07 : Hekathon

323 143 66
                                        

Di saat hidup seseorang sedang terancam, maka itu merupakan waktu yang tepat untuk mementingkan dirinya sendiri.

Jendela persegi yang terletak kamar itu dibiarkan terbuka pada larut malam seperti ini, membiarkan semesta melarikan semua udara guna menembus banyaknya celah. Bagi Helios, udara Budapest malam kini terasa sejuk. Sapuannya terhadap kulit mampu menenangkan pikiran dan segala ekspektasinya yang tak kunjung membaik.

Keadaan semakin rumit, satu persatu manusia di sekitarnya mulai menunjukkan teka-teki yang menjadi pemicunya dalam mengingat Elina. Wajah Luna yang seolah membawa luka lama, Noah yang membuka jalan keberaniannya untuk kembali bertindak, Kathrine yang ternyata juga bertanya-tanya sepertinya, juga Hwang yang mengaku terancam atas kembalinya Helios yang bertujuan membawa Elina pulang.

Kenapa pula lelaki itu bisa tahu tujuannya datang hanya karena Elina?

"Lebih baik kau segera kembali ke motel, ini sudah malam."

"Dan kau sebaiknya tidur lebih awal."

"Aku paham."

"Jangan merusak diri sendiri."

Renungan Helios buyar, sayup-sayup mendengarkan percakapan dari luar kamar. Ia bangkit, berniat memeriksa siapa saja orang-orang yang masih terjaga itu.

Pintu kamar Helios terbuka, menunjukkan kehadiran Noah yang sedang berpamitan dengan Luna. Tubuh Helios lalu bersadar di ambang pintu, memincingkan mata kepada Noah yang berlagak tertangkap basah.

"Semalam ini?" Goda Helios.

"Itu—" gantung Luna menunggu Noah yang tak kunjung berkata-kata. "Kami baru saja menonton opera."

"Opera asli?"

"Tentu. Ah—dan ini." Luna menghampiri Helios dengan tiga tangkai bunga matahari kecil. "Sore tadi aku memetiknya bersama Noah."

"Kenapa?" Helios menerimanya dengan baik.

"Hanya ingin memberimu. Seseorang bernama Helios setidaknya memiliki sesuatu yang berhubungan dengan matahari."

Noah menimpali, "bukannya kepribadian Lios memang seperti matahari?"

Luna menggeleng, "dia seperti gerhana."

Helios menjadi kehilangan arah dalam mencerna ungkapan Luna. Itu seperti tohokan baginya. Apalagi saat Luna melanjutkan, "dia adalah matahari yang tidak bersinar. Atau—dia hanyalah sunshine yang dihalangi keberadaan bulan (gerhana)."

Senyap adalah kata yang dapat menggambarkan situasi dalam beberapa detik. Baik Luna maupun Noah bungkam, sebelum akhirnya Helios yang kembali bersua dengan tenang. "Terimakasih atas bunga ini dan anggapanmu. Kau cukup perhatian sebagai rekan kerjaku."

Pintu utama di luar terdengar ditutup. Tak lama berselang muncul Shon dan Kathrine yang tampak kelelahan setelah seharian meninggalkan asrama.

"Oh astaga, direktur biro rupanya sangat membosankan. Bagaimana bisa dia menahan kita untuk tidak pulang dan mendengarkan celotehannya saja saat ia mengikuti perang?" Kathrine terus mengeluh sambil menepuk-nepuk bahunya yang kesakitan.

"Apa berjalan lancar?" Tanya Luna.

Shon yang hendak menjawab segera didahului Kathrine, "terlalu lancar alias—meh!"

Shon menggelengkan kepala. "Mana Hwang?"

Helios dan Luna seolah enggan menjawab mengingat pertengkaran yang terjadi beberapa jam lalu. Beruntungnya orang yang dicari muncul dengan sendirinya. "Aku disini." Sahutnya santai.

Helios dan Hwang luang melirik satu sama lain dengan tatapan tajam, tapi Hwang lebih dulu beralih untuk bertanya pada Shon. "Ada apa?"

Shon membuka sebuah berkas dan memperlihatkannya pada semua orang. "Interpol memberi bantuan berupa penyelidikan keberadaan Yashar dan kelompok Ten Moons. Ternyata itu bukan sekadar kelompok atau organisasi, namun lebih mirip seperti sindikat, terdiri dari banyak orang penting yang masih diinvestigasi. Hari ini, 10 jam yang lalu, mereka semua pindah ke Aeas, Hekaton."

The Black SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang