bab 26

12 6 1
                                    

Happy reading 💐

  Kejadian kemarin berhasil membuat Abe tidak bisa tertidur pulas. Sepanjang malam dia terus memikirkan keanehan demi keanehan yang terjadi di sekolah ini, termasuk juga dengan para guru, dan wakil kepala sekolah.

Kini Abe tengah berada di UKS. Rasa penasarannya membuat dirinya merasa kewalahan, dan berakhir mengalami sakit kepala, karena terlalu banyak pikiran. Dia sama sekali tidak fokus dengan pelajaran yang di jelaskan oleh guru, di kelasnya.

Abe menatap langit-langit ruangan UKS, apa yang harus dia lakukan? Berulang kali dia mengutuk rasa penasarannya, melakukan berbagai cara agar kembali acuh, tapi nihil.

"Argkhhhh, sumpah dah, ini gue nurun siapa sih, perasaan bonyok gue kagak ada tuh yang kepoan kayak gue gini" ujarnya frustasi, mengacak rambutnya. Dia mencoba memejamkan mata, berharap semua yang dia pikirkan menghilang setelah tertidur.

Tidur sama sekali tidak membantu! Dia sama sekali tidak bisa tidur. Abe bangkit dari tidurnya, hendak ke toilet untuk mencuci muka.

Kakinya terus melangkah menyusuri koridor. Tanpa dia sadari, dia tengah membawa dirinya ke arah perpustakaan. Abe memasuki perpustakaan, dia sama sekali belum menyadari alasan mengapa dirinya bisa sampai sini.

Dia melihat-lihat buku, dan membacanya. Dia terdiam sejenak, mencoba mencerna apa yang tengah terjadi.

"Loh.. ehhh kok gue ada di perpustakaan? Ini kenapa juga gue baca buku sains, perasaan tadi gue mau ke toilet, kenapa jadi nyasar ke sini sih" Abe menggaruk kepalanya, bingung. Dia terlihat seperti orang linglung.

Abe melupakan niat awalnya sejenak. Dia membaca beberapa buku-buku yang menurutnya menarik untuk di baca. Dia berjalan kembali, mengambil sebuah buku yang cukup menarik perhatiannya. Buku itu terletak di paling sudut rak, dekat dinding.

Abe mengambil buku itu. Belum sepenuhnya buku itu terambil. Dinding yang semula hanya datar-datar saja, tidak ada hal yang mencurigakan, mulai terbuka memperlihatkan sebuah lorong panjang, yang Abe tak tau kemana arah lorong itu berakhir.

Dinding ini semacam pintu rahasia, dan buku itu adalah tombol untuk membuka pintu rahasia ini. Dengan rasa keingintahuan Abe yang tinggi, dia berjalan memasuki pintu rahasia itu.

Setelah masuk, dinding yang semula terbuka lebar itu kembali tertutup dengan rapat. Abe buru-buru kearah pintu itu, tapi sayang pintu sudah tertutup sebelum Abe berhasil keluar. Abe mencoba untuk membuka pintu itu, tapi ini sama sekali tidak bisa dibuka.

Tak ada pilihan lain, dia harus menyusuri lorong ini, mencari tau, dimana ujung dari lorong ini. Dinding lorong ini terbuat dari marmer. Saat Abe mulai melangkahkan kakinya, lampu-lampu sepanjang lorong mulai menyala.

Sudah hampir lima menit Abe menyusuri lorong itu tapi dia sama sekali belum sampai di penghujung lorong. Kakinya sudah terasa pegal.

"Ck kapan sih nyampenya, ini semalem gue mimpi apaan dah, apes banget. Terjebak di lorong yang gak tau dimana ujungnya. Gue dah pegel nehh tolonglah" ujarnya mengeluh.

Baru saja Abe merasa ingin menyerah, karena tak menemukan jalan, di depannya terdapat sebuah pintu besar. Abe langsung berlari ke arah pintu itu. Siapa tau di sana dia menemukan sesuatu yang bisa membawanya keluar dari sini.

Abe membuka pintu itu dengan perlahan-lahan. Dia memasukkan kepalanya sedikit, mengintip. Abe melihat-lihat apakah ada seseorang di dalam sana. Setelah dia rasa tidak ada orang, Abe langsung saja masuk ke dalam ruangan itu.

Ruangan ini terlihat seperti ruang rapat. Dengan meja bundar di tengahnya. Di sebelah selatan meja bundar itu, terdapat sebuah layar berukuran besar, terpasang disana.
Ruangan ini cukup luas, muat untuk di isi sejumlah 50 orang. Di langit-langit ruangan, terdapat sebuah kaca berbentuk persegi panjang, memperlihatkan langit terang.

Silhouette (slow update) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang