16. Janjian

275 41 0
                                        


"Renjaaaa~"

"Renja tungguiiiiin"

"Jangan cepet-cepet!"

"Lebar banget sih langkahnya, padahal kan lo cowok paling pendek di kelas"

Renja mengehentikan langkahnya, ia menatap tajam gadis yang dari tadi mengomel.

"Hehe.. jangan marah, makanya kalo jalan jangan cepet-cepet! Gue jadi kesusahan nyamain langkah lo"

Renja berdecak, lalu kembali berjalan dengan langkah lebar nya yang cepat. Ia kesal karena dikatai paling pendek, padahal tingginya dengan tinggi siswa tertinggi di kelas hanya selisih sepuluh senti.

HANYA sepuluh senti, kata Renja.

Di iya-in aja deh.

"Ternyata orang pendek bisa jalan langkah lebar juga, ya?"

"Diem"

Kesabaran Renja yang setipis tisu dibagi dua itu kini tersulut.

"Kalo gue pendek, lo apa?!"

Sia menahan tawa melihat ekspresi Renja yang sedang kesal.

Gemes banget sih! Argh!!!

"Gue kan cewek, dan gue nggak termasuk boncel, ya!" Ucap Sia menyombongkan diri.

"Halah! Tinggi nggak ada 170 aja sok tinggi!" Kesal Renja.

"Terserah! Gue kan cewek! Emang tinggi lo berapa?"

"171! Gue lebih tinggi dari lo!"

Sia memicingkan matanya menatap Renja dari atas sampai bawah.

"Siapa juga yang bilang lo lebih pendek dari gue?" Sia sengaja membuat Renja makin kesal.

"HIH!"

Renja masuk ke dalam kelasnya, kelas dua belas IPA 2, meninggalkan Sia yang masih berdiri di depan kelas. Sia tertawa kecil lalu melangkah menuju kelas sebelah. Kelas dua belas IPA 1.

.

.

.

.

"Gemes banget sih kalo kesel" gumam Sia mengingat ekspresi Renja sambil mencatat pelajaran dari papan tulis.

"Gue?"

Sia tersentak ketika secara tiba-tiba pria yang baru masuk kelasnya itu berbisik di telinganya.

"Liam bangke! Kaget gue!"

Liam terkekeh, lalu duduk di bangku sebelah Sia.

"Ngapain lo kesini?"

Pria itu tak menjawab, ia mengambil salah satu pulpen milik Sia lalu mencatat materi yang Bu Ita tulis di papan tulis sebelum guru itu izin pergi untuk rapat, rapat mengenai kelulusan siswa kelas dua belas beberapa bulan lagi.

"Sono!"

"Nanti, napa?"

Sia memutar bola mata malas, lalu melanjutkan kegiatan mencatatnya yang sempat tertunda karena memikirkan Renja yang sangat menggemaskan pagi ini.

Setelah selesai mencatat, Liam mengembalikan pulpen Sia dan langsung keluar dari kelas Sia untuk kembali ke kelasnya.

Sebenarnya Bu Ita sudah mengirim chat di grub agar anak-anak kelas dua belas IPA 2 meminjam catatan anak kelas dua belas IPA 1, namun tak ada yang benar-benar dekat dengan Liam, jadi pria itu memilih untuk sekalian mencatat materi yang masih terpampang di papan tulis itu.

"Yaelah, udah nyelonong, minjem pulpen nggak bilang-bilang, nggak tau terimakasih lagi!" Omel Sia saat Liam keluar dari kelas.

Ngomong-ngomong Sia tak terlalu asing dengan Liam, ia pertama kenal dengan Liam saat kelas sepuluh, mereka pernah satu kelas namun tak dekat.

Love Countdown | MoonmengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang