Seseorang dengan seragam putih berdiri di depan rumah yang tidak begitu mewah, beberapa kali ia menekan tombol bel tetapi penghuni rumah itu tidak juga keluar.
"Permisi! Paket!" teriak si pengantar surat. Tak lama setelahnya dia mendengar suara gaduh dari dalam, dia tersenyum lega.
Pintu rumah itu terbuka dan menampakan seorang gadis dengan celana rumahan dan baju yang kebesaran, gadis itu terlihat baru saja bangun tidur. "Anda ingin mencari siapa?" tanya gadis itu.
"Apakah ini kediaman keluarga Rahardian?"
"Ya."
"Ada kiriman surat, Nona." Pengantar surat itu mengeluarkan sebuah surat dari tas selempangnya.
"Benarkah?!" tanya gadis itu penuh semangat, Azura Rahardian.
Pengantar surat itu memberikan surat itu pada Ara. "Tanda tangan di bawah sini, Nona."
"Terima kasih, Nona. Semoga harimu menyenangkan!" kata Pengantar surat itu dan segera meninggalkan halaman rumah Ara.
Gadis berambut hitam itu melihat surat yang berada di tangannya, matanya membulat lebar saat melihat logo sekolah yang sangat ia impikan. Ara menggigit bibir bawahnya dan meloncat-loncat kegirangan. Beberapa detik kemudian ia kembali bersikap biasa dan berlari memasuki rumahnya.
"Kau keluar dari kamarmu?!" pekik seseorang yang mempunyai rambut hitam sama seperti Ara. Dia melipat tangannya di atas dadanya.
"Aku hanya mengambil surat, Kak."
"Tetap saja kau keluar dari kamarmu. Cepat berikan surat itu padaku!"
"Tapi itu surat untukku!"
"Kalau begitu beri tahu aku apa isi dari surat itu."
"Ck! Kau menyebalkan, Angkasa!"
"Lakukan saja apa yang aku katakan."
Ara mendengus sebal lalu merobek bagian atas surat dan mengeluarkan isi dari surat itu.
"Untuk Nona Azura Rahardian. Berdasarkan rundingan pengurus dan kepala sekolah, kau kami terima sebagai murid di Queen High School. Kau bisa segera pergi ke Vegas, kami menyediakan penerbangan gratis untuk setiap siswa luar negeri..."
Ara membacakan dengan sangat keras isi dari surat yang membuatnya sangat bahagia itu, sementara Angkasa hanya bisa diam dengan muka tak berekspresi yang mana membuatnya terlihat sangat dingin.
"Jadi kau diterima di sekolah itu? Ku kira tadinya kau tidak akan di terima." kata Angkasa.
"Jahat sekali kau dengan adikmu yang paling cantik ini." kata Ara berpura-pura sedih.
"Kalau begitu cepat kau hubungi Ayah dan Ibu, lalu bersihkan kamarmu!"
"Ayaye, Kapten Angkasa yang menyebalkan!" Ara segera menaiki tangga dan menuju ke kamarnya.
***
Keluarga Rahardian sedang berkumpul bersama malam ini, Ara meremas tangannya di bawah meja. Kedua orang tuannya dan kakaknya itu menatap Ara dengan seksama.
"Kau yakin ingin berangkat ke Vegas? Kami bisa meminta orang-orang itu untuk menggantikanmu." kata Ibu Ara angkat bicara.
"Tidak, tidak, Bu! Aku mati-matian berusaha untuk mencapai semua prestasi-prestasi itu supaya aku bisa belajar di luar negeri! Ini kesempatanku, Bu, Yah. Ku mohon izinkan aku." kata Ara memohon.
"Baiklah-baiklah, tetapi berjanjilah kepada kami kau tidak boleh mempercayai seseorang dengan mudah dan selalu bawalah semprotan merica di dalam tas mu." kata Ayah.
"Dan tetaplah membuat hubungan dengan kami dari sana! Jangan sekali-kali memutuskan hubungan, Ara!" kata Harry menambahkan.
"Jadi kalian mengizikan ku? Benarkah?! Akhirnya, terima kasih Bu, Yah, dan Harry!" pekik Ara senang, dia segera berlari menuju kamarnya.
Sementara kedua orang tua Ara dan Angkasa berdiam diri di ruang keluarga dengan perasaan bersalah karena telah membebaskan Ara untuk pergi jauh dari gapaian mereka.
"Tenanglah, Bu, Yah. Angkasa yang akan menyuruh teman satu tempat kerjaku untuk mengawasi Ara selama ia berada di Vegas." kata Angkasa yang berusaha menenangkan kedua orang tuannya.
"Apakah ini tidak terlalu beresiko? Las Vegas terlalu jauh." Kata ibunya cemas.
"Kita tidak bisa terus menyembunyikannya dari Ara, tapi kita tetap bisa menjaga dan melindunginya."
"Ibu harap kita tidak salah langkah."
"Ibu, Ayah yakin dia akan baik-baik saja. Lagipula tidak baik terus mengurungnya di rumah."
"Tapi dia tidak tau apa-apa! Bahaya besar bisa mengikutinya kapanpun!"
"Ibu, tenang saja. Angkasa akan terus memantaunya, tidak aka nada yang bisa menyakitinya. Angkasa mohon percaya padaku dan Ara, ya?"
Ibunya hanya bisa menghela nafas berat dan menundukan kepalanya, ia masih belum siap untuk melepas putri satu-satunya pergi sangat jauh dari keluarga mereka.
"Ya, lakukanlah yang terbaik agar adik kecilmu itu tetap aman, Angkasa." kata Ayah kemudian beranjak dari duduknya lalu disusul oleh Ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Las Vegas
ActionAzura Rahardian, gadis berdarah Indonesia itu termasuk gadis yang beruntung. Ia merupakan siswa yang berhasil melanjutkan pendidikannya ke luar negeri,Las Vegas. Karna sekolahnya itu, mulai saat itu pula ia harus terbiasa dengan budaya, kebiasaan, d...