S E M B I L A N B E L A S : "Situasi yang Membingungkan"

300 46 17
                                    

***

"Mereka.. Nakula- Bima-..

.. anak-anakku.."

Yuniar tidak bisa menahan perasaannya lagi. Jadi tanpa memikirkan apapun, wanita itu segera berlari menuju gerbang sebelum kedua orang itu benar-benar pergi. Dia bahkan beberapa kali nyaris terjatuh, tetapi dia tidak perduli. Yuniar terus berlari hingga sampailah dia ke gerbang depan rumahnya. Beruntung, ketika dia sampai, dia berhasil meraih tangan Nakula dan membuat pemuda itu menghentikan langkahnya.

"T-tunggu-" kata Yuniar terbata.

Nakula yang cukup terkejut melihat Yuniar tiba-tiba saja sudah berada di belakangnya, menatap wanita itu bingung. "Tante? Tante ngapain di sini?"

"Kenapa Kul?" Bima bertanya karena merasakan langkah adiknya tiba-tiba berhenti. Jadi dia menolehkan kepala demi melihat apa yang sebenarnya terjadi. Tapi betapa terkejutnya dia ketika melihat sosok wanita yang sedang mencegat tangan adiknya sekarang. Bima benar-benar terkejut dan sangat tidak percaya akan melihat wanita itu dihadapannya sekarang.

"B-bima? Kamu Bima?" Yuniar bertanya sembari mulai melangkah mendekat pada Bima untuk menyentuh wajahnya. Kedua matanya dipenuhi oleh riak air mata tatkala menatap wajah itu. Sungguh, berapa lamanyapun dia tidak melihat wajah ini, tidak sedetik pun Yuniar bisa melupakannya dari hatinya. "Kamu Bima? Benar kamu Bima?" Tangan Yuniar berhasil menyentuh wajah yang sekarang terlihat kaku melihatnya itu. Perasaan Yuniar bergetar tatkala dia berhasil menyentuh wajah Bima. Wajah putra sulungnya.

"Bima- kamu benar Bima? Bima-"

Namun seperti ditarik oleh kesadaran, Bima tiba-tiba saja menepis tangan Yuniar dengan kasar. Membuat wanita itu terkejut. Begitupun Nakula.

"Bang-" tanpa sadar Nakula bergumam karena merasa apa yang dilakukan abangnya cukup kasar barusan.

"Kenapa anda sembarangan menyentuh saya?" kata Bima dingin.

"Bima-" tangan Yuniar yang baru saja ditepis Bima gemetar. Sebenarnya seluruh tubuhnya gemetar sekarang, mendengar suara dingin anaknya. Tapi disaat yang sama, dia tahu. Dia mengerti. Bima pasti masih sangat marah padanya atas apa yang terjadi di masa lalu. Usia Bima sudah cukup untuk mengerti atas apa yang telah dilakukan Yuniar ketika Yuniar meninggalkannya dulu.

"Nakula-" Bima tidak ingin memperdulikan wanita di hadapannya. Dia hanya ingin segera pergi dari tempat itu bersama Nakula, sebelum wanita didepannya meracau macam-macam yang dapat membuat adiknya dilanda kebingungan yang teramat besar. "Ayo pergi." Bima menarik tangan Nakula, tetapi tanpa pernah disangkanya, Yuniar juga mencegat tangan Nakula, demi bisa menahan merea berdua.

"T-tunggu. Tunggu dulu Bima. Bima, ma-"

"Jangan berani anda menyebutnya!" teriak Bima sangat keras. Tepat disaat itu, Sadewa sampai diantara mereka bertiga. Bima terpaksa meninggikan suaranya karena takut Nakula mendengar sesuatu yang tidak boleh dia dengar.

"Anda tidak berhak menyebut diri anda dengan sebutan seperti itu setelah apa yang anda lakukan dulu."

"Bima-" Yuniar tersendat-sendat. Dia ingin menyebut dirinya sendiri 'mama' untuk dua orang lelaki didepannya. Tetapi melihat kilat mata marah dimata putra sulungnya, membuat dia bahkan tidak cukup berani untuk bersuara lagi.

"Bang- lo kenapa sih?" Nakula mencoba menegur abangnya. Sebab dia merasa abangnya sudah keterlaluan dengan berteriak seperti itu pada Yuniar. Apalagi Yuniar adalah orang tua yang harus dihormati.

Bima tidak menjawab. Dia hanya menatap adiknya tajam sembari terus mengeratkan genggamannya pada tangan Nakula. "Lepaskan tangan adik saya. Anda bahkan tidak berhak menyentuhnya." Bima terus berkata dengan dingin. Juga menatap Yuniar dengan sorot mata tak kalah dinginnya.

WHEN NAKULA MEETS SADEWATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang