Lima🎼 - Nothing but busy

8 1 0
                                    

HARSPACE - Nothing but busy

Hari ini sebenarnya Jena akan melakukan pekerjaannya seperti biasa yaitu menghitung barang masuk dan barang yang telah habis terjual dengan persediaan digudang setelah itu lanjut mengantarkan beberapa barang yang telah dibeli pelanggan ke alamatnya namun itu tidak terealisasi karena seorang akuntan sekaligus bendahara lagi cuti melahirkan. sebenarnya ibu hami itu telah mengajukan cuti bulan depan namun siapa yang dapat menduga bahwa dia melahirkan lebih cepat? alhasil Jena ditarik dari divisi pemasaran ke bagian accounting untuk satu hari ini

mengenai kenapa Jena bisa mengerjakan itu semua sebenarnya dia sempat berkuliah selama tiga semester dijurusan Ekonomi dan Bisnis. karena sang HRD tau sedikit background Jena, maka kerap kali bagian accounting meminta tolong padanya dan upahnya pun digandakan namun hingga saat ini perusahaan itu tidak kunjung menawarkan posisi yang pasti padanya. sebenarnya Jena juga tidak mengharapkan yang lebih karena dia sadar diri dengan backgroundnya yang tidak melanjutkan kuliah dan otomatis hanya seorang lulusan SMA. pihak HRD mungkin tidak menawarinya pekerjaan dengan posisi yang lebih tinggi mengingat aturan dari kualifikasi posisi itu sendiri lebih tinggi. kini cukup dia membantu dan diberikan upah tambahan sudah lebih dari cukup.

pada saat jam istirahat, Wina bagian finance bersama dua rekannya yang lain yaitu Dina dan Rio turut bergabung satu meja dengan Jena. Mereka seperti biasa ngerumpi perihal masalah di kantor hingga masalah aktris yang kini terciduk selingkuh. Jena hanya menjadi pendengar dan kadang menggangguk atau menggeleng jika ditanya sesuatu. 

"Eh mbakJen, tadi pagi dipanggil gantiin bendahara kantor lagi yak?" tanya Wina. Jena merasa energi yang dikeluarkan gadis itu selalu berapi-api yang tanpa sadar membbuat orang disekelilingnya ikut merasakan kepositifan dan keaktifannya. Seceria-cerianya Jena, lebih ceria dan aktif lagi seorang Wina Saraswati. dia juga yang pertama kali menegur dan mengajar Jena berteman hingga akrab seperti ini pada awal kerja nya walapun tentunya mereka berbeda divisi

"Iya Win, kenapa?" tanya balik Jena yang kini telah menghabiskan makanannya dan sedang menyeruput air mineral. akhir-akhir ini dia mulai menerapkan hidup sehat dengan makan secara teratur dan minum air putih setiap saat. namun satu hal yang belum bisa dia terapkan adalah tidur maksimal delapan jam sehari karena tuntutan pekerjaannya yang hanya bisa dia kerjakan di malam hari.

"Mbak Jen coba masukin cv aja ke bu Kinan. lagian bagian accounting tu krusial banget, ga diurus sehari aja udah numpuk apalagi sampe berhari-hari sedangkan nyebar lowongan ke luar juga pasti makan waktu, gabisa dalam sehari langsung dapet jadi daripada nyari orang lain coba aja mbak Jen yang ngelamar posisi itu," Wina mencoba mengutarakan niatnya

"Bener tuh mbak Jen, gajinya juga lumayan lho bisa bantu-bantu mbak Jen nantinya. lagian skill mbak Jen ga kalah sama bu Intan yang seorang bendahara bertahun-tahun," kompor Dina antusias

"Dibanding orang lain kan yaa, lebih mending pilih yang pasti-pasti aja ngga sih kalau aku jadi HRD atau direkturnya," Rio yang setiap harinya selalu ikut ngumpul bersama teman perempuannya ikut mendukung Jena

"Hmm, nanti deh aku pikirin," jawab Jena mulai sedikit berharap

*

Sore hari pukul setengah empat, Jena tiba dirumah dalam keadaan tercengang. bagaimana tidak rumahnya yang bobrok itu terlihat bersih kinclong tanpa debu sedikitpun. Bukannya Jena hiperbolis hanya saja memang sejauh mata memandang perbedaan rumahnya sebelum dan sesudah dapat terlihat dengan jelas. Kini Jena masuk rumah dan menyadari keberadaan Jae yang tengah sibuk didapurnya

"Oh Jen? sudah balik? maaf yaa makanan belum matang, ganti baju dulu," Jena terkekeh kecil. Sambutan dari Jae barusan terlihat seperti tuan rumah yang menyambut tamu dari luar tapi Jena tidak masalah karena dengan begitu keduanya tidak canggung dan sepertinya Jae sudah tidak se hopeless kemarin. Itu kabar baik

"Oke," sahut Jena singkat lalu berlalu dan membersihkan diri dikamarnya. saat dia keluar dengan wajah segar, dia mendapati Jae tengah memindahkan piring dan mangkok ke me makan yang buru-buru dibantu oleh Jena

"Maaf yaa Jen, saya nggak ijin dulu mau masak" ringis Jae kepada Jena yang duduk didepannya. 

"Santai aja lagi disini, selagi ada bahan makanan masak aja," sahut Jena dan mencoba masakan Jae untuk pertama kalinya. Kelihatannya enak namun saat dimakan memang sangat enak. Kondisi lelah dan perut keroncongan lalu disuguhkan hidangan enak seperti ini memang sangat memuaskan Jena. 

Sedangkan Jae sendiri harap-harap cemas masakannya tidak enak namun melihat perubahan wajah Jena, sepertinya masakannya tidak mengecewakan gadis itu.

"Enak Jae, ini mah saya bisa kalap" kata Jena berniat menggoda Jae tapi memang rasa masakan Jae enak. Dia tahu memadu padankan bumbu dan jenis masakannya agar enak dilidah.

"Makasih, tapi sepertinya ada alasan lain selain masakan saya yang buat kamu dalam suasana hati yang bagus. Good news?" Entah Jae kelewat peka atau memang raut kebahagiaan terpancar dari wajah Jena tapi memang dia dalam suasana hati yang bagus saat ini. nanti malam dia akan memperbaharui lagi cv nya dan mengantar sekalian surat lamaran kepada Kinan selaku HRD. 

"Yaa begitulahh, doain aja deh," hanya itu yang bisa dikatakan Jena. dia berharap pihak perusahaan dan kantor dapat mempertimbangkannya

"Semoga lancar dan terwujud apa yang kamu inginkan," Jae turut mendoakan kelancaran urusan Jena dengan tulus. untuk membunuh rasa canggung, Jena berinisiatif mengajak Jae berbicara dan terlebih dahulu bertanya pekerjaan lelaki itu apa

"Saya...seniman," untuk sekarang, rasanya sulit memberitahu gadis didepannya ini pekerjaannya. bukan takut jika mungkin saja dia dikenali dan dimanfaatkan, hanya saja dia takut respon Jena akan sama seperti orang diluaran sana. menganggap bahwa dirinya sampah

Mata bulat milik Jena berbinar cerah, jika dia ingat dia pernah mengatakan bahwa dia menyukai seseorang dengan bakat tertentu yang menurutnya keren. dan seniman merupakan salah satu pekerjaan paling karena itu artinya kita bekerja dibidang yang kita sukai.

"Keliatan sih," gumam Jena mengangguk-angguk takzim seraya memandang Jae dari kepala hingga kaki. pikirnya, seniman sekarang punya tampang diatas rata-rata

"Apanya?" tanya Jae kebingungan. mimik wajah Jena sangat sulit dibaca, kadang dia menggodanya atau bahkan bercanda dengan wajah datar

"Punya vibes-vibes seniman," celetuk Jena yang membuat Jae mengangkat kedua alis lalu terkekeh kecil. Sedikit demi sedikit, suasana canggung diantara keduanya mulai terkikis

*

Esok harinya, Jena kembali berangkat kerja sesuai waktu biasa dia pergi hanya saja kali ini dia berpakaian agak rapi dengan blazer abu-abu dipadankan celana kain dan baju kaos putih. rambut yang biasanya dia cepol kali ini dia ikat tinggi. sebelum pergi, dia sempat pamit dan bergegas menaiki motor matic nya membelah jalanan kota.

Hari masih pagi, namun Jena mengetahui bahwa HRD perusahaannya itu telah tiba di kantor terlihat dari ruangannya yang samar-samar memantulkan asap dari pengharum ruangan. Jena berdehem guna menetralisisr rasa gugup sejenak dan mengetuk dua kali pintu kaca itu. Bu Kinan yang akrab di sapa orang itu mempersilahkan masuk dan segera Jena masuk seraya mengutarakan niatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HarspaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang