Prolog

11 8 7
                                    

°°°°

Sebuah motor vespa dengan sebuah box besar merah di belakangnya melaju dengan cepat membelah jalanan kota Busan yang cukup ramai.

Seorang gadis pengendara motor itu dengan lihai menyalip beberapa kendaraan di depannya. Sebelum akhirnya berbelok disebuah tikungan dan berhenti disebuah restoran dengan papan Iklan bertuliskan 'Kaepjjang chicken' dan gambar ayam sebagai background berdiri kokoh di depan restoran itu.

Setelah memarkirkan motornya dengan benar di parkiran khusus karyawan, gadis itu segera bergegas masuk ke dalam bangunan tempatnya berkerja paruh waktu.

"Eoh? Yura-ya, Kau sudah selesai?" Tanya Eunbi saat melihat sahabat sekaligus rekan kerjanya yang baru saja kembali dari mengantar pesanan para pelanggan.

"Hn." Jawab Yura seadanya sambil melihat seisi restoran yang lumayan penuh dengan pelanggan.

"Sepertinya kau sangat bekerja keras hari ini." Yura tersenyum sambil menatap Eunbi yang menghela napas lelah dengan ekspresi wajah yang dibuat sedih.

Kebetulan Eunbi ini bertugas di bagian dapur. Pasti sangat melelahkan baginya berdiri berjam jam di depan wajan panas untuk menggoreng ayam tepung pesanan para pelanggan. Apalagi akhir akhir ini restoran Kaepjjang chicken sedang ramai didatangi pelanggan. Bahkan hari ini Yura sudah mengantarkan lebih dari 20 paket pesanan ayam kesetiap rumah yang memesan lewat telephone.

"Ya, begitulah. Dari pagi aku mungkin sudah menggoreng lebih dari 30 kilogram ayam. Pokoknya gaji ku harus naik untuk membeli skincare! Kau lihat? Wajahku menjadi kusam karena terlalu lama memelototi minyak panas!" Celoteh Eunbi yang membuat tawa Yura pecah seketika, tidak peduli bahwa saat ini beberapa pelanggan tengah menatap mereka.

" Kau ini ada ada saja. Kalau begitu, mau bertukar tugas dengan ku? "

Eunbi menggelengkan kepalanya ribut saat mendengar tawaran dari Yura.

"Lebih baik wajahku kusam karena hawa minyak panas daripada harus memiliki wajah belang dan penuh polusi terpapar sinar matahari karena mengantar pesanan. Lagipula kau kan tau aku tidak bisa bawa motor!" Lagi lagi Yura tertawa karena Eunbi, namun kali ini dengan suara yang pelan. Kenapa sahabatnya ini lucu sekali?

" Oh iya. Aku lupa memberi taumu. Tadi Seojin eomma menelepon saat kau sedang mengantar pesanan."

" Jinjja? Dia bilang apa? "

" Dia bilang, kapan kita akan mengunjungi panti? Katanya dia dan anak panti yang lain ingin bertemu dengan kita."

"Aku juga rindu dengan Seojin eomma dan yang lainnya. Bagaimana kalo kita mengambil cuti pada akhir pekan? Kita pergi pulang bersama sama sambil membawa oleh oleh untuk adik panti lainnya. Lagipula lusa nanti kita sudah mendapatkan gaji." Usul Yura yang disambut dengan anggukan antusias dari Eunbi.

" Aku setuju! Aku juga ingin beristirahat dari kerja."

"Eunbi-ya! Kita kehabisan ayam lagi!" Teriak karyawan lain yang saat ini sedang sibuk menyiapkan pesanan.

"Haish! Aku baru saja beristirahat. Yasudah kalo begitu, kita bicara lagi nanti." Kata Eunbi lesu, lalu pergi untuk melakukan tugasnya menggoreng ayam. Sebenarnya Eunbi tidak akan selelah ini bila saja partner kerjanya ikut membantu. Tapi sayangnya dia sedang libur karena sakit.

Yura dan Eunbi sudah berteman sejak mereka kecil, mereka juga tumbuh besar di panti yang sama sejak kecil. Makanya mereka sangat dekat seperti saudara kandung. Dan Seojin adalah ibu pemilik panti yang telah merawat mereka sejak mereka tinggal di panti asuhan. Semua Anak panti yang tinggal disana memanggilnya dengan sebutan eomma. Begitu juga dengan Eunbi dan Yura.

Bila kalian ingin tau mengapa Yura tidak tinggal dengan orang tuanya, maka jawabannya adalah Yura tidak memiliki orang tua. Sebenarnya Yura pasti memiliki ayah dan ibu, tapi Yura tidak tau mereka siapa dan tinggal dimana. Yura juga tidak tau orang tuanya masih hidup atau sudah mati, karena dulu Yura ditemukan saat ia masih bayi di bawah sebuah pohon dekat panti asuhan milik Seojin. Yura ditemukan oleh Seojin sedang menangis kencang di dalam sebuah kardus. Keadaan Yura saat itu tubuhnya hanya dibalut oleh selimut tebal dengan sebotol susu dan sepucuk surat yang hanya bertuliskan sebuah nama tanpa marga.

Karena tidak tega melihat bayi kecil yang ditelantarkan oleh orang tuanya, Seojin memutuskan untuk merawat bayi perempuan yang ia beri nama 'Yura'. sesuai dengan tulisan yang ada pada kertas itu.

Yura tau semua cerita itu dari Seojin. Awalnya Seojin tidak ingin menceritakan bagaimana Yura bisa berada di panti karena tidak mau membuat Yura bersedih. Tetapi Yura memaksa.

Setelah mendengar cerita itu, tentu saja Yura merasa sangat sedih. Mengapa dia dibuang oleh orang tuanya sendiri? Apa mereka tidak menyayangi Yura? Bila semua itu benar, mengapa Yura harus dilahirkan?

Tapi Yura mencoba melupakan semua kesedihan itu karena Yura tidak membutuhkan orang tua yang tidak peduli padanya. Yura masih mempunyai orang yang sangat menyayanginya sepenuh hati seperti Seojin, Eunbi dan juga anak panti lainnya.

"Pesanan lagi?" Tanya Yura saat melihat Han Yian menenteng dua kantong besar yang berisi paket pesanan pelanggan.

"Ya, kau antar yang ini." Pria itu memberikan salah satu kantong berisi pesanan yang harus segera diantar pada Yura, dan satu kantong lagi untuk ia antar sendiri.

Yura menghela napas lelah. Benar kata Eunbi, pokoknya semua karyawan harus mendapatkan bonus karena pekerjaan ekstra mereka.

°°°°°

Become a trainee girl | on going |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang