Hening

289 49 51
                                    


***


"Halo, Joohyun?" Kening Seungwan berkerut. Kakinya memberi isyarat pada Seulgi yang berada di ujung sofa. Sahabatnya itu tampak tidak perduli dan tetap lanjut bermain dengan ponsel-nya.

"Ah? Iya.. Tapi itu tadi pagi, sekarang aku ada di rumah dan tidak tahu di mana dia." Kembali disenggolnya kaki Seulgi.

Seungwan terpaksa berbohong. Sebenarnya mereka sedang berada di rumah Tiffany. Pemilik rumah dan yang lain sedang berbelanja dan tinggallah dia dan Seulgi yang baru bangun dan langsung bermain Ponsel.

"Oke. Aku akan segera memberitahu-mu. Oke.. oke.. sama-sama, Joohyun."

Kerutan di kening Seungwan belum hilang. "Dia terdengar aneh."

Seulgi yang mendengarnya pun terkekeh. "Memang-nya kapan dia tidak aneh?"

Seungwan mengedikkan bahu. Mungkin karena sahabatnya itu sudah menghilang seharian ini dari pandangan dan jangkauan Joohyun itu kenapa gadis itu sangat khawatir. Tapi Seungwan masih bisa membedakan khawatir atau apa. Itu tadi terdengar seperti, ketakutan?

Mungkin saja yang dikatakan Seulgi memang benar. Meskipun dia sedikit penasaran dengan nada suara Joohyun yang tidak seperti biasanya, dia memilih abai.

Mereka kembali sibuk dengan dunia masing-masing.


Suara melengking Tiffany terdengar dari teras rumahnya. Gadis berambut hitam itu sedang meneriaki Minjeong yang sudah menghabiskan setengah cup es krim yang di beli-nya untuk Taeyeon. Sementara Jimin menggerutu karena Minjeong meninggalkannya untuk memindahkan belanjaan mereka. Gadis cerdik itu sudah melarikan diri dengan banyak makanan di tangannya.

Seulgi berkacak pinggang melihat Minjeong yang selonjoran seperti Ratu di pinggir kolam renang. Padahal dia dan yang lain sedang sibuk-sibuknya. Dia saja masih bisa merasakan kening dan lehernya berkeringat karena dia yang bertugas menghidupkan arang.

"Heh! Anak PAUD! Indah sekali hidupmu seperti di negeri dongeng!" Ucapnya meniru suara kartun favorit Seungwan.

Minjeong menurunkan kacamata-nya. Entahlah. Seulgi pun heran. Ini malam hari dan kenapa gadis berambut sebahu itu memakai kacamata anti matahari?

"Berbicara denganku, paman?" Tanya Minjeong. Tangannya masih menahan kacamata di ujung hidungnya.


"Seminggu cukup." Putus Taeyeon akhirnya.

Kini mereka sedang bersantai di ruang keluarga setelah kenyang dengan daging panggang.

"Sayang sekali Jimin tidak bisa ikut karena ujian susulan." Ucap Tiffany sambil mengelus rambut Taeyeon yang berbaring di pahanya. "Kenapa kau tidak membawa pacar-mu, Seulgi? Ini akan menjadi pengalaman yang seru untuk kalian berdua."

Seungwan tertawa. "Bukannya seru, Joohyun hanya akan mengurung Seulgi selama 24 jam dan dia tidak bisa menikmati gadis-gadis seksi di pantai."

Sementara si pemilik nama enggan menanggapi. Tangannya diam-diam meraih remote dan mengganti siaran. Yang langsung membuat seisi ruangan penuh dengan rengekan Minjeong. Berani-beraninya Seulgi menjahili bocah yang sedang asyik menonton itu.


"Anak itu seperti tidak pernah kehabisan baterai."

Mereka menoleh mendengar ucapan Seungwan. Seulgi berlari berusaha menghindari serangan Minjeong. Dia yang tadinya ingin menikmati air laut di pinggir dengan kakinya dibuat terkejut karena entah sejak kapan Minjeong sudah ada di belakangnya. Hampir seluruh baju Seulgi kini basah akibat ulah Minjeong. Tapi Seulgi tidak marah. Justru dia bersyukur dan merasa terhibur. Sudah lama rasanya dia tidak tertawa lepas seperti ini.

Nyanyian RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang