Diana yang duduk fokus mendengarkan apa yang di ceritakan oleh kedua adiknya,ia tak bisa berkata-kata ia hanya bisa mengeluarkan kedua air mata nya.
Pantas saja Garvin memiliki kepribadian buruk.
2 jam kemudian Diana pergi pulang karena saat ini sudah larut malam.
Kedua orang tua Garvin tak pulang karena mereka biasanya pulang di jam 12 malam.
Keesokan paginya
Pagi yang cerah.
Garvin terbangun dari tempat tidur nya. Ia melihat banyak bekas luka pada tubuh dan wajahnya ia menutupi sebuah luka itu dengan hansaplas agar orang-orang tidak mengetahui lukanya.
Garvin Sudah siap untuk pergi kesekolah. Ia tak akan makan karena ia tau kedua orang tuanya pasti lebih perhatian kepada adik-adik nya. Terkadang ia merasa iri apa yang dia lihat saat mereka bahagia dan bisa makan bersama.
Ia pun bergegas mengambil kunci motornya dan pergi ke sekolah nya.
Tak lama kemudian Diana menghampiri Garvin untuk berangkat bareng.
" Pagi Garvin ! " Ujar senyuman manis milik Diana.
Garvin melihat sebuah senyuman manis dari seorang gadis bernama Diana ini membuat nya ingin jatuh cinta lagi.
Tapi ia sadar sesuatu gadis seperti Diana mana mungkin mempunyai lelaki yang memiliki kepribadian buruk.
" Oh pagi juga Dian "
" Gw boleh bareng Lo gak ? " Tawarnya sambil mengeringkan kepalanya.
" Oh boleh kok "
Diana pun menaiki motor milik Garvin dan memakai helmnya.
Garvin menoleh ke belakang dan bertanya apa dia sudah siap.
" Udah siap belum? " Tanya nya
" Udah dong "
" Oke "
Brum!Brum!Brum!
Diana memeluk perut Garvin dengan lembut ia menaruh kan kepalanya di punggung Garvin dengan tersenyum.
Garvin merasakan pelukan itu hatinya seperti ingin meledak seakan - akan hatinya tidak bisa di kontrol.
Sesampai nya Garvin dan Diana memasuki kelasnya.
Henry yang melihat Garvin dan Diana yang saat ini memasuki kelas secara barengan.
" Widih lagi Deket nih Ama sih Diana ? " Godaan nya.
" Apaan sih Lo " jawab nya dengan terkekeh.
Henry menyadari luka pada wajah sahabatnya.
" Di pukul lagi Lo sama papa Lo ? "
Garvin hanya bisa terdiam dan mengabaikan pertanyaan itu.
" Eh pr matematika Lo udah belum ? Hari ini yang ngajar pak Darto loh "
" Udah sih, kenapa mau nyontek kah Lo nya ? "
" Haha tau ae Lo "
" Hadeh.. "
Sisi lain Diana mengeluarkan sebuah dua kotak makanan dari tas nya.
' oke yang satu nya untuk Garvin yang satunya lagi untuk gw ' ujar batin nya.
Diana bergegas menghampiri meja Garvin yang ada di ujung depan dekat jendela.
" Vin! ini bekal buat Lo..."
Garvin melihat sebuah bekal makanan dari Diana.
" Ha? Buat gw ? Tapi gw udah makan loh Diana "
" Gw tau kok Lo belum makan... karena ortu Lo kan ? "
" Lo tau dari mana...? " Tanya Garvin.
" Dari ketiga adik Lo "
" Aleana Gerry dan Garry yang bilang soal kehidupan gw ke Lo ? "
" Iya "
" ..... "
" Udah terima aja bekal dari gw...gw capek Lo buatnya " ujar ekspresi ngeluh nya.
Garvin hanya bisa menghela nafas beratnya.
" Makasih ya " senyum Garvin
Sisi lain Henry terkejut melihat Sahabat nya tersenyum.
Ia pertama kali melihat Garvin tersenyum manis seperti itu.
" Sama - sama kok Vin " jawab Diana dengan tersenyum.
Diana bergegas kembali ke meja asalnya.
Garvin memakan bekalan yang di buat oleh Diana.
Garvin menangis karena ia merindukan masakan mama yang dulu nya sebelum sifatnya menjadi tak peduli dengan Garvin.
Henry hanya bisa mengelus punggung Garvin yang saat ini perasaan nya sedang hancur berkeping-keping.
..
.
.
.
Semoga suka hasil alur ini ya dan jangan lupa di vote ^^!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Garvin
Teen FictionSeorang lelaki yang layaknya seperti anak remaja pada umumnya Garvin Erviano Mahendra lelaki yang hidup nya mempunyai kepribadian buruk akibat lingkungan keluarga nya ia mempunyai 3 adik kembar laki-laki dan satu adik perempuan bernama " Gerry aster...