1.

4 0 0
                                    

      Mereka menatap lekat musuh mereka di hadapan. Mereka mulai mencebik an mulut mereka secara bersamaan.

      Mau tidak mau, mereka harus berkerja sama dengan musuh. Demi Harta Pulau Kelapa. Demi mulut besar mereka. Demi harkat dan martabat mereka.

"Hai warga Masrsina! Aku punya tawaran bagus."

"Warga-Warga. Kita ini Pangeran tau!"

"Yeyeye. Terserah! Mau kerjasama gak?! Buat apa kita musuhan disini? Kalian mau dapatkan harta nya kan? Kalau gak mau jugak, yah gak papa. Kita bisa kok kuasa in sendiri."
Ucap Doyeong angkuh.

"NYENYENYENYE. Baiklah. Pembagian hartanya kita 80 kalian 20 gimana?!"

"Ye. Gak adil dong. BAGI SAMA RATA!"

"Ok. 60-40."

"Gak. 50-50 biar adil!"

"Iya dah."

***

     Semoga Ayahanda tidak melaknat mereka, karena bersekutu dengan musuh bebuyutan.

      Dan semoga, leluhur mereka memaklumi situasi yang terjadi sekarang.

"Kita mulai dari mana?"

"Ya tergantung."

"Tergantung? Hhh. Jawaban macam apa itu?"

"Hai manusia upil besar!"

"Hai! Seenak jidat kau memanggil kakak ku! Meskipun bentukan nya begini, dia tetaplah anak dari ayahanda ku."

"Cih. Belibet sekali perkataan mu anak muda!"

"Hey kalian! Berhenti bertengkar. Dan lihatlah gadis di ujung sana!"

     Sembari menunjuk ke arah gadis yang tengah berdiri. Raut wajahnya menakutkan, membawa sebilah pisau ditangan. Tatapannya tajam, bisa nusuk siapa saja di hadapan.

      Para pangeran begidik ngeri. Nyali nya perlahan menciut. Tidak terdengar lagi suara perdebatan mereka, berganti dengan suara kicauan burung gagak. Menambah suasa mencekam.

       Asahi menengok kiri kanan. Menatap lekat semua pangeran, dengan memelas.

"Hyung. Apa yang harus kita lakukan sekarang? Kita bisa mati sia-sia."

_______

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Treasure Hunter - Petualangan 12 Pangeran KesasarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang