Chapter 15

979 120 20
                                    

"Masuklah ke dalam mobil!" kata Vernon yang ternyata datang dengan mengendarai mobilnya untuk menyelamatkan Seungkwan.

"Vernon?!" kata Seungkwan terkejut hingga membulatkan matanya.

"Cepat masuk ke mobil!" seru Vernon.

Seungkwan pun langsung berlari masik ke dalam mobil dan mengunci pintunya. Dari dalam mobil, Seungkwan bisa melihat ekspresi para berandalan itu langsung terdiam dan memundurkan diri saat melihat kedatangan Vernon.

Vernon pun menghampiri para
berandalan tersebut lalu menghajar mereka satu persatu hingga semuanya babak belur dan tersungkur pingsan. Salah satu dari mereka bahkan tidak bisa menyentuh atau menghajar Vernon sekalipun. Vernon benar-benar cepat dalam menghindar dan menyerang.

Setelah semuanya pingsan, Vernon pun masuk ke dalam mobilnya dan menginjak gasnya meninggalkan tempat itu. Ia bahkan hampir menindas salah satu berandalan yang sudah jatuh tersungkur. Vernon benar-benar marah dan menjadi gila saat ini.

Seungkwan berusaha mengatur napasnya yang terengah-engah dan mengusap dadanya. Ia melihat Vernon mencengkram setir mobil dengan erat dan rahangnya mengeras.

Seungkwan pun ketakutan saat melihat Vernon yang sedang emosi seperti ini, belum lagi mata tajamnya menatap jalanan seperti singa jantan yang bertemu sesamanya.

"Vernon? Vernon, kau..." kata Seungkwan mencoba memanggilnya dengan lirih.

"Aku akan kembali dan menghancurkan kepala mereka hingga otaknya keluar!" kata Vernon dengan penuh penekanan, namun masih bersikap dingin.

"Kau gak perlu melakukan itu." kata Seungkwan.

Vernon malah tertawa seperti psikopat gila yang kabur dari penjara, "Berikan aku alasan agar aku gak kembali ke sana, Seungkwan." katanya.

Seungkwan pun memikirkan alasan yang tepat agar amarah Vernon mereda. Pikirannya kalang kabut ketika melihat Vernon tiba-tiba menambah kecepatan mobilnya di luar batas wajar. Seungkwan sampai harus menahan napasnya sambil berpegangan erat pada pegangan di atas kaca mobil.

"Pakai sabuk pengamanmu!" kata Seungkwan dengan panik.

"Pakai sabuk pengamanmu, kau bilang? Kau serius, Seungkwan?" kata Vernon lalu ia kembali tertawa lagi.

•••

Seungkwan melihat Mijoo dan Eunbi keluar dari kafe sambil tertawa. Sepertinya mereka sudah bersenang-senang dalam waktu yang cukup lama.

Seungkwan pun melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Ia benar-benar sudah terlambat dari waktu janjian bersama mereka.

"Hei, aku harap aku gak terlambat untuk makan malam bersama kalian." kata Seungkwan sambil menghampiri kedua temannya.

Mijoo dan Eunbi agak terkejut dengan kehadiran seseorang di belakang Seungkwan yang tak lain adalah Vernon.

"Ah... Maafkan kami, Seungkwan. Kami sudah menunggumu dari tadi dan kami sangat lapar. Jadi, kami sudah makan duluan." kata Mijoo.

"Ini semua salahku karena telah mengajak Seungkwan keluar, makanya ia jadi kelaparan. Bagaimana jika aku yang menemani Seungkwan untuk makan sebentar?" kata Vernon.

"Iya, boleh. Gak masalah. Kami akan menunggumu di mobil Moonbin. Mereka sudah pergi ke parkiran duluan." kata Eunbi.

"Kalian gak perlu menunggu kami. Aku akan bertanggung jawab untuk mengantar Seungkwan pulang. Bagaimana, Seungkwan?" kata Vernon.

"Hhmm... Aku rasa tawaran dari Vernon boleh juga. Aku juga butuh makan, begitu juga dengan Vernon." kata Seungkwan.

"Baiklah, sampai jumpa besok di sekolah." kata Mijoo.

"Selamat bersenang-senang, Seungkwan." kata Eunbi.

"Baiklah, sampai jumpa dan terima kasih atas tumpangannya kesini. Tolong sampaikan permintaan maafku pada Kino dan Moonbin karena telah membuat kalian semua menungguku begitu lama disini." kata
Seungkwan merasa tidak enak hati.

Mijoo dan Eunbi pun mengangguk lalu melambaikan tangannya pada Seungkwan. Mijoo dan Eunbi pergi sambil tertawa cekikikan saat melirik ke arah Seungkwan dan Vernon.

•••

"Aku sudah memesankan makanan untukmu." kata Vernon.

"Baiklah, terima kasih. Jadi, apakah kau dari tadi mengikutiku?" kata Seungkwan dengan penasaran.

"Enggak." kata Vernon.

"Lalu, kenapa kau tadi bisa datang kesana dan menolongku?" kata Seungkwan.

"Satu porsi jamur ravioli." celetuk seorang pelayan wanita yang bertubuh seksi dan cantik datang sambil membawakan pesanan Vernon untuk Seungkwan.

"Terima kasih." kata Seungkwan.

"Kau gak memesan apapun, tampan?" goda pada Vernon.

"Enggak." kata Vernon dengan sikap dinginnya.

"Kau yakin?" kata si pelayan sambil mencodongkan dadanya yang besar ke arah Vernon.

Vernon pun membuang muka dari si pelayan itu, "Enggak." jawabnya dengan ketus.

"Baiklah, panggil aku jika kau lapar." kata si pelayan lalu pergi meninggalkan Vernon dan Seungkwan sambil tersenyum menggoda.

"Kau yakin gak memesan apa-apa?" kata Seungkwan.

"Enggak, aku sedang diet khusus." kata Vernon.

"Baiklah, kembali ke topik. Bisakah kau beritahu aku, kenapa kau bisa pergi kesana tadi?" kata Seungkwan sambil menikmati makanannya.

"Oke, kebetulan saja tadi aku berada tak jauh dari sini. Kenapa aku bisa ada disana? Jawabannya adalah aku bisa membaca pikiran orang lain. Lihatlah orang itu yang duduk di sana selalu memikirkan tentang seks." bisik Vernon sambil menunjuk seorang pria paruh baya bertubuh gemuk dengan wanita bule yang berpakaian seksi di pangkuannya.

"Oohh..." kata Seungkwan.

"Seks... Seks... Seks... Sebagian besar dari mereka selalu memikirkan tentang seks. Seks... Uang... Uang... Kucing?" bisik Vernon sambil menunjuk satu persatu orang-orang disana sambil membaca pikirannya.

Isi pikiran dari para berandalan yang ingin melecehkan Seungkwan tadi terlintas dan terbaca oleh Vernon. Itu sebabnya Vernon langsung pergi untuk menyelamatkan Seungkwan disana.

Namun saat Vernon menunjuk Seungkwan, ia malah tidak bisa membaca pikiran Seungkwan. Vernon pun merasa heran pada dirinya sendiri.

"Apakah ada yang salah dengan diriku?" kata Seungkwan yang membuat Vernon tertawa pelan.

"Kau bertanya padaku seolah-olah aku mengerti tentang anatomi dan gerak-gerik dirimu?" kata Vernon.

"Apakah kau serius?"

"Seungkwan, apakah kau tahu apa yang ada di pikiran orang-orang yang ingin aku hancurkan kepalanya tadi?"

"Jadi, kau juga bisa membaca pikiran berandalan tadi? Tapi kenapa kau gak bisa membaca pikiranku?"

"Aku juga gak tahu. Karena itu sepertinya aku gak bisa menjauh darimu dan aku ingin melindungimu."

Seungkwan bisa merasakan ketulusan dalam tatapan Vernon. Terakhir kali Seungkwan menatapnya mata Vernon berwarna kuning keemasan. Namun kali ini matanya kembali normal dan ini aneh, Seungkwan jadi curiga.

Dan Seungkwan tidak bisa untuk tidak terpana saat bertatapan dengan Vernon, terlebih saat mendengarkan perkataannya barusan.

"Kalau begitu, jangan tinggalkan aku. Tetaplah bersamaku." kata Seungkwan sambil menatap Vernon dengan penuh harap.

Seungkwan pun tidak menyangka bahwa Vernon menganggukkan kepala sebagai tanda bahwa ia setuju dan menuruti perkataan Seungkwan untuk tetap bersamanya. Seungkwan merasa sangat senang saat ini.

To be continued...
Jangan lupa komen dan vote-nya

SEVENTEEN : Code Six | VerKwanChan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang