Chapter 3: The First Step

457 52 14
                                    

New character unlocked;
Park Jihoon as Arsein Miguel

-—-

MEMASUKI detik-detik waktu akhir perkuliahan hari ini membuat bola mata lelaki tampan berambut pirang itu bergulir menatap jam yang melingkar di tangannya. Suasana ruangan cukup hening seusai forum diskusi beberapa saat lalu. Saat ini hanya terdengar suara pria paruh baya yang tengah memberikan sedikit kesimpulan dari materi perkuliahan hari ini.

Detik berikutnya para mahasiswa satu persatu meninggalkan ruangan setelah profesor mereka menutup lecture hari ini. Begitu pula Oliver tanpa membuang waktu langsung merapihkan buku catatan dan alat tulisnya dengan tergesa.

Netra tajam miliknya seketika bertabrakan dengan manik sahabatnya. Tanpa ia sadari bahwa sejak tadi Alka memperhatikan gerak geriknya yang terlihat tidak seperti biasanya hingga membuat dahi lelaki itu mengerut.

"Apa?" tanya Oliver datar.

Alka menggeleng pelan sambil tersenyum heran. "Nggak. Ini lo kenapa deh? Dari tadi gue perhatiin gelisah banget kayak mau buru-buru pergi gitu. Kenapa, bro?" tanyanya sambil menatap Oliver dengan bingung.

"Gue ada urusan."

"Mau gue temenin nggak?"

"Nggak. Lo balik duluan aja!"

Alka beranjak dari kursi. "Hmm, oke. Ya udah kalau gitu gue balik duluan. See you at home!" balasnya menepuk bahu Oliver kemudian pergi meninggalkan ruangan.

Selepas kepergian temannya lantas langkah kaki jenjang Oliver berjalan keluar ruangan menuju loker tempatnya menyimpan tas kemudian ia menyusuri lorong hingga sampai pada parkiran sepeda yang berada tepat di depan fakultas.

Melihat sepeda milik Alka masih terparkir rapih di sebelah sepedanya membuat manik legam milik Oliver menyapu sekitar mencari sosok lelaki itu. "Perasaan itu anak tadi udah balik duluan. Kenapa sepedanya masih ada di sini?" gumamnya tidak mengerti.

Sedetik kemudian bahunya terangkat seolah membiarkan—tidak ingin memikirkan lebih lanjut keberadaan Alka yang tidak dapat ditemukan. Oliver memilih untuk membuka gembok yang terpasang pada ban sepedanya kemudian perlahan mulai mengayuh pedal meninggalkan area Fachbereich Wirtschaftswissenschaft.

Kerangka besi itu melaju dengan kecepatan sedang di sisi jalan lingkungan Freie Universität Berlin. Beberapa sudut kampus yang dilewati menjadi pemandangan bagi mahasiswa rantau asal Indonesia tersebut. Jalur yang dilalui sekarang tidak asing bagi Oliver sehingga cukup mudah untuknya menyusuri jalan sampai pada tempat yang dituju.

Ban sepeda berhenti berputar ketika dirinya sampai pada tempat tujuan setelah lima menit perjalanan dari Garystraße 21 lokasi fakultasnya hingga Habelschwerdter Allee 45 lokasi tempat tujuan. Sebuah gedung dengan gaya berbeda dari gedung fakultasnya menjadi pusat perhatiannya saat ini.

Lelaki itu turun dari jok lantas mendorong sepedanya mendekat pada area gedung. Langkahnya kemudian terhenti sesaat dengan kedua mata yang menangkap papan bertuliskan Institut für Philosophie und Geisteswissenschaften.

"Department of Philosophy and Humanities,"

Pertama kali dirinya menjejakkan kaki pada fakultas itu membuat Oliver merasa sedikit canggung melihat suasana sekitar lantas ia memilih bergerak mencari tempat berteduh pada area halaman luar gedung. Helaan napas terhembus dari bibirnya seraya menunggu seseorang yang ia harap dapat ditemui hari ini. Meski Oliver sendiri tidak yakin dapat bertemu hari ini tetapi untuk saat ini keinginan lebih mendominasi hingga melambungkan harapan.

Oliver memperhatikan lingkungan sekitar sampai pandangannya menemukan sosok yang sejak tadi ditunggu tengah berada pada parkiran sepeda. Netranya memicing untuk mengamati lebih serius bahwa yang dilihat ialah benar seseorang yang ia tunggu.

Meet Me an der Spree [hajeongwoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang