16.

4.4K 320 0
                                    

"Satu hal yang harus kau ingat baik-baik, penguasa memiliki semua fasilitas untuk memanipulasi segala sesuatu. Termasuk sejarah."

Begitulah nasihat Alaric seraya menarik busur yang detik kemudian melesatkan anak panah tepat mengenai pusat lingkaran. Bravo!

Melihat panahan Alaric yang tepat mengenai sasaran, Arletta berdecak kagum. Refleks, wanita itu bertepuk tangan kegirangan. Senyumnya merekah begitu cerah penuh antusias.

"Hebat! Duke, sudah belasan panah, bahkan Anda mampu melepaskan tiga anak panah sekaligus. Astaga ...."

Mendengar pujian Arletta, Alaric hanya memasang wajah datar. Melirik sekilas, lalu menyerahkan busur dengan bentuk raksasa itu pada Arletta. Tentu saja bentuknya seperti ukuran jumbo karena dibandingkan dengan ukuran tubuhnya yang mungil.

Arletta menerima busur itu antusias. Namun, ketika benda itu berpindah tangan, Arletta dibuat terhenyak. Mendadak pipinya menggembung bersamaan dengan gravitasi yang menarik dirinya untuk melepaskan benda itu. Busur itu menyentuh rumput, membuat Alaric yang sudah berjalan menjauh kembali menoleh.

Melirik takut-takut, Arletta bisa menghela napas lega saat melihat Alaric kembali melanjutkan langkahnya. Lelah, mungkin karena mengajarinya tetapi tidak kunjung bisa.

"Lady, kemarilah!"

Panggilan itu membuat Arletta kembali menegakkan badan. Ditatapnya Alaric yang tengah berdiri di dekat penyimpanan senjata. Pria itu sedang memilah beberapa busur di dalam wadah anyaman. Berbeda dengan busur milik Alaric yang dilapisi besi dengan ukiran rumit, busur yang dipegang Alaric itu hanya terlihat seperti kayu biasa.

Lantas dengan mengerahkan seluruh tenaganya, Arletta berusaha mengangkat busur raksasa milik Alaric. Tentu dengan gaya yang tak biasa. Wanita itu memanggul busur itu di punggung, berjalan dengan langkah sedikit memburu karena tak ingin menyia-nyiakan tenaganya.

Beruntung, Arletta segera mencapai tenda penyimpanan senjata. Wanita itu segera mengembalikan benda sakral milik Alaric kembali ke tempatnya, sebuah kotak kayu dengan ukiran naga bersayap. Ukiran mewah khas bangsawan.

Selesai dengan tugasnya, Arletta segera mendekati Alaric. Baru saja menginjak tanah di sebelahnya, Alaric telah selesai memilih busur lalu menyodorkannya pada Arletta. Satu hal yang selalu terjadi ketika ia berdekatan dengan Alaric, membeku. Diam sepersekian detik, sampai Alaric menyenggol lengannya.

"Cepat ambil ini!" perintah pria itu seraya menyerahkan busur berukuran sedang kepada Arletta.

Senyum Arletta mengembang, ia menerima busur pemberian Alaric.

"Terima kasih," ucapnya penuh ketulusan.

Seperti biasa pula, Alaric hanya melirik dengan kesan sinis dilanjut dengan suara berat menusuknya.

"Cepat lakukan tugasmu dan berhenti membuang waktu!"

***

Arletta dilatih oleh seorang perwira yang ditugaskan Alaric. Peluh telah membasahi tubuhnya, tetapi tak kunjung menyurutkan semangat berlatih Arletta. Bahkan, meski langit telah berubah jingga, wanita itu masih menarik busur dan melepaskan anak panah yang telah ia usahakan dengan maksimal. Ya, meski ujungnya hanya menancap di lapis lingkaran terluar, nyaris tak mengenai sasaran. Itu cukup memuaskan.

"Lady, sepertinya latihan hari ini sudah cukup. Ini sudah sore. Takutnya, jika Duke pulang, tetapi tidak mendapati Anda di kediaman, dia akan khawatir dan menghukum saya karena tidak disiplin."

Mendengar penuturan perwira itu, Arletta yang sebelumnya telah menarik busurnya terdiam sejenak. Benarkah? Satu hal yang mengusik ingin ia protes adalah Alaric tidak akan mengkhawatirkannya. Siapa dia hingga membuat seorang Duke memiliki kekhawatiran itu padanya. Apalagi dengan sikap dingin Alaric. Arletta tidak berani berpikir demikian.

I Choose The Villain DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang