O8

66 6 1
                                    

Mashiho yang sedang duduk di kasur menatap Jihoon dari kejauhan. Di subuh-subuh begini, sepertinya hanya dirinya dan Jihoon yang terbangun.

Oh, Mashiho melupakan satu sosok.

"Kak Jihoon ngobrol sama siapa, tuh?" gumamnya kepo. "Temennya kali, ya?"

"Ih tapi kok cakep?! Kak Jihoon buluk-buluk gitu ternyata temennya cakep-cakep semua." kata Mashiho lirih.

"Hng ... Ajun ..."

Mashiho menolehkan kepalanya, menatap Junkyu yang mengigau.

Ajun, ya?

Cowok mungil itu menyeringai. Ia memejamkan matanya, berusaha membaca pikiran Junkyu yang sedang tertidur.

Kim Ajun? Mashiho mengernyit. Kembarannya Kak Junkyu? Kak Junkyu punya kembaran?

"Heh, bocil." Suara itu membuat Mashiho membuka matanya. Di depannya sudah ada Jihoon yang berdiri.

"Sejak kapan kamu di situ?"

"Sejak lo baca pikirannya Junkyu." Jihoon berdehem. "Lo tau itu artinya melanggar privasi orang, kan?"

Mashiho diam.

"Junkyu punya kembaran atau enggak, itu bukan urusan lo."

"Iya, itu bukan urusan aku." Mashiho memiringkan kepalanya. "Tapi kenapa Kak Jihoon tau kalo Kak Junkyu punya kembaran?"

Jihoon mengangkat sudut bibirnya. "Lo ... tau kan gue itu guardian?"

Walaupun sudah mengetahuinya, Mashiho tetap saja terkejut mendengar pengakuan Jihoon. "Hm. Aku tau."

"Harusnya lo nggak usah nanya itu. Gue juga bisa baca pikiran orang." Jihoon memangkas jarak di antara mereka. Tubuhnya ia rendahkan, membuat bibir Jihoon berada tepat di samping telinga si Takata.

"Gue juga bisa liat masa lalu atau masa depan kalo lo mau tau."

***

"Gue udah lumayan baik, kok." kata Baejin memberitahu. "Lo berangkat aja ke sekolah. Gue beneran udah baik-baik aja."

Sanha menggeleng kuat-kuat. "Lo masih lemah, Bae! Nggak usah ngadi-ngadi nyuruh gue sekolah."

"Tapi-"

"Lo lupa hari ini guru-guru lagi rapat, hah? Sekolah hari ini libur, Baejin. Lo kan waketos, harusnya tau dong."

Baejin terdiam.

"Lo mau di sini sampe kapan?" Baejin kembali bersuara. Sejujurnya, dia merasa tidak enak pada Sanha. Sudah beberapa hari terakhir cowok itu menemaninya di apartemen.

"Sampe lo sembuh." jawab Sanha sambil tersenyum. "Nggak usah nggak enak gitu. Gue seneng kok jagain lo. Soobin juga lebih sering muncul di sini daripada di rumah. Jadi nggak usah ngerasa nggak enak, ya?"

Oke, kalau boleh jujur sebenarnya Sanha merasakan firasat tidak enak tentang kondisi Baejin.

"Gue tadi sempet beli bubur ayam depan gedung, mau makan sekarang?"

"Boleh."

"Oke, tunggu bentar ya!" Sanha buru-buru pergi ke dapur untuk menaruh bubur ke mangkuk.

Pergerakannya terhenti ketika Sanha merasakan sesuatu. Kepalanya ia tolehkan, menatap sekeliling.

"Choi Soobin? Lo di sini, kan?"

Sedetik kemudian tubuh transparan kembarannya terlihat. Dapat Sanha lihat senyuman lebar tercetak jelas di wajah Soobin.

"Sanha, Sanha! Gue bawa kabar gembira!"

"Apaan, tuh?" Sanha kembali melanjutkan aktivitasnya.

"Gue udah nemu tempat di mana Jihoon dikurung!"

SurvivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang