Author POV
Liburan keluarga adalah kegiatan yang sebenarnya sulit untuk dilakukan akhir-akhir ini karena kesibukan Ismail di kantor ataupun anak-anak yang harus sekolah pagi. Memang ada beberapa waktu tertentu, tapi pasti ada saja masalah yang datang sehingga liburan batal direncanakan.
Namun, dua Minggu belakangan Della sudah memperkirakan waktu yang tepat untuk mendapatkan liburan. Sebentar lagi anak-anaknya libur sekolah, jadi bulan ini mereka bisa pergi berlibur. Dia tidak peduli ke mana, yang paling penting bulan ini harus ada liburan keluarga.
"Ini pas nih. Hmm, berarti Minggu depan beneran ada waktunya."
Sebuah senyuman manis tercipta di bibir wanita berusia 26 tahun itu. Sudah lama dia mendambakan untuk liburan karena suntuk sekali dengan urusan rumah tangga yang tidak ada habisnya.
"Mama, boyaah ya ma?"
Della menoleh ke kiri dan sedikit melotot saat melihat Arfeen berusaha keras menarik tas les kakak perempuannya. Astaga, Della lupa kalau Arfeen sangat antusias untuk sekolah padahal bulan depan usianya baru tepat tiga tahun. Ini karena dia sering melihat Aurora dan Arvenio berangkat sekolah dan menyangka kalau dirinya juga bisa sekolah. Jangankan Arfeen, Arsalan saja baru akan memulai sekolah tahun depan.
"Eh nggak nggak, adek belum boleh sekolah. Duh, kok bisa tau aja sih tas kakak kamu?" Della lekas menghampiri Arfeen lalu menggendongnya. Mau sekolah saja tampilan seperti ini, cuma memakai celana pendek. Sekolah apa yang seperti itu?
"Mau ikut kak yalaa," ucapnya cadel.
"Belum cukup umur, sayang. Lagian kamu aja cuma pakek celana gini, gimana mau sekolah coba?" balas Della dengan dengusan geli.
Arfeen tampak merajuk, dia meminta turun dari pangkuan Della lalu masuk lagi ke kamar. Pasti dia ingin bermain seperti biasanya.
Della melirik jam di dinding dan sebentar lagi dua anaknya yang bersekolah akan pulang. Suaminya sudah berangkat sepuluh menit yang lalu untuk menjemput mereka, jadi dia tinggal menyiapkan makan siang saja.
"Mama, mau main ps. Alan mau main maaa." Lagi, Della menoleh begitu anaknya yang lain memanggil. Satu hal yang membuat Della marah kepada Ismail adalah ketika suaminya itu membelikan barang elektronik kepada anak mereka. Dua bulan yang lalu suaminya membeli PlayStation untuk anak-anaknya bermain. Jangan tanya bagaimana marahnya Della waktu itu, dia sudah mewaspadai suaminya untuk tidak membeli benda aneh-aneh karena takut anak-anak malah kecanduan game. Lihat hasilnya sekarang, hampir tiap jam entah itu Arsalan atau Arvenio sibuk ingin bermain game bahkan kini Arfeen mulai penasaran pula dengan apa yang dimainkan kakaknya.
"Tadi kamu udah main, sayang. Nanti sore baru boleh main lagi."
Arsalan menghentakkan kakinya, dia menarik-narik ujung pakaian Della dan terus merengek.
"Mamaa, main maa..."
Della tidak memedulikan rengekan putranya itu. Dia sibuk dengan urusannya memasak. Sebenarnya Della tidak tega jika anaknya sampai merengek-rengek, tapi dia ingin tegas. Sebisa mungkin Della tidak mau terlalu memanjakan mereka agar tidak membangkang.
"Hikss... Maaa!"
"Alan, kamu kalo main itu nanti matanya sakit. Terus kalo matanya sakit, siapa yang sedih? Mama yang sedih. Jadi biar Alan sehat, main ps nya nanti aja oke? Mama juga mau masak, jadi gak bisa bantuin kamu nyalain ps nya," jelas Della berharap putranya bisa mengerti. Arsalan mengusap pipinya yang bulat, dia menatap Della dengan mata indahnya.
"Mama sedih kalo Alan sakit?" tanyanya lucu dan Della mengangguk penuh kepastian. Dia menyamakan tingginya dengan Arsalan lalu diciumnya kedua pipi bocah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Moments : Short Story
Любовные романыKisah-kisah pendek di kehidupan pernikahan yang romantis dan penuh kasih sayang. Janu-Carissa Ismail-Della Adinata-Nayra