TIGA

3 0 0
                                    

Seperti biasa, sebelum baca jangan lupa vote dulu.

Happy reading~

-------ooOoo------

SELALU KARIN | 3

-------ooOoo------


"Sekali lagi makasih udah temenin gue beli sepatu cantik ini." Vana menjinjing sepatu basket yang baru saja ia beli bersama Marsel. Keduanya baru saja keluar dari salah satu toko sepatu di mall.

Marsel tersenyum lembut. "Kembali kasih."

"Sepatu pilihan lo juga bagus di gue." Marsel ikut-ikutan menunjukkan tas berisi sepatu basket barunya.

"Besok pas latihan harus dipakai bareng!" Seru Vana.

"Emang lo udah boleh ikut latihan lagi? Kaki lo baik-baik aja?" Tanya laki-laki itu memastikan.

Vana melihat kaki kirinya sendiri. "Gue baik. Kata dokter juga udah boleh kok buat lari-larian."

"Makanya hati-hati, jangan sampai terluka lagi."

"Namanya juga musibah, Marsel." Jelas Vana. "Untung aja nggak sampai remuk tulangnya, coba kalau iya, mungkin gue udah kaya orang gila nangis mulu."

"Lain kali peduliin keselamatan diri sendiri dulu, baru orang lain."

Pada saat kejadian itu, Marsel memang di sana. Melihat dengan mata kepalanya sendiri, properti pentas ulang tahun sekolah berupa balok-balok kayu roboh. Vana berhasil menyelamatkan temannya, tapi tidak dengan dirinya sendiri.

Akibat kejadian itu, kaki kirinya patah. Terpaksa ia harus menghentikan seluruh kegiatan berat selama lebih dari 6 bulan. Pada saat itu pula, adalah tahun pertama Vana di SMA. Ditambah lagi ia tergabung dalam tim basket putri untuk lomba antar sekolah.

Vana mengangguk setuju. "Makanya, gue beli sepatu baru saking senengnya bisa ikut basket lagi."

"Gue ikut seneng kalau lo seneng, Van."

Vana terkekeh. "Lo emang temen gue yang paliiiiiing waras."

"Emang Safna enggak?"

"Sedikit enggak, tapi gapapa."

Marsel tertawa kecil. "Lucunya."

"Apa?"

"Pertemanan kalian."

"Oh, iya, hehehe."

"Abis ini makan dulu, ya."

"Boleh." Balas Vana.

Kemudian keduanya menelusuri mall untuk mencari makanan yang Vana inginkan.

"Mau makan—"

Belum sempat Marsel menyelesaikan ucapannya, gadis itu sudah lebih dahulu berjalan cepat meninggalkannya.

"Loh, Van. Mau kemana?"

Arah pandang Marsel mengikuti kemana Vana pergi. Lantas ia menyusul Vana yang terlihat sedikit terburu-buru.

"Oh, jadi ini yang katanya nganter orang sakit?" Vana tidak bertanya dengan keras, tidak juga membentak. Tapi cukup mampu membuat orang yang dimaksud terkejut dengan kehadiran Vana secara tiba-tiba.

"Pulang sama gue itu maksudnya mau ngedate dulu?" Vana kembali bertanya. Kali ini tatapan matanya hanya tertuju kepada Mada.

"Van, tadi gue yang minta tolong sama Mada buat mampir sebentar. Ada yang perlu gue beli si sini." Karina mencoba menjelaskan.

REVOLUSI BUMI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang