Hari sudah berganti pagi kini athalla sedang berdiri didepan jendela sembari melihat matahari yang mulai menampakkan wujudnya. Athalla memang tidak bisa tidur dari semalam karena banyak hal yang membebani pikirannya.
Sedangkan Arkan masih tertidur pulas di sofa, athalla memang sengaja tidak membangunkan papahnya karena athalla tau jika papah nya sangat lelah karena semalam papahnya mengerjakan pekerjaannya sampai larut malam.
Kebiasaan Arkan jika athalla sakit memang seperti itu, ia akan mengerjakan pekerjaannya dimalam hari agar pagi hari nya ia bisa menemani anaknya.
Saat sedang asik melihat keluar, tiba-tiba tubuhnya di peluk dari belakang oleh seseorang membuat athalla sedikit terkejut.
"Kenapa anak papah udah bangun, ini masih pagi loh dek" ucap Arkan sembari menghirup aroma tubuh athalla. Padahal athalla sudah dua hari tidak mandi dan aroma tubuhnya pun sudah tercampur dengan aroma obat-obatan.
"Tadi adek bangun karna kebelet pipis, jadi athalla sekalian liat matahari soalnya cuacanya lagi cerah banget" jawab athalla dengan senyum kotaknya membuat Arkan gemas.
Athalla tidak sepenuhnya berbohong karena memang athalla ingin melihat matahari terbit. Tapi Arkan juga tidak bisa di bohongi, Arkan bisa melihat lingkaran hitam disekitar mata sang anak apalagi wajah anaknya yang pucat.
Pasti semalam athalla tidak bisa tidur, Arkan jadi merasa bersalah tidak menemani anaknya dan malah enak enakan tidur.
Tangan Arkan terangkat untuk merapihkan rambut anaknya yang sedikit berantakan. Athalla memejamkan matanya untuk menikmati perhatian dari sang papah. Tiba-tiba air mata athalla menetes membuat Arkan kalang kabut dan panik.
"Hey kenapa sayang" panik Arkan tapi athalla hanya diam.
"Ada yang sakit? Bilang sama papah" Arkan kembali bertanya, pasalnya Arkan takut jika penyakit anaknya sedang kambuh atau athalla merasakan hal lain yang membuat tubuhnya kesakitan.
"Athalla gak kenapa napa pah" athalla meraih tangan papahnya yang berada di pipinya lalu athalla mencium tangan itu dengan penuh kasih sayang.
Tangan yang sudah merawatnya dari kecil, tangan yang selalu menopang dirinya jika sedang terpuruk, dengan tangan ini athalla bisa merasakan perhatian seorang ayah sekaligus ibu.
"Terus kenapa nangis, papah khawatir banget tau gak" Arkan memeluk tubuh anaknya.
"Hihi maaf udah bikin papah khawatir"
"Ada ada aja kamu nih, jujur aja sama papah tadi kamu kenapa?" Arkan melepaskan pelukannya tapi athalla kembali memeluk tubuh papahnya.
"Athalla cuman lagi banyak pikiran pah" athalla mengeratkan pelukannya.
Athalla memang selalu jujur dengan Arkan, tidak ada hal yang ia sembunyikan dari papahnya. Karena Arkan selalu mengajari untuk tidak menyembunyikan sesuatu apapun itu.
"Kamu mikirin apa sih, gak ada yang perlu dipikirin tau gak. Lagian masih kecil kok sok sokan banyak pikiran, kalo masih kecil itu harusnya cuman mikirin main aja"
"Gitu ya pah, berarti Atha gak usah mikirin sekolah" athalla mendongakkan kepalanya dan berkedip polos.
"Iya gak usah mending main dari pada sekolah kan?" Athalla mengangguk semangat.
"Nanti Atha bodoh kalo gak sekolah"
"Itu mah gak masalah, kamu tuh udah jadi konglomerat dari kecil jadi gak sekolah pun kamu tetep kaya raya jadi gak bakalan bikin story info loker" athalla mengangguk anggukkan kepalanya.
"Oh gitu ya, tapi Atha pengen tetep sekolah pah biar ketemu sem"
"Sem siapa?" Rupanya Arkan melupakan teman anaknya yang pernah mengatainya mirip seperti kucing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Athalla & Papah
General FictionAnak kecil yang dulu sangat cerewet kini sudah bertumbuh besar menjadi sesosok remaja dengan kepribadian yang manis. Athalla tumbuh dengan baik walaupun banyak kejadian yang tidak terduga yang harus ia lalui bersama sang papah. Athalla & Papah kelan...