Chapter 8

1.3K 177 38
                                    

Keadaan ruang rawat athalla cukup hening hanya ada suara jam yang terus bergerak setiap detiknya. Saat ini Athalla sedang resah dengan pikirannya sendiri, ia terus memikirkan ucapan dewa tentang Arkan yang akan kerepotan jika mengurus dirinya yang penyakitan.

Athalla bingung apakah ia harus kembali pada ayahnya dan meninggalkan Arkan atau ia akan tetap tinggal dengan Arkan tapi ia hanya menjadi beban.

Sejujurnya athalla tidak mau meninggalkan Arkan karna hanya arkan yang selalu menemani nya. Hanya dengan Arkan dirinya merasa aman, tapi yang dikatakan dewa ada benarnya juga kalau dirinya tetap bersama Arkan pasti Arkan akan kerepotan mengurus dirinya. Sudah cukup ia membebani papah nya selama ini.

Arkan yang sedang duduk di sofa terus memperhatikan gerak gerik athalla yang terlihat sangat resah ia juga tau jika omongan dewa pasti membebani pikiran anaknya.

Arkan juga cukup kesal dengan omongan dewa yang keterlaluan dan itu membuat hatinya sedikit sakit.

Arkan menghela nafasnya lalu berjalan menuju ranjang sang anak.

Tangan Arkan terangkat untuk mengusap surai lembut athalla "kenapa" tanya Arkan.

Athalla mendongak, bisa athalla lihat jika papah nya masih menahan kesal terbukti dari Arkan yang selalu membuang nafasnya.

Athalla kembali menunduk "Atha mau nelfon ayah" tangan anak itu saling bertaut.

"Adek mau bilang apa sama ayah" tanya Arkan. Ia takut jika anak nya akan berbicara yang tidak tidak. Dan akan meminta untuk tinggal bersama ayah kandungnya.

"Gak ngomong apa-apa kok" sela athalla cepat.

"Berarti gak usah nelfon, kan kamu gak mau ngomong apa-apa"

"Benar juga ya" gumam athalla membuat Arkan sedikit terkekeh.

"Adek boleh nelfon ayah tapi gak boleh minta yang aneh-aneh" peringat Arkan membuat athalla mengerutkan keningnya bingung.

"Emang aku mau minta apa" Arkan mengendikan bahunya.

Setelah itu Arkan mengambil handphone nya yang berada di atas nakas lalu mencari nomor Hary.

Arkan menyerahkan handphone nya pada athalla "Ini, ayah tinggal dulu sebentar soalnya ayah pengen e'e" athalla mengangguk.

"Makasih ayah" ucap athalla dengan senyuman dan dibalas dengan acungan jempol saja karena Arkan benar benar sudah kebelet.

"Hallo" ujar athalla saat sambungan telepon sudah tersambung.

'hallo kanapa athalla ayah lagi sibuk'

Kalimat pertama yang ayah nya ucapkan sukses membuat athalla melunturkan senyum nya "Ayah gimana kabarnya, sehat?" Ia mencoba biasa saja walaupun ada rasa sedikit sesak di dadanya.

'Sehat, kamu gimana? Jangan sering merepotkan papah mu athalla'

Athalla sudah terbiasa dengan ucapan ayahnya yang seperti ini tapi athalla masih saja merasa sakit.

"Syukurlah kalo ayah sehat, jangan lupa makan dan jangan kerja terus nanti sakit loh"

'Kamu juga, oh iya kamu ada keperluan apa nelfon ayah'

"Emang harus pake alesan ya yah kalo mau nelfon ayah sendiri"

'Bukan begitu, tapi kamu kan tau kalo ayah tuh sibuk banget ini aja sebentar lagi ayah ada metting'

"Athalla sakit yah" air mata athalla turun begitu saja saat mengatakan itu.

'Kamu kok sakit terus sih athalla. Kamu tuh jangan bandel pasti kamu sering main sama jajan sembarangan kan makanya sakit. Athalla kamu harus inget kamu tuh tinggal di rumah orang lain jangan sering bikin susah orang. Kasihan si Arkan pasti kerepotan ngurusin kamu yang sering sakit'

Athalla & Papah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang