Bunyi bising dari television pagi itu sedikit pun tak mengganggu aktivitas Lia yang sedang bahagia menyiapkan segala macam untuk majlis pernikahan abang sulung nya, Jelino yang akan dilangsungkan tak lama lagi do sebuah hotel milik teman Jeimi.
Matanya bergerak cepat mencari keberadaan Lino yang sedari tadi tak memunculkan diri. Setelah perbincangan itu selesai dan agent dari pihak hotel pulang. Lia mengeluh kesal dengan sikap abang sulungnya itu. Lia hanya mahukan abangnya bahagia dengan pasangannya nanti tapi pria itu seolah-olah menolak pernikahan itu walau bibirnya bicara 'iya, baiklah. Abang terima. Asal Lia bahagia.'
Lia melangkahkan kakinya ke tempat Eimi di ruang televisi. Melihat tingkah menggemaskan Eimi yang saat itu sedang menonton kartun sambil mengunyah cemilan di tangannya membuatkan Lia tak tahan ingin sekali mencubit pipi gembul itu.
"Nyamm... Nyamm... Iyaa inii mamm ama Eimii.." panggil Eimi dengan mulutnya yang penuh dengan makanan.
Lia mendekat lalu duduk disebelah Eimi kemudian mencapai mangkok berisi cemilan milik Eimi.
"Lia suapin ya? " tawar Lia dengan senyuman manisnya dan dibalas anggukan menggemaskan Eimi.
Sambil menyodorkan cemilan itu ke mulut Eimi, mata Lia terus menatap abangnya yang satu itu dengan pandangan sayu. Manja, cengeng, ga boleh dimarah. Eimi itu butuh seseorang yang bisa jaga dia. Kalau terus-terusan bersamanya, Eimi ga bakalan menikah sampai kapanpun.
"Tennappaaa???" tanya Eimi dengan pandangan polos soalnya Lia tak sedikitpun melarikan pandangannya.
Baru saja Lia mau membalas, kepala keduanya menoleh mendengar seseorang berdehem dari arah belakang mereka.
"Lagi manja-manjaan ga diajak nih? Haduehh abang pundung ah!!" kata Lino dengan suara yang dibuat buat merajuk. Tangannya disilangkan di dada menunjukkan tanda protesnya kepada kedua adiknya.
Eimi menjulingkan matanya ke atas melihat tingkah Lino tanda tak peduli lalu bicara, "Abang udah mau nikah gaboleh manja manja sama Lia lagi. Lia sekarang milik Eimi. Abang huss huss silahkan pergi menjauh."
Lino terdiam mendengar itu kemudian dia mendekat ke arah kedua adiknya. Menolak Eimi menjauh kemudian memeluk Lia erat. Pelukan yang erat hampir-hampir saja membuat Lia sesak napas untungnya Lino memahami dan sedikit merenggangkan pelukan itu.
Eimi yang tak terima langsung beralih ke sebelah Lia yang kosong kemudian turut sama memeluk Lia. Kedua pria itu langsung meletakkan wajah mereka ke ceruk leher adik perempuan mereka.
"Lia... Abang gamau nikah... Abang masih mau sama Lia sama Eimi. Abang gapapa kok ga nikah. Abang sama kalian aja. Gausah nikah. Boleh ya Lia ya?" Lino memohon tanpa mengalihkan wajahnya.
Lia membisu. Dia tak mahu berbicara apapun. Dia mudah luluh dengan permintaan manja abang abangnya terutama sekali Lino karna Lino itu sulit bener manja. Yang selalu manja itu Eimi doang.
"Liaaa..." panggil Lino lagi setelah tak mendapatkan respon apapun dari gadisnya itu.
Lia mengelus rambut kedua abangnya sambil tersenyum perih. Dia juga tak rela sebenarnya buat pisah sama Lino dan Eimi tapi.. keluarga mereka butuh pewaris. Dia ga bisa melahirkan karna dia kecelakaan yang ia alami sewaktu kecil yang mengharuskan rahimnya terpaksa dibuang.
Mengingat kejadian itu membuatkan Lia tanpa sedar meneteskan air matanya. Eimi yang merasa ada air jatuh ke bajunya segera menoleh ke arah Lia.
" Lia, why you're crying baby? Hm? Sini sama Eimi yaa.. jangan nangis gini.. ga enak Eimi liat nya tau.." rayu Eimi saat tangisan Lia semakin bertambah.
Lino juga lantas mengusap usap punggung Lia agar tangisan gadis itu mereda. Tebakannya pasti Lia lagi mikir soal masa lalunya. "Lia ada apa hm? Gamau nih cerita sama abang? Abang sama Eimi dengerin kok. Kenapa nangis?" tanya Lino sekedar untuk meminta kepastian walau dia tahu pasti punca tangisan gadis itu.
Lia menggelengkan kepalanya tanda tak mahu mereka tahu. Dia ga mau dihari yang abang nya bakal menikah, bukan Lino yang bermasalah malah dia yang mutusin untuk membatalkan majlis itu.
Lino dan Eimi saling berpandangan melihat respon Lia. Mereka kemudian terus-terusan memeluk Lia berharap agar tangisan adik tercinta mereka itu reda. Siapa aja yang ga sayang sama adiknya terutama sekali yang modelan kaya Lia.
Lia is everything to the two brothers. She was their mom, their queen, their home, their everything. Whoever do the mess to her will got more problem from her two brothers. Gada yang boleh nyakitin Lia pokoknya bahkan kalau sampai harus membunuh aja mereka sanggup asal Lia bahagia dan sentiasa senang.
Itulah juga sebabnya kenapa Lino lebih memilih untuk mengiyakan permintaan Lia yang mahukan dia bernikah. Dengan siapa? Sejujurnya Lino juga gatau siapa.
Bukannya Lia ga atur pertemuan mereka tapi iya. Percaturan seperti ini tidak membahagiakan hatinya. Dia hanya mahu adiknya bahagia. Terlalu sering dia menolak ajakan pertemuan itu sampai sampai sampai saat pengaturan majlis diatur semuanya oleh Lia.
"Jangan nangis ya Lia... Mau Eimi panggil Nalen ngga?" tanya Eimi yang masih mendengar sesengukan Lia.
Lino memandang Eimi melotot mendengar pertanyaan itu. Dengan sekedar gerakan mulut tanpa suara mereka berkomunikasi,
"Ngapain manggil Nalen??!! Ntar Lia ga punya waktu buat kita Eimiiii" marah Lino dengan tindakan Eimi.
"Maaf abang. Aku lupa hehe. Maafin nah abang lah yang bales. Gausah nunggu Lia." balas Eimi dengan kekehan polosnya.
Lino menggelengkan kepalanya kemudian menangkupkan kedua pipi Lia yang masih tersisa air mata disitu. Dia mengecup sebentar kedua mata Lia lalu beralih ke dahinya kemudian ke hidungnya dan terakhir di kedua pipi gadis itu. "Sayangnya abang jangan nangis ya. Apapun yang Lia rasain sekarang kalau Lia gamau cerita ke abang sama Eimi it's okay but you can't make yourself in this mess. Abang ga kuat dengarnya Lia. Lia sama Eimi itu berarti buat abang, abang gamau kalian sedih, nangis, kecewa. Abang juga bakalan salahin diri abang kalo kalian sampai begitu. Lia mau ni abang salahin diri abang?" tanya Lino sengaja menguji Lia.
Lia pantas menggeleng dan memeluk Lino. "Gamau.. jangan salahin diri abang.. abang tetap yang paling Lia sayang. Gada yang bisa gantiin posisi abang sama Eimi di hati Lia. Cuman ada abang sama Eimi. Gamau ada yang gantiin" ucap Lia dan dibalas usapan lembut dirambutnya oleh Eimi.
Dari kejauhan, ada seseorang yang berdecak melihat itu. "Ck.. apa aku harus batalin aja ya pernikahan nya? Ini mah namanya siblings complex. Ga banget sialan. Hadeuh" kata orang itu kemudian pergi begitu saja tanpa pamitan ke siapapun.
Selesai ayangie sekalian chapter 1 nya semoga suka (◍•ᴗ•◍)❤