Naruto bergerak sangat cepat, menyeragap kawanan monster bersama Kino dan Sera. Kino berjaga disisi lain majikannya. Sera bertugas melindungi dari belakang sebagai sniper.
Ia melumpuhkan dengan beberapa tembak di tubuh Monster kemudian Kino menebasnya dengan acak. Naruto yang lebih suka mengandalkan mana angin menghempas para monster ke udara kemudian memberi tebasan bruntal.
Mayat monster terpotong-potong dengan berbagai ukuran.
Naruto menanjapkan pedangnya dan mengayuh menendang monster-monster kecil. Beberapa luka gores menunjukan monster di ujian tersebut mampu membuatnya kewalahan.
Para penonton yang melihat dari layar sihir membeku kaku menatap layar. Mereka berfokus dengan scane bagaimana Naruto team membantai para monster dengan sangat cepat. Seperti pasukan khusus kerajaan mereka.
Bip. Bip.
Naruto De Nozella : 30 poin
[+ 3poin +3poin + 2poin + 1poin +1poin +1poin + 1poin]
Naruto mengambil nafas sejenak ia berhasil mengumpulkan beberapa poin. Kino menebaskan pedangnya menghilangkan noda darah di bilah pedang yang menempel. Sera mengisi ulang amunisi kembali. Monster sekitar mereka berhasil di bereskan oleh mereka.
Naruto mengambil benda bertuliskan Self Aed ini item yang di ada salah monster class A. "Apa itu nona?"
"Item penyembuhan biasa..."
Kino tersenyum kecil, "kalau begitu tak terlalu berguna. Aku punya exlir penyembuhan." menunjukan botol kecil berisi cairan berkilauan.
"Oh."
Naruto tak mengatakan bahwa item ini bisa menghidupkan orang mati, setelah 1 menit kematiannya. Ia yakin ibunya yang menciptakan item ini. Item spesial yang muncul saat Naruto bermain game.
"Wanita tua ini menganggap dunia ini hanyalah permainan?"
"Kami sudah mengumpulkan semua itemnya, nona." Sera mengangkat karung berisi drop item.
Bip. Bip.
Posisi Naruto berganti menjadi nomer 2. Disana tertulis nama Blaxton De Nozella, rahangnya mengeras melihat sang kakak menggeser namanya.
Blaxton De Nozella 32 Poin.
"Nona mau kemana?"tanya Kino heran melihat nonanya terbang dengan kemampuan anginnya dan pergi tanpa katapun.
"Lebih baik kita menyiapkan makanan agar nona saat pulang bisa langsung makan..."Saran Sera seolah tau sikap nonanya tiba-tiba pergi begitu saja.
"Baiklah."
Naruto menemukan monster class C, ia langsung mengeluarkan kemampuannya memunculkan kayu berujung runcing dan sangat tajam menusuk monster.
Brug. Naruto berpegangan dengan salah satu pohon. Ia hampir kehilangan keseimbangan. Pandanganya mulai blur dan bergoyang.
"Sial, ternyata aku belum sepenuhnya mengendalikan manaku dengan baik."
"Begini saja, aku kelelahan."
Bip. Bip.
Naruto De Nozella 43 Poin.
Ia menyengir senang setidaknya dia sudah berada di atas kakaknya kembali. Haram hukumnya ia dikalahkan dua kali oleh orang asing walaupun disini berstatus kakanya. Naruto mengambil nafas untuk istirahat sejenak.
Setalah 15 menit berisitirahat dirinya kembali menujuh tenda. Sesampai disana, terlihat Sera sedang memasak makanan.
"Nona sudah kembali?"Sera dan Kino tersenyum melihat kedatangan Naruto tanpa terluka sedikitpun.
Naruto mengangguk kecil. Sera menyerahkan semangkuk soup kepada Naruto. "Silahkan nona selagi masih panas."
"Terima kasih."
Sera mengangguk kecil. Yang disukai olehnya adalah Naruto selali mengucapkan terima kasih, tolong dan maaf pada siapapun bahkan kepada orang yang statusnya lebih rendah darinya seperti mereka.
"Sama-sama nona, selamat menikamti." Naruto tersenyum kecil sebelum memakannya.
....
Blaxton berhasil membantai 10 monster class A dan 1 monster class B sekaligus hanya seorang diri. Tak perlu diragukan untuk keluarga mendapat julukan Slaughter devil bagaimana ia mengalahkan monster class A tanpa perlu usaha banyak.
Monster-monster terlahap oleh sihir kegelapan seolah energi kehidupan mereka dihisap sampai kering hingga tersisa tulang berulang.
"Bagaimana kakakmu ini bukannya kakak sangat hebat, adik kecil?"ujar Blaxton memandang layar sihir. Namanya berada di atasnya hanya berbeda 2 poin saja. Senyumnya melebar membayangkan ekpresi Naruto digeser hanya 2 poin saja.
Bip. Bip.
Layar sihir kembali berbunyi. Namanya kembali ke posisi nomer #2. Tangan kanan menutup mulut menahan tawa. "Hahahaha..." Blaxton tertawa sambil memegang perut.
"Benar itu baru adikku."
Senyum berganti seringai menakutkan, siluet mata merah bersinar dengan pupil mata horizontal. Aura hitam keluar menyebar seluruh hutan langsung membuat pepohonan dan hewan-hewan mati terkena sihir hitam.
...
Dave dan Shion langsung pucat seketika merasakan tekanan sihir kakak ketiga mereka. Tubuh mereka luka setelah berjuang melawan monster saat mengumpulkan poin gemeteran. Mereka sontak menoleh ke hutan Selatan padahal jarak mereka sudah menjauh dari Blaxton namun mereka masih merasakan menakutkannya aura sihir.
"P-padahal kita sudah menjauh dari kakak ke-3 namun aura sihir masih mencekik seperti ini...."Shion gemetaran dengan air mata meleleh.
Dave mengigit bibir bawahnya seolah Blaxton ingin menunjukan posisinya berada dimana. Jurang besar dan mendalam memisahkan ia dengan tiga tuan muda teratas keluarga mereka.
'Kuso!'
...
Naruto menatap hutan Selatan aura hitam mengumpal terliat sampai ke tempatnya. Memang jaraknya tak terlalu jauh dari hutan Seletan. Kino dan Sera hampir pingsan jika tak diselimuti mana Naruto.
'Tukang pamer sialan. Liat saja apa yang kulakukan saat bertemu denganmu!'
Naruto berkeringat ia masih terintimidasi sihir Blaxton. Wajahnya bisa terlihat tenang seolah tak pengaruh apa-apa nyatanya reaksi tubuhnya lebih jujur menunjukan ia masih jauh untuk melampaui kakak ke-3nya.
Jika ia tak bisa mengalahkan kakak ke-3 maka Naruto mustahil mengalahkan kakak-2 dan kakak pertamanya. Terlebih ibunya membiarkan Mikela berada sekitarnya sudah jelas kakak-2 diakui oleh Kushina.
Naruto belum tau skill apa yang di miliki sang ibu. Yang jelas firasatnya mengatakan itu bukan sesuatu yang baik.
.
.
.
.
Bersambung...
13/08/22, doffy1023
KAMU SEDANG MEMBACA
Un Cambio (NC21+)
FanficNaruto wanita berumur 32 tahun yang hidup bersam sang Ibu berusia 80 tahun, ia berkerja sebagai pembunuh bayar profesional kelas elit yang dibantu oleh Kushina sebagai otaknya. Saat misi terakhirnya, ia dan ibunya gagal hinga terpaksa sang Ibu menem...