Hilmi tergesa memasuki rumah, dan langsung menuju kamar Hanum. Di dalam sana sang empu masih terlelap dalam tidurnya, di balut selimut tebal yang bermotif bunga sakura.
Dengan tak berperikemanusiaan Hilmi mengguncang tubuh Hanum secara bar-bar. Dalam hitungan detik Hanum langsung terbangun seperti orang kesetanan.
"Kenapa bang? Ada apa?" tanyanya dilanda kepanikan.
"Ayo pergi."
"Hah?? Jadi beneran gempa ya?"
Hilmi mengerutkan dahinya, "Perasaan gue gak ada bilang gempa."
"Tadi waktu tidur Hanum ngerasa kayak terguncang, kirain gempa." Alasan Hanum bangun secara spontan karena dia mengira terjadi gempa, padahal nyatanya itu ulah Hilmi. "Kok malah cengengesan?"
"Itu gue yang bangunin lo tadi."
Wajah Hanum berubah datar. Lagi enak-enaknya bermimpi ketemu sama idola tapi semuanya hancur gara-gara Hilmi. Harusnya sekarang Hanum sama idolanya lagi ngedate.
"Maaf deh, sebagai gantinya nanti gue traktir."
"Bener? Nanti Php lagi." Bukan sekali dua kali Hilmi menjanjikannya sesuatu, tapi tak ada satupun yang dipenuhi.
"Iya, kali ini gue beneran."
Hanum mengangguk dan kembali berbaring. Ia ingin melanjutkan tidurnya lebih tepatnya mimpinya yang sedang berkencan dengan sang idol. Namun, sebelum itu terjadi Hilmi lebih dulu menarik sang adik agar tetap dalam posisi duduknya.
"Abang mah! Hanum masih ngantuk tahu!"
"Nanti aja tidurnya, sekarang kita pergi dulu."
"Kita mau ke mana sih?"
"Rumah mertua."
"Abang!!"
Gelak tawa Hilmi terdengar, ekspresi kesal Hanum terlihat lucu di matanya. Ia tahu ada seseorang yang mendekati adiknya tersebut, kalau tidak salah namanya Chenda. Teman sekelasnya yang berketurunan China-Indonesia, dan kalau ketawa mirip lumba-lumba.
"Kenapa? Chenda kan cakep, kayaknya juga serius sama kamu? Dia kurang apa coba?"
"Gak ada."
Benar, bisa dibilang Chenda itu hampir sempurna. Tampan, kaya, populer, baik hati pula. Siapa yang tidak tertarik pada pemuda seperti Chenda? Bohong banget Hanum kalau tidak kagum pada sosok Chenda. Hanya saja, Hanum tahu diri. Dia tidak ada apa-apanya dibandingkan Chenda, dirinya tidak pantas disandingkan dengan pemuda tersebut. Lagipula mereka juga masih SMA.
"Jangan bahas dia lagi, ish! Sekarang jelasin apa maksud abang tadi itu apa?"
Sedikit banyak Hanum merasa penasaran sama sikap Hilmi yang tidak seperti biasanya. Hari ini dia lebih terbuka? Entahlah Hanum susah menjelaskannya.
Sebelumnya seakan membangun tembok agar Hanum tak melewati batas, tapi hari ini tembok tersebut seakan lenyap begitu saja. Padahal kemarin Hanum berusaha menghancurkan dinding penghalang itu walau berakhir sia-sia.
Namun, lebih dari itu ia lebih penasaran dengan Hilmi yang mendadak mengajaknya pergi. Memangnya mereka mau pergi ke mana pagi-pagi begini?
Hilmi merubah posisinya menghadap Hanum, raut wajahnya berubah serius. Hal itu sedikit membuat Hanum gugup. "Dengar, gue cuma bilang ini sekali."
"Lo mau tinggal bareng gue, gak?" Saat memasuki rumah tadi, Hilmi sudah memutuskan untuk pergi dari sini, tentunya dengan mengajak Hanum.
"Hah?"
"Kita pergi dari rumah ini."
"Hah?"
Hilmi mendengus, kenapa dia bisa memiliki adik yang otaknya lemot begini, sih?
![](https://img.wattpad.com/cover/311881536-288-k788218.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother || Haechan ✓
General FictionCOMPLETE Hanum hanya punya satu keinginan yaitu, Hilmi menerima keberadaannya. start: 15/06/22 end: 01/10/22