Siang ini di suatu rumah besar mendapati seorang perempuan yang sibuk memainkan ponselnya. Ditambah dengan adanya seseorang yang tiduran di pangkuannya.
"Rene, menurut lu tawaran yang kemarin gue terima atau gak usah ya?" Tanya si perempuan yang tidur dipangkuan sahabatnya.
"Yang mana?"
"Itu lho yang gue bilang ke lu, ada klien nyewa gue buat seminggu. Nih fotonya.." di sodorkanlah foto seorang lelaki padanya.
"Dih Wen, ini siapa lagi? Bukannya lu biasa dapet yang agak tuaan, ini mah terlalu berondong."
"Kampret lu! Seakan-akan gue selalu di sewa om-om, gak pernah ya gue setuju kalau kliennya umur diatas 30an." Ucap Wendy menampar paha Irene sembari bangun.
"Yahhh Wen! Sini tiduran lagi, iya deh maafin gue. Gue cuma bercanda hehe." Seru Irene menarik ujung baju Wendy agar kembali menidurkan kepalanya di pangkuannya.
"Udahan, gue mau mandi dulu." Sebelum Wendy melangkah, Irene menahan tangannya.
"Emang lu mau kemana?"
"Ya ketemuan sama klien yang gue tunjukkin tadi fotonya." Wendy menahan tawa melihat reaksi Irene terbilang menghibur dirinya. Secepat kilat Irene mengurung tubuh Wendy dalam lingkaran lengannya.
"Gak! Gue gak bakal biarin lu kesana, tolong hari ini lu libur jadi 'pacar sewaan' dulu."
"Enggak bisa dong, Rene. Ini udah ditunggu, masa iya dibatalin gitu aja." Tegur Wendy.
"Siniin hp lu, gue chat dia buat batalin janji hari ini. Besok baru lu bisa pergi sama dia."
"Etdah bocah! Enteng bener ngomongnya. Udah ah gue mau siap-siap, mending lu jawab semua pesan yang masuk tuh." Wendy mengangkat tubuh sahabatnya dan diletakkan di sofa. Kemudian pergi untuk bersiap-siap.
"Ihhh Wendy mah jahat! Aelah, ngapa dia lebih mentingin klien daripada sahabatnya sendiri sih!" Gerutu Irene memukul bantal sofa dengan perasaan sangat kesal.
....
Wendy selesai mandi, ia segera mengambil tas kecilnya. Kemudian keluar kamar dan mencari keberadaan sang sahabat untuk berpamitan. Pada akhirnya Wendy menemukannya di ruang tengah sedang berada di alam mimpinya.
Wendy menggeleng kepala, menghampirinya dan berbisik tepat pada telinganya, "Lu pasti capek banget kemarin, maaf ya gue telat samperin lu, sekarang gue tinggal dulu. Tidur nyenyak sahabatku~" Wendy mengelus singkat pipi Irene. Lalu, menyelimuti tubuh sahabatnya sebelum pergi.
Sepeninggalan Wendy, Irene segera membuka matanya dengan senyum sumringah. "Kyaaa! Gue baru tau Wendy bisa selembut itu, biasanya mah kan kaya singa." Irene tersenyum lebar sampai akhirnya meringis sakit karena pipinya masih terasa perih akibat tamparan dari seseorang kemarin.
"Akh! Sakit! Ini gara-gara nenek lampir itu, pipi mulus gue jadi bonyok. Lagian tuh cowok juga bukan misahin malah diem aja, kaga lagi-lagi dah nerima klien yang masih punya hubungan. Cowoknya juga belegug, udah punya cewek malah cari yang lain. Udah mana sialnya gue yang jadi orang lainnya." Kata Irene melampiaskan kekesalannya terhadap selimut dengan meremas sekuatnya.