Aku mulai mulai berjalan meninggalkan Bandar udara Internasional McCarran, Las Vegas. Walaupun gerimis menggepung kota Las Vegas yang dingin, aku terus menerobosnya dengan susah payah hingga tiba di sebuah halte busway. Cuaca yang dingin membuatku mengeratkan mantel buluku.
"Kau seorang turis, Nona?" tanya seorang laki-laki berbadan besar, pakaiannya serba hitam.
Aku menatap pria itu curiga, "Maaf?"
"Seharusnya turis seperti anda menaiki taksi, bukannya menunggu bis yang tak kunjung datang di halte ini," Pria itu menatapku dengan tatapan lapar, Aku yang mulai ketakutan mengambil koperku dan berjalan menjauhi pria berbadan bersar tersebut.
"Terima kasih atas sarannya, Tuan berbadan besar!" pekikku yang kemudian mempercepat langkah kaki ku yang kecil ini. Sial, pria berbadan besar itu malah mengikutiku! Dengan tergesah-gesah aku langsung berlari memasuki area bandara. Dewi Fortuna dipihakku, pria itu berhenti mengejarku begitu aku memasuki area bandara, dapat kulihat ia mendengus kesal kemudian berjalan menjauh dari bandara. Dan saat itu juga aku langsung memberhentikan sebuah taksi yang kebetulan lewat.
"St. William 18, Sir." ucapku sopan. Supir taksi itu mengangguk kemudian ia mulai melajukan taksinya menerobos kota Las Vegas yang sudah basah tertimpa hujan.
"Anda terlihat panik. Apa yang terjadi, Nona?" tanya supir taksi itu ditengah keheningan.
"Tidak, hanya saja seseorang berusaha merampokku beberapa menit yang lalu."
"Ah, sudah kutebak," Dia mengalihkan perhatiannya sejenak dari jalan, "Turis seperti anda memang seharusnya langsung menaiki taksi. Anda pasti menunggu bus di halte, bukan?"
Aku mengangguk kecil, "Dari mana kau tahu?"
"Sudah menjadi kebiasaan, kau harus lebih hati-hati tinggal di sini, Nona. Jujur saja, kota Vegas adalah kota yang kejam." kata supir taksi itu yang telah kembali menatap jalan, aku menelan ludahku sendiri. Supir taksi itu benar, belum 24 jam aku di sini tetapi bahaya sudah menghampiriku. Aku memilih mengalihkan pandanganku keluar jendela setelah mengucapkan terima kasih atas sarannya.
"Sudah sampai, Nona." supir taksi itu tersenyum padaku, dapat kulihat namanya di tanda pengenal yang terpampang di dashboard taksi ini. Kristopher.
"Terima kasih, Kristopher." aku membalas senyumnya dan turun dari taksi setelah membayar kargo.
"Sama-sama,semoga kau selalu beruntung." ujar Kristopher lalu ia menjalankan taksinya lagi hingga perlahan mulai menghilang di persimpangan jalan. Aku menyeret koperku memasuki apartement yang akan menjadi tempat tinggal sementara ku di Las Vegas. Aku ke Las Vegas bukan karna ingin liburan, aku ke sini karna aku merupakan salah satu siswa beruntung yang mendapatkan kesempatan menjadi siswa di salah satu sekolah menengah atas yang cukup terkenal di kota cahaya ini. Aku segera berjalan kearah resepsionis dan memesan satu kamar untukku, setelah mendapatkan kunci kamarku aku berjalan ke arah tangga di apartement ini. Tempat yang ku tinggali memang tidak mewah, aku sengaja memilih yang sederhana saja. Aku harus menghemat mengingat aku tak punya sanak keluarga satu pun di Las Vegas, semua keluargu tinggal di Indonesia. Setelah menemukan kamarku, aku segera melemparkan koperku di samping ranjang kecilku, aku merentangkan tanganku dan terjun ke arah ranjang kecil yang empuk milikku. Mataku terbuka dengan lebar, aku baru menyadari bahwa baju ku basah karna terkena hujan setelah turun dari taksi. Dengan segera aku mengambil beberapa helai pakaian dan bergegas memasuki kamar mandi.
***
Knock Knock
Aku menggeliat dalam selimutku, tidurku terganggu karna ketukan pintu sialan itu. Dengan langkah malas aku berjalan ke arah pintu dan membukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Las Vegas
ActionAzura Rahardian, gadis berdarah Indonesia itu termasuk gadis yang beruntung. Ia merupakan siswa yang berhasil melanjutkan pendidikannya ke luar negeri,Las Vegas. Karna sekolahnya itu, mulai saat itu pula ia harus terbiasa dengan budaya, kebiasaan, d...