Tolong untuk menjadi pembaca yang baik. Berikan vote dan komentar sebagai respon positif terhadap penulis, terimakasih.
➖
"Bagaimana kalau ternyata aku meninggalkanmu?"
"Hahaha, just stop it, son-shine. Kita akan baik-baik saja."
"Aku tidak mau kau sendiri."
Elina tersenyum sumringah dengan shotgun cantik pada jemarinya yang lentik, menatap Helios sangat mengejek karena berlebihan dalam memelihara kecemasannya.
"Terimakasih untuk wonderful gun ini, membuatku begitu mencintainya, Lios. Hadiah terindah yang pernah kudapatkan sepanjang hidupku."
"Jangan mengalihkan pembicaraan, Lin."
"Aku hanya jujur."
"Aku tidak berbicara tentang shotgun itu, aku berbicara tentangmu."
"Lios, dengar aku. Tidak akan ada yang meninggalkan dan ditinggalkan di antara kita."
"Lin, kau harus—"
"Lios, get down!"
Dalam waktu yang sama, Helios dan Elina merunduk, menghindari hujaman peluru dari orang asing yang tiba-tiba saja memasuki gedung area mereka. Mereka saling melindungi, saling menjaga untuk tidak terluka. Namun sialnya, orang itu lebih mengacu untuk membunuh Elina.
"Lin, awas!"
Elina terlambat menepi dari serangan itu, musuhnya telah lebih dulu melumpuhkan kaki kirinya. Helios yang kesal segera menembaki jantung orang itu dengan revolvernya.
"Lin," Helios menghampiri kekasihnya.
"Pergilah!"
"Kau gila? Aku tidak mungkin meninggalkanmu di sini!"
"Tidak, Lios."
"Itu hanya kakimu, sayang. Bangunlah—"
Elina menyingkirkan tangan yang menutupi tepi dadanya, menunjukkan dua luka hasil tembakan yang membuat darahnya mengalir deras. "Aku tidak akan bertahan, Lios."
"Tidak Lin—"
"Tinggalkan aku, sekarang."
Kring!
Lelaki itu tersentak hebat, berusaha melepaskan alam kehampaan dan trauma berat dari tidurnya. Dia Helios. Nampak mengerjapkan mata berulang kali, merasa semua mimpi buruknya tak kunjung berhenti menyiksanya.
Lima menit berlalu dari suara bising tadi, akhirnya Helios menoleh dan menemukan jam analog yang menunjukkan pukul 6:00 pagi. Tubuhnya lalu bangkit, satu tangannya menyibakkan rambut yang kini sudah mencapai pertengahan leher belakangnya. Sekiranya Helios tidak memiliki niat yang cukup untuk memotong rambut kecokelatan itu.
Sebelum melangkah Helios menyambar sebuah ponsel tak canggih di atas nakas, seraya melangkah ringan menuju kamar kecil yang berada dalam tempat tinggalnya. Tidak begitu luas.
Saat sebuah kran meluncurkan semburan air jernihnya, seseorang yang entah berada di mana lantas menghubungi Helios.
"Jerk," umpat lelaki Dawn tersebut namun tetap menjawab teleponnya.
"Halo, son-shine. Jadi kau sekarang tinggal di Jogjakarta?"
Helios diam.
"Indonesia terlalu jauh untuk bersembunyi, Lios."
"Tahu darimana diriku?"
"Sue you."
Helios berniat mengakhiri sambungan jika saja lelaki di seberang sana tidak mencegatnya.
"Jangan kau matikan!"
"Lalu apa maumu?"
"Lios, kita kekurangan anggota di sini."
"Kau tahu aku tidak akan kembali, Shon."
"You will."
Helios berdecak kesal dan keluar menuju sebuah almari guna meraih selembar handuk kecil yang lupa ia bawa. Helios sengaja mendiamkan sambungan telepon untuk beberapa saat, agak kesal dengan apa yang mengganggunya sepagi ini.
"Ini sudah 3 tahun, Lios. Kau masih takut atau—"
"You will never know anything until you walk on my shoes, Hursley."
"Oke oke, aku tidak akan membahasnya."
Helios mendengkus kesal.
"Kami ada di Budapest, Lios."
Mendengar nama wilayah Budapest membuat Helios menengok pada arah kanan, menemukan pantulan wajahnya dalam kaca cermin yang cukup kecil.
"Aku bisa membantumu untuk mencari jasad Elina, tanpa—"
Secara sepihak Helios mengakhiri panggilan, melempar ponsel usangnya ke atas ranjang sebelum mengusap wajah frustasinya. Helios terhenyak saat menyentuh kumis tipisnya yang mulai liar, mematung menemukan shotgun penuh luka yang berdiri tegap di bagian sudut almarinya.
Shotgun itu seperti wujud lain dari pepatah senjata makan tuan. Karena shotgun itu, Elina semakin jatuh cinta pada dirinya. Namun karena shotgun itu juga, Elina dekat dengan kematiannya.
➖
UNLOCKED CHARACTER
SHON HURSLEY
➖
To be continue.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BLACK SUN
FanficJuni setelah Gerhana di tahun 2018, Helios Dawn harus merelakan dua hal penting dalam hidupnya. Karir cemerlang sebagai seorang agen federal, dan seorang gadis terkasih yang pergi untuk selamanya. Dulu, Helios mendapat julukan sebagai The Son of Sh...