2

6 0 0
                                    

Setelah beberapa kali berpikir akan konsekuensi yang mungkin akan terjadi, keputusan Xyra sudah bulat, perempuan itu harus bercerita dengan mamanya. selama ini Xyra hidup dengan mamanya, mamanya yang selalu mengupayakan pendidikan dan kehidupannya jelas saja Xyra tidak ingin membuat perempuan itu bersedih akan kelakuannya.

Sudah cukup 6 bulanan ini dirinya bimbang, dirinya ingin mamanya tahu apa yang sedang terjadi pada anak perempuan satu-satunya ini. Setidaknya mamanya bisa memberikan pendapat akan kebimbangannya.

"Halo"

"Iya"

"Mama lagi apa" 

"Baru buat kue pesanan orang ini"

Xyra menghela nafas "Ma, Xyra mau ngomong"

"Apa"

Bingung, itulah yang Xyra rasakan, karena jujur saja Xyra bahkan tidak pernah bercerita dengan mamanya selama ini "Xyra hampir diperkosa sama suami tante ayu"

"Ya Allah nduk, kok bisa. Gimana ceritanya" Suara mamanya terdengar panik dan seakan tidak percaya

Xyra mendengar mamanya menangis, bahkan perempuan itu juga meneteskan air matanya karena sudah tidak kuat menahan kenyataan yang dirinya alami.

Selama ini semuanya Xyra pendam sendirian
Tidak ingin berbagi cerita dengan siapapun
Merasa tidak memiliki tempat berlindung
Dirinya merasa kuat dengan berdiri pada kakinya sendiri, dengan opini dan kepercayaan diri yang ada di benaknya, perempuan itu menjadi pribadi yang keras kepala. Sangat keras kepala

"Xyra maunya gimana" itu pertanyaan mamanya setelah Xyra selesai bercerita dengan sesenggukan

"Xyra bingung. Kalau pindah kuliah lagi Xyra cape masa tiap tahun pindah kampus. Kalau ga pindah Xyra ga punya siapa-siapa disini"

"Xyra pikirkan dulu aja ya Xyra mau gimana enaknya" Xyra mengangguk yang jelas saja tidak diketahui mamanya "Mama harus ngomong sama ayah kamu dulu, yang penting nanti kamu keluar dulu dari rumah tante Ayu. Masih ada waktu satu bulanankan buat kuliah."

Ayah, Xyra tersenyum miris mendengar mamanya menyebut kalimat itu. Panggilan itu digunakan Xyra untuk memanggil ayah tirinya. Ayah kandungnya? laki-laki tak bertanggungjawab yang bahkan sampe detik ini tidak pernah peduli pada kehidupannya.

Mana ada ayah yang tidak khawatir memiliki anak perempuan
Mana ada ayah yang tidak khawatir dengan kehidupan anak perempuannya
Mana ada ayah yang tidak khawatir dengan pergaulan anak perempuannya

nyatanya ada, siapa lagi kalau bukan ayah kandung Xyra dan beberapa anak yang tidak beruntung lainnya.

Cinta pertama anak perempuan adalah ayahnya
Kalimat ini jelas saja Xyra tidak setuju, selama hidup Xyra tidak pernah merasakan cinta kepada ayah kandungnya. Menurut Xyra, ayahnya adalah pemberi luka terhebat yang bahkan membuat Xyra merasa tidak percaya akan kalimat yang di ucapkan laki-laki.

Opini Xyra jelas diperkuat dengan perlakuan omnya. Lantas laki-laki seperti apa yang harus Xyra percayai?.

"Iya, 1 bulan lagi" jawab Xyra kepada mamanya

"Yaudah jaga diri baik-baik ya. Kalau ada apa-apa bilang sama mama"

"Kalau tante Ayu ga percaya gimana ma?", pertanyaan ini adalah pertanyaan yang selama ini Xyra pikirkan. Pertanyaan yang sungguh menjadi beban bagi Xyra karena keras kepalanya tante Ayu yang mungkin saja tidak percaya akan omongan perempuan berusia 21 tahun ini.

Gimana kalau dirinya dikatai pembohong
Gimana kalau dirinya dikatai pembual
Gimana kalau dirinya dikatai perusak rumah tangga
Gimana kalau dirinya dikatai penggoda

"Ga apa-apa, yang penting kamu aman"

"Makasi ma"

Sambungan telepon terputus, perasaan lega Xyra rasakan. Masalahnya teratasi satu per-satu. Setidaknya mama yang selama ini berjuang memberikan dirinya hidup mengetahui permasalahannya.

Xyra mencuci mukanya dan berjalan keluar dari kamar. Di ruang keluarga terlihat Caca yang sedang bermain dengan Panji-adik bungsunya. Xyra memilih bergabung dengan mereka dan bermain bersama.

XyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang