~1~

20 2 10
                                    

~1~

Duttt ....

Krik.. Krik...

"Suara apaan tuh?" Sebagian Mahasiswa yang ada di Kantin saling bertanya-tanya satu sama lain.

Sementara di meja Rara, gadis cantik berusia 21 tahunan itu menatap kelima sobatnya dengan tatapan tanda tanya.

"Gue tadi jelas ngedenger suara aneh tadi ada di deket gue. Coba angkat tangan di antara kalian siapa yang kentut?" tanya Rara to the point.

"Bukan gue! Gak mungkin gue ketut sembarangan," elak Cakra saat Rara melototinya.

"Yaelah Ra, napa lo natap gue sih? Kalo gue kentut, kedudukan gue sebagai pria sejatinya cewek bakal merosot," ujar Pian mengelak.

"Itu mata, mata.. Mau minta dicolok?" panik Ezhar ketika Rara beralih menatapnya.

"Wajah seganteng gue emang cocok buat jadi tersangka tukang kentut?" tanya Genta.

Kini Rara beralih menatap sobatnya yang terakhir yaitu Jamal.

Berbeda dengan yang lain, respon jamal yang cengengesan gak jelas justru membuat Rara curiga. Ralat bukan curiga lagi, melainkan yakin kalau Jamal-lah yang sebenarnya mengeluarkan bom nuklir.

"Mal, lo kentut?" tanya Rara.

"Hehe, iya Ra. Habisnya gue gak bisa nahan, suer!" jawab Jamal seraya nyengir tanpa dosa dan menunjukan jari peace-nya.

"Anjir, jadi lo yang kentut? Pantesan bau anjirt! BAU JENGKOL!" heboh Ezhar frontal dengan satu tangan menutupi hidungnya.

"Lo makan jengkol sehari berapa kali sih?" tanya Rara mengibas-ngibaskan tangannya di depan hidung, merasa risih bau kentut Jamal menusuk rongga hidungnya.

"Sepuluh kali."

"Busyet! Lo gak puyeng apa makan jengkol sepuluh kali? Gue aja nyicipin dikit langsung dimuntahin lagi tuh jengkol," ujar Cakra.

"Biasalah.. Budak emak Saroh kan emang beda. Tidur aja sambil kayang," sahut Genta datar.

"Hahaha.. Mas Genta bisa aja bercandanya," ucap Jamal jijay. Genta yang mendengarnya seketika ingin muntah.

"Alay lo!" cibir Rara.

"Kuy ah masuk kelas, bentar lagi mata kuliah Pak Bambang!" ajak Pian sambil beranjak dari tempat duduknya.

"Tumbenan lo ngajak duluan? Biasanya kan lo ngajak bolos!" ucap Cakra.

"Gue lagi males dihukum. Tau kan sifat si Bambang kayak gimana. Telat 10 detik aja langsung dihukum presentasi 1 jam. Emang ngadi-ngadi tuh dosen," sahut Pian.

"Anda bersoda sekali! Gitu-gitu Pak Bambang dosen terhormat kita loh," ucap Jamal membenarkan ucapan Pian.

"Dahlah, gue mau ke toilet dulu bentar. Kalian duluan aja ke kelas," ucap Rara tiba-tiba.

"Mau ngapain?" tanya Cakra.

"Mau mpuk sambil kayang. Ya mau cuci muka dong Sayang," jawab Rara di akhiri mengacak rambut Cakra dengan gemas.

"Aseekkk ... Witwiwww ...." heboh Pian, Jamal dan juga Ezhar, diiringi dengan siulan.

Sementara Genta, tetap memasang wajah datar. Manusia yang satu ini tidak terlalu suka dengan candaan. Selalu serius dalam segala hal, kecuali dalam hal percintaan.

Buktinya sampai sekarang belum ada satupun cewek yang berhasil mengobrak-abrik hati Genta.

"Hati-hati Bro, bucinnya si Rara mengandung keuwuwan. Nanti lo baper lagi," peringat Ezhar pada Cakra.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kiww, Pak Dosen!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang