-CLARA-

22 4 1
                                    


Selamat membaca!



Clara menuruni satu persatu anak tangga dengan gerakan yang gesit. Sendok dalam mangkok kosong bekas makanan yang berada di tangan kanannya itu sampai berdenting karena tangannya yang terayun dan tubuhnya yang bergerak cepat.


Mi instan yang ia makan sambil menonton film di kamar tadi membuatnya haus. Ia akan ke dapur untuk mengambil minum dan meletakkan mangkuk yang sudah kotor itu ke tempat cucian piring.

Samar-samar ia mendengar suara ibunya yang sedang berbincang dengan seseorang di ruang makan. Pikirnya siapa yang malam-malam begini berkunjung?

Karena dapurnya yang hanya bisa dijangkau dengan melewati ruang makan. Alhasil, mau tak mau dia pasti akan mengetahui siapa yang sedang bersama Sang Mama.

"Kak, aku bawain banyak makanan nih. Ada makanan kesukaan kakak juga. Kakak suka martabak manis, kan?" Suara ceria dari gadis berambut pendek yang duduk di salah satu kursi itu masuk ke rungu Clara. Clara malihat di meja makan ada Sate Ayam dan Martabak Manis porsi besar yang sedang ibunya pindahkan ke piring.

"Tadi beli sama pacar baruku loh. Makan bareng yuk!" ajak Gia dengan antusias dan senyum yang tak lepas dari bibir tipisnya.

Clara yang tadinya berniat lewat tanpa menyapa sepupu jauhnya itu kini terpaksa menghentikan kakinya untuk terus melangkah.

"Thanks," ucapnya singkat sambil menunjukkan mangkok di tangannya sesaat lalu melanjutkan langkah ke dapur. Masa bodo dengan pacar baru dan martabak manis itu. Perutnya sudah kenyang dan dia tidak berminat untuk bergabung bersama mereka. Gia--sepupu jauh Clara yang hanya terpaut satu tahun itu tiba-tiba cemberut karena penolakan halus yang Clara lakukan barusan. Senyum yang senantiasa menghiasi wajahnya kian memudar.

Gia tahu seharusnya dia bisa bersikap biasa saja karena ini bukan pertama kalinya Clara menunjukkan ketidaksukaannya. Sepertinya Ia memang tidak diterima oleh Clara untuk berada di rumah ini. Gia tidak tahu alasannya. Sementara itu ibu Clara hanya menghela napas, merasa sudah biasa dengan kelakuan anak bungsunya yang kelewat acuh.

Setelah menghilangkan dahaga dengan air mineral dingin yang entah kenapa jadi senikmat ini. Clara kembali ke kamar, tentunya dengan melewati ruang makan tanpa mengatakan apapun.

Ia tidak harus merasa bersalah kan? Toh, selama ini ia dan Gia tidak pernah dekat hanya untuk sekedar mengobrol ataupun curhat tentang masalah masing-masing. Ia tahu bagaimana perilaku Gia di luar sana. Gia itu terkenal. Gia itu punya banyak skandal. Dan Gia itu tipe-tipe orang yang tidak merasa terganggu jika dibicarakan oleh orang lain karena tindakannya. Clara tidak nyaman dengan itu semua. Gia dan Clara punya sikap berbanding terbalik. Maka dari itu Clara tak mau berhubungan apalagi menaruh kepercayaan pada orang itu.

Keesokan harinya, Clara mendengar teman-temannya bersorak senang karena Dewi baru saja mengumumkan akan mentraktir mereka semua. Dewi adalah wakil ketua kelas yang kebetulan hari ini sedang berulang tahun. Karena orang tuanya tidak mengadakan pesta perayaan, maka traktiran di kantin sekolah kali ini akan menjadi gantinya.

Bel istirahat pertama terdengar beberapa detik yang lalu. Clara memperhatikan teman-temannya yang mulai berhamburan keluar kelas dari tempatnya duduk. Dia menolak ikut teman sekelasnya ke kantin dengan alasan masih kenyang. Padahal sarapan pun tidak ia lakukan pagi ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tanpa Warna (Cerpen) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang