proLOG

126K 5.5K 257
                                    

Aku berada di tengah-tengah tiga puluh-an.

Pohon jambu yang kutanam bersama Gita 25 tahun lalu sudah jauh lebih tinggi dariku dan berbuah lebat pada musimnya, produktif sekali.

Gita pun sudah tiga kali lebih berat dibanding sepuluh tahun yang lalu saat dia menikahi Pamungkas. Tiga orang anak membuatnya seperti mengidap obesitas. Payudaranya turun lima belas senti dan bentuknya seperti pepaya bangkok kalau dia lupa pake bra. Sama produktifnya dengan pohon jambu yang kami tanam.

Mama sudah lima tahun ini berhenti bertanya kapan aku akan menikahi seseorang. Seseorang yang dia maksud dalam pertanyaannya dulu, kini bisa berarti siapa saja, tanpa kriteria lagi. Entah kemana idealismenya sebagai wanita menguap.

Kriteria itu terakhir kali dibahasnya dengan berapi-api delapan tahun yang lalu. Sewaktu dia menolak kehadiran Ibet dalam hidupku.

"Kikan sayang .... Ayolah. Kamu gak mungkin serius, kan? Dia sales celana dalam!"

Mama tak pernah bertanya bagaimana perasaanku pada Ibet, atau paling tidak setinggi apa daya juang Ibet sebagai sales lingerie. Beliau hanya diam sewaktu mendengar kabar bahwa Ibet menikahi Tirta, apalagi waktu tetangga kami bercerita mengenai usaha distribusi baju dalam Ibet yang sudah merambah pasar manca negara.

Daniel anak tetangga sebelah yang pernah mengompol di pangkuanku kini sudah lulus diploma dan menikahi pacarnya yang hamil 6 bulan minggu lalu.

Bertha, kucing yang kupungut sewaktu aku kuliah, sudah mati tahun lalu.

Sepertinya ... cuma aku yang tidak beranjak kemana-mana ....

The Chronicle of 35 year old womanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang