Chap I.I - Siswa Baru

144 12 7
                                    

Lanjutan...

Bel berbunyi. Menandakan pelajaran pertama akan segera dimulai. Arthur pun segera berlari-lari kecil. Ia kemudian berhenti, merogoh sakunya dan membuka selembar kertas berwarna coklat.
"Dari lorong ini aku harus belok kanan kemudian aku harus belok kekanan lagi. kemudian aku sampai didepan diruang kelas. Ya... itu kelasku." Kata Arthur sambil melipat kertas coklat dan kembali memasukannya ke dalam saku celananya.
"Sepertinya aku harus lari." Kata Arthur sambil menyiapkan ancang-ancang untuk berlari.
Ketika ia sampai di depan pintu kelasnya yang berwarna coklat kehitaman. Ia pun mengentok pintu itu. Dan kemudian dengan perlahan memutar gangang pintu itu. Dilihatnya para teman sekelasnya sudah duduk rapi. Dan ia pun segera melihat kedepan kelas. Ia melihat seorang guru laki-laki tengah berdiri melihatnya.
"Maafkan aku mr..."
"Anderson. Mr. Anderson. Silakan duduk pangeran Arthur. Anda tak perlu menjelaskan kenapa anda datang terlambat. Saya tahu, ini baru hari kedua anda di sekolah ini. Saya paham situasi anda. Pasti tersesat bukan?" Tanya mr. Anderson kepada Arthur.
Arthur pun segera mengatur nafasnya, setelah itu ia menjawab,
"Benar, sekali mr. Anderson. Maaf... saya tersesat. Sekolah ini memiliki banyak lorong dengan pintu yang sama. Maafkan saya, saya tidak akan mengulanginya lagi." Kata Arthur sambil menunduk hormat.
Mr. Anderson tersenyum, "Baiklah. Silahkan duduk. Dan buka buku mu halaman 56."
Kemudian mr. Anderson pun berpaling ke arah papan tulis, melanjutkan menulis catatan.
"Arthur... Arthur"
Tiba - tiba ada sesorang yang yang memanggil nama Arthur lirih. Itu adalah Charles yang sedang memanggilnya sambil menepuk-nepuk meja disampingnya. Setelah tahu isyarat yang diberikan Charles. Arthur pun segera berjalan menghampiri meja disamping Charles.
"Aku sengaja menyediakan kursi kosong di dekatku agar kau bisa duduk disini." Katanya sambil tersenyum lebar.
"Terima kasih, Charles. Tapi sebenarnya kamu tak perlu repot-repot melakukan hal ini."
"Tak apa. Tapi, apakah kau tak menggunakan peta yang kemarin aku berikan ke pada dirimu?"
"Ohh... peta itu?"
Arthur pun merogoh saku celananya, "Aku bawa dan tentu saja aku gunakan. Terima kasih ya, ini sangat berguna"
"Oh... tak masalah. Kan aku sudah bilang, jika kau butuh apa-apa kau bisa bilang padaku. Dan aku akan berusaha membantumu."
"Terima kasih. Tapi kau tak perlu serepot itu." Kataku sambil tersenyum.
Karna terus terang sifatmu itu sangat mengangguku.
"Tak apa. Aku sudah bilangkan. Kerajaanku adalah sekutu dari kerajaanmu. Dan kami banyak berhutang budi karna kebaikan kerajaanmu."
"Jadi, apakah ini semua tentang politik balas budi?" Tanya Arthur dengan mata menyipit.
"Ehh... tidak begitu juga. Ini murni karena rasa persahabatan." Jawabnya sambil tersenyum lebar.
Tampaknya anak ini ingin berteman akrab denganku. Persahabatan? Apa itu? Bahkan selama seumur hidupku, aku belum pernah mendengar kata itu. Aku bahkan belum pernah merasakan apa yang namanya persahabatan.
"Ehh... Arthur, jika kau menggunakan peta pemberianku. Kenapa kau masih sempat-sempatnya telat?"
"Ehhh... aku telat bangun." Jawab Arthur sambil pura-pura tersenyum nakal.
Padahal sebenarnya aku tadi telat karna kerepotan memasang perban untuk menyamarkan dadaku. Sepertinya aku juga harus bersyukur karna dadaku tidak sebesar milik putri-putri dari kerajaan lain.
"Wahh... jadi kau bohong tentang tersesat?"
"Rupanya disini kita punya pangeran yang nakal ya?" Kata Charles sedikit terkekeh dengan jawaban Arthur. Ia pun menyikut-nyikut Arthur dengan sikunya sambil terus menahan tawa.
Arthur pun mengalihkan perhatian kedepan, memperhatiakan apa yang sedang diterangkan mr. Anderson.
"Setelah semua pelajaran yang membosankan ini selesai. Aku akan mengajakmu tur keliling sekolah." Kata Charles sambil tersenyum.
Arthur hanya meliriknya dan menjawab dengan anggukan.
*****
"Jadi, kita mulai tur nya sekarang." Kata Charles dengan cengiran lebar. Charles tampak sangat senang dengan acara yang ia buat.
"Jadi kita akan kemana dulu?" Tanya Arthur setengah malas.
Huh... sebenarnya aku malas mengikuti acara seperti ini. Aku capek setelah mengikuti pelajaran tadi. Aku gak mengira pelajaran dansa akan sangat menguras tenaga.
"Jadi, sekolah kita membagi kelas menjadi 4 kelas. Yang pertama adalah kelas pangeran. Tempat dimana semua pangeran-pangeran dari penjuru dunia belajar. Kedua, kelas putri kerajaan. Tempat dimana para putri cantik belajar. Kau tahu, sesekali kau juga harus mampir ke kelas itu. Meskipun itu cuma lewat untuk pergi ke ruang klub."
"Memangnya kenapa aku harus kesana?"
"Yaa... pastinya. Untuk mencari seorang putri yang kau bisa kau jadikan pacar atau bahkan calon permaisurimu."
Ohhh... aku perempuan tapi disuruh cari pacar perempuan. Memangnya aku penyuka perempuan. Well... tapi kenyataan dia gak tau aku perempuan malah aku harusnya senang berarti penyamaranku sempurna.
"Kelas ketiga, kelas bangsawan. Disini mereka di didik untuk menjadi calon menteri kerajaan. Kelas terakhir, kelas ksatria. Mereka belajar bagaimana menjadi seorang ksatria yang tangguh dan tak terkalahkan. Kau tau seringkali para pangeran dari kerajaan lain mengambil menteri dan ksatria dari sini. Mereka mengamati calon pilihan mereka. Menyeleksi diam-diam dan memberi keputusan siapa yang berhak berada di kerajaan mereka. Makanya, dua kelas ini. Kelas bangsawan dan ksatria memiliki tingkat persaingan yang ketat. Semakin hebat mereka semakin besar kesempatan mereka menjadi orang berkuasa di kerajaan."
Arthur mengangguk-angguk paham.
"Tentang klub, apa kau sudah tahu mau mengikuti klub apa?"
"Ehhh... aku malah tak punya rencana."
"Ehh... kau tahu, setiap siswa diwajibkan untuk mengikuti satu kegiatan klub." Kata Charles heran.
"Ehh... benarkah?"
"Mereka tak bilang apapun padaku tentang peraturan ini. Memangnya kau ikut klub apa?" Tanyaku penasaran.
"Aku ikut klub memanah. Aku suka memanah jadi aku ikut klub itu. Jadi, apakah kau sudah memulai memikirkan mau masuk klub apa?" Tanya Charles penasaran.
"Ehh... sebenarnya aku tak tahu ada klub apa saja di sekolah ini. Bisa kau jelaskan, Charles?
"Ok. Jadi disini ada banyaakkk klub. Mulai dari klub panah, pedang, berkuda. Bahkan klub jamuan minum teh atau berias pun ada."
"Ehh... jamuan minum teh, berias?"
"Itu klub yang didirikan oleh para putri-putri kerajaan. Kau tahukan para perempuan hanya senang bersosial dan bergosip sambil minum teh."
Entah kenapa aku merasa agak kesal. Tidak semua perempuan seperti itu. Ada kok sebagian dari mereka yang justru memikiran hal yg lebih besar dan luas.
"Ehh... kau tertarik masuk klub itu?" Tanya Charles dengan wajah menduga-duga.
"Tidak! Kau kira aku apa?" Jawabku tegas.
"Oohh... syukurlah." Jawabnya lega.
"Jadi,klub mana yang kau pilih?"

Note :
Please vote and comment after read my story. It's really help me to develop my writing skill.
Thank you for read my story :).

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kingdom of ArthuriaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang