8#

831 53 0
                                    

Selamat membaca
.
.
.
.
.

***

"Muhehehe."Sekarang Rena sedang berada di kamar nya ia sangat senang sekali karena dagangan baju haram nya banyak yang beli walau dia sedikit heran karena, kok bisa gitu ya kan baju haram laku.

'Otak orang yang beli pada kamana sih, kok jadi bisa laku sih astaga, tapi gak papa It's fine because dagangan ku laku yeeyy.' Kata Rena kegirangan dalam hati sambil senyum senyum sendiri kaya orang gila membuat orang yang melihat nya ke heranan dengan tingkah laku absurd milik Rena itu.

"Wes ndak papa yang penting laku." Kata Rena sambil tersenyum indah sambil melompat lompat kecil.

Setelah cukup puas melalukan aksi tersebut Rena duduk di pinggiran kasur besar milik nya.

Rena memikirkan uang yang ia dapat kan mau di pake buat apa karena dia udah cukup banyak uang pemberian dari ayah nya.

Rena melihat handphone nya yang berisi kan uang sekitar tiga puluh jutaan dari orang yang membeli baju nya itu karena orang itu memborong habis dagangan baju milik Rena.

Sudah Rena putus kan hasil dari jualan baju nya akan Rena sumbangkan ke panti asuhan dan orang orang yang lebih membutuh kan dari pada dirinya.

Toh dia udah punya segalanya buat apa dia nyimpen uang itu pikir Rena dan tanpa sadar pikiran nya meliar kemana mana tentang kehidupan nya yang dulu sebelum transmigrasi ini di mulai.

***

Kehidupan Rena dulu sangatlah tidak berfaedah sama sekali bagi fisik mau pun mental nya.

Ya karena orang orang itu tidak lah peduli lagi dengan nya, yang dulu nya di bangga bangga kan sekarang itu semua hanya lah lelucon semata, yang dulu sering di puji sekarang hanya hinaan yang terdengar, yang dulu selalu di sayang sekarang kekerasan lah yang di dapat kan, memang hidup itu tidak ada sesuatu yang adil dan aku mengakui itu.

Aku adalah saksi hidup dari semua itu pujian, kelembutan, ternyata itu hanyalah kertas putih yang kosong untuk menutupi kertas yang penuh coretan di dalam nya.

Aku ingat saat mama ku masih lah hidup mereka semua sangat baik kepada ku tanpa ku sadari itu semua hanya lah tipu muslihat saja, mereka semua hanyalah memakai topeng saja dari senyuman hangat itu, sentuhan lembut itu, hanyalah kedok semata untuk menutupi sifat asli mereka saja, heh miris nya diriku yang mempercayai nya.

Kadang ku juga sering berfikir 'Apakah ini hanya mimpi jika itu benar ku mohon bangunkan aku dari mimpi buruk ini.' Pikiran pikiran negatif itu lah yang menghantui ku.

Kadang ku juga kok sering bersyukur kok tentang apa yang ku dapat kan'Wah makanan ku berterimakasih kepada orang yang membuang ini di sini'.

'Cih, anak sialan'.

PLAK.

BUGH.

'Liat anak pembawa sial itu mendekat ayo kita pergi dari sini nanti ketularan lagi sial nya'.

'WOY JALANG MAU LEWAT CEPAT MINGGIR NANTI KETULARAN MAMPUS LU PADA'.

'HAHAHAHAHA GAK PUNYA IBU, GAK PUNYA IBU'.

'Anak pembawa sial mau lewat minggir'.

'Gue lebih bersyukur lo mati dari pada lo itu hidup.'

'Eh, lo kan yang udah memfitnah dia, jijik banget gue sama lo kakak sendiri aja di bully.'

BYURR.

Gosip dan rumor tersebar di sekolah tidak hanya murid guru pun ikut berpartisipasi dalam semua ini bullyan hinaan bahkan gosip dan rumor pun bermunculan dan itu semua adalah makanan sehari hari ku.

The Antagonis Figuran {Hiatus}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang