18

61 5 12
                                    

Sebuah pintu transparan terbuka, menampilkan Mark yang masuk ke dalam. "Oh, halo. Gue dateng ke sini sebagai tamu spesial, nih."

"Lah lo saha anying?" tanya Haruto sambil menunjuk-nunjuk ke arah Mark.

"Kenalin, gue Lee Minhyung. Panggil aja Mark."

"Jauh amat panggilannya." komentar Asahi. Cowok itu sedang berjongkok sambil menggambar abstrak di atas lantai. Kepalanya mendongak, menatap datar Mark yang baru masuk.

"Terserah dong." Mark mengendikkan bahunya. "Yang lain masuk, dong."

Yang lain?

Mata mereka membola ketika melihat 5 orang yang masuk ke dalam ruangan. Salah satu dari mereka terlihat sedikit transparan.

"CHOI SOOBIN?!" teriak beberapa orang di sana. Soobin jadi heran sendiri, apakah ia benar-benar seterkenal itu di luar SMA Maniac? Namun kenapa hanya ia yang terkenal? Kenapa Sanha tidak?

"Oh? Halo!" sapa Soobin riang.

"B-bukannya lo udah mati?" tanya Jeongwoo dengan suara bergetar. Fyi aja nih, dia takut sama hantu. Takut sama hantu, tapi kerjasama bareng iblis. Siapa lagi kalo bukan Jeongwoo?

"Emang. Yang bilang gue masih hidup siapa? Dibunuh sama ini nih." Soobin menunjuk Hyuka dengan dagunya.

Hyuka mengusap tengkuknya, merasa canggung. "M-maaf ..."

Soobin mengulas senyum tipis. Hyuka beneran ngerasa bersalah rupanya. Ia kemudian mengendikkan bahunya. "Nggak apa, udah takdir."

Yedam bertepuk tangan. "Nah, tamu undangannya udah dateng, tuh. Sekarang ayo mulai permainannya!"

Suasana yang awalnya cerah tiba-tiba meredup, dinding-dinding yang berwarna putih kusam kini tergantikan dengan warna merah yang tersebar di penjuru ruangan.

"Permainan bertahan hidup, kalian udah paham, kan?" tanya Mark sambil mengeluarkan pisau dari dalam jaketnya. Ia kemudian mengusap pisaunya pelan, seolah-olah mengetes seberapa tajamnya pisau itu.

Sip, buat mengoyak daging manusia bisa nih. batinnya senang.

"Anjir, Haruto awas!" Junkyu mendorong Haruto sekuat tenaga saat Mark melemparkan pisaunya ke arah cowok itu. "Aw, sshhh ..." Ia mendesis saat pisau itu mengenai lengannya. Dengan kata lain, merobek seragamnya dan menggores lengannya.

"Kim!" Yoshi hendak menghampiri Junkyu saat suara Yedam terdengar,

"Lo di kubu gue atau mereka, Kanemoto?"

Yoshi berhenti berjalan. Matanya bertatapan dengan mata Junkyu. Junkyu menatap Yoshi terluka saat sahabatnya itu mundur, memilih berada di kubu lawan.

Setelah yang mereka lalui selama ini ... Yoshi mengkhianatinya? Lebih memilih iblis untuk bertahan hidup dibanding mati bersamanya?

"Kak Junkyu! Nggak apa-apa?!" Mashiho segera berlari ke arah Junkyu.

Junkyu menatap miris lengannya kemudian menatap Yoshi. "Gue nggak apa-apa, Mashi. Luka di lengan gue nggak sebanding sama luka di hati gue."

Hati Yoshi tercubit ketika mendengarnya.

"Gimana kita bisa menang kalo gini?!" Tiba-tiba Jungwon berteriak. Dari nadanya sih, sudah terlihat jelas jika ia tengah frustasi. "Kita lawan iblis!"

Jihoon mengibaskan tangannya, menganggap perkataan Jungwon adalah hal remeh. "Ada gue sama Yonghee, tenang aja."

"Yonghee siapa lagi?"

"Oh, iya belum kenalan." seru Yedam. "Pending dulu mainnya. Kenalan dulu, gih."

"Halo, nama saye Kim Yonghee. Ini babu saye, Choi Sanha."

SurvivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang