asa. Bunga Bakung dalam Rinai Hujan Besi mengambil setting waktu pada masa perang di Okinawa. Mengikuti kisah seorang gadis yang menjadi bagian dari Korps Himeyuri. Penulis berhasil menggambarkan kengerian pada masa itu dengan sangat gamblang. Rasa takut dan putus asa hanya dengan sedikit harapan. Ini adalah kisah yang tragis tapi di satu sisi ini juga mengingatkan kita pada betapa beruntungnya kita memiliki kedamaian saat ini.
Saat aku membacanya sebagian dari diriku yang picik merasa puas, merasa entah bagaimana mereka pantas mendapatkan itu karena mereka pernah melakukan hal yang sama buruknya dengan bangsaku. Itu membuatku berpikir tentang karma, dan aku takjub kepada penulis karena berhasil membuatku melihat kisah ini seolah nyata terjadi.
Aku tidak menemukan kesalahan penulisan dan penulis telah menulisnya dengan rapi. Aku sedikit kecewa dengan akhirnya. Aku mengerti dengan penerimaan yang akhirnya dia dapatkan tapi untuk mengakhiri nyawa dengan cara seperti itu masih membuatku kurang setuju. Aku mungkin akan lebih puas jika tokoh utama kita tewas dalam kematian yang tak terelakan.
Selebihnya kisah ini telah menguras emosiku. Membuatku menyadari kengerian nyata dari perang saat manusia saling mencoba menghancurkan.
4. Anis qusyair
Bunga Bakung dalam Rinai Hujan Besi--Jonyan.
Sejauh yang aku baca, cerita ini adalah cerita sejarah ter-smooth. Narasinya jelas tanpa ada halangan apapun. Penulisnya kayak menikmati di setiap barisan kalimatnya.
Meskipun udah dua cerita yg aku review semuanya sad ending, feel nya selalu ngena. Bahwa ulang tahun, hal yang membahagiakan itu, ada versi bahagianya sendiri di tiap orang.
Typo sama sekali gak ada. Ini pasti self editing banget.
Blurbnya sangat menggambarkan isi ceeita berikut covernya. Apalagi di bagian bawah chapter ada sebuah foto yang makin bikin cerita ini hidup.
Aku sih bacanya neguk ludah berkali-kali karena sama sekali gak bisa bayangin ketika hidup di masa peperangan. Detail yang Jonyan ini tulis sama sekali gak ada perlawanan di imajinasiku. Dia nulisnya kayak di atas angin. Enak aja gitu gak ada rusaknya sama sekali.
Itu dari segi penceritaannya.
Kalau dari istilah-istilah yang dipakai, ada kurangnya karena gak dijelasin apa maksudnya. Kayak Ryukyu. Itu pembaca awam sepertiku tentu gak tau itu istilah untuk apa. Meskipun Jonyan udah bilang kalau Ryukyu itu kayak suatu kaum gt (itu sepenangkepku) tapi aku rasa butuh penjelasan lebih di sini.
Tapi kalau suruh kasih nilai, ini 8/10
KAMU SEDANG MEMBACA
PANDORAVERSE
Short StoryPANDORAVERSE adalah kegiatan/event untuk memperingati hari lahirnya Black Pandora Club. Dari situ pulalah, banyak penulis berbakat-yang sedikit aneh-mulai bermunculan.