Prolog: Misteri

227 31 8
                                    

"Hanya kalian? Tak ada siapa pun lagi?"

"Hanya kami."

"Bisa kau ceritakan sejak kapan kalian tinggal bersama?"

"Saat aku di tingkat akhir SMA. Aku mengajak mereka tinggal bersama karena tak ada siapa pun di rumah."

"Karena orang tuamu yang sudah tak ada?"

Dia mengangguk. Wanita yang duduk di hadapannya kembali melihat beberapa berkas yang dijadikan satu dalam sebuah map. Mencari beberapa informasi lain yang bisa membantunya memberikan jawaban atas potongan-potongan kejadian yang ia dapat sebelumnya.

"Awalnya mereka tak mau dan hanya menjadikan tempatku perkumpulan mereka saja, hingga satu persatu kemudian datang dan tinggal denganku."

"Kenapa mereka memutuskan tinggal?"

"Ya karena orang-orang yang mereka sebut keluarga tentu saja."

"Semuanya? Alasan yang sama?"

"Keluarga mereka kacau, dan aku membantu mereka dengan menawarkan tinggal ditempat yang setidaknya memberikan rasa nyaman bagi mereka."

Wanita itu berdeham. "Lalu kemana tujuan kalian pergi saat itu?"

"Berkemah."

"Hanya kau yang menyetir?"

"Ya."

Dia menunduk, bisa wanita itu lihat ia sedang memainkan kuku gelisah. Melirik jam yang menempel ditangannya, sang wanita lalu menutup berkas-berkas itu dan keluar ruangan. Begitu keluar, ia bertemu dengan salah satu timnya yang datang membawa hasil pemeriksaan.

"Bersih. Tak ada kadar alkohol atau obat-obatan. Dia juga tak punya catatan apapun di rehabilitasi."

Wanita itu membaca hasil tes pemuda itu, lalu kembali meliriknya dari kaca satu arah yang memperlihatkan ruang interogasi. Pria yang merupakan rekannya ikut melirik, lalu dengan wajah heran ia menggeleng.

"Entah harus bersyukur atau tidak. Hanya dia yang selamat."

"Iya 'kan? Bukannya itu membuatmu bingung?"

"Kudengar dia yang membantu dan menampung mereka? Pasti bingung sekali dia dengan kejadian ini. Tiba-tiba saja semua temannya pergi dan hanya meninggalkan dia. Apa ini balasan bagi orang baik? Kau juga kenapa terus mengurungnya di sana? Periksa orang tua yang lain, mereka yang harusnya di sini. Dasar orang tua bejat, tak becus urus anak!"

Pria itu kembali berlalu ketika sebuah panggilan telepon masuk diterimanya, meninggalkan kembali wanita berambut sebahu itu dengan hela napas panjang yang terdengar berat. Sekali lagi ia melirik ke arah pemuda itu duduk yang kini sudah tak lagi menunduk.

"Choi Yeonjun, Choi Soobin, Choi Beomgyu, Kang Taehyun, Hueningkai. Ada apa sebenarnya yang terjadi diantara kalian?"







***


Halo! Balik lagi sama aku hehe
Another book of slice of life-nya TXT!
Ayo ramaikan lagi lapak notif aku, soalnya cerita fantasi kemarin masih sepi peminat. Kayaknya emang gak seru haha.

Thanks yang udah mampir, see u next chapt!

Lies Within LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang