***
"Mau menikah denganku?"
Joohyun adalah Joohyun. Yang selalu mengangguk pasti jika itu tentang Kang Seulgi. Tak terkecuali saat ini.
Senyum Seulgi semakin lebar. Tidak perduli dengan orang yang berlalu-lalang, kedua insan itu tetap menikmati dunia mereka sendiri.
Seulgi memperhatikan genggaman tangan mereka. Tangan mungil Joohyun selalu pas di tangannya. Seolah sengaja diciptakan untuk saling melengkapi.
"Kau masih ingat pertemuan pertama kita?" Tanya Joohyun sambil tersenyum kecil. Memainkan benda berkilau di jari manis Seulgi.
Bunyi roda kereta api mengiringi perjalanan mereka.
Masih ada 7 jam dari tujuan. Cukup waktu untuk mengulas kenangan yang mereka miliki.
Bagaimana mungkin Seulgi lupa? Pertemuan pertama mereka adalah hal yang memalukan sekaligus membahagiakan dalam hidupnya.
Saat itu musim hujan.
Gerimis kecil yang menyirami kota hampir seharian tidak menyurutkan semangat para pelajar untuk pindah ke kamar asrama mereka. Tak terkecuali Seulgi. Atau tepatnya ibu Seulgi. Wanita paruh baya itu sudah heboh dari bulan lalu ketika nama putri semata wayang-nya ada di dalam daftar penerima beasiswa di sekolah elit ini. Bukannya Seulgi tidak semangat, hanya saja ibunya yang memang sedikit berlebihan dan semakin meresahkan itu tak hentinya bicara sana-sini.
Mereka sedang berada di kamar asramanya dan ibunya membantu menyusun barang-barangnya. Tangan aktif bergerak begitu pun mulutnya. Seulgi sampai tidak tahu harus bagaimana.
Entah ibunya memberi nasihat atau menggali kuburan anaknya sendiri pun Seulgi sudah tidak bisa membedakannya lagi.
"Jangan bawa kebiasaan-mu yang dari kampung ke sini."
"Jangan mengupil sembarangan dan menaruhnya di bawah meja."
"Jangan merendam pakaianmu di kamar mandi sampai busuk."
"Jangan tidak mengganti celana dalammu sampai berhari-hari."
"Jangan membuang sampah di kolong tempat tidurmu."
"Jangan menumpuk piring kotor sampai ber-ulat."
Dan masih banyak 'jangan' lainnya yang Seulgi dengar dari ibunya.
Ini aneh. Entah Seulgi yang lupa ingatan siapa ibunya atau ibunya yang lupa ingatan siapa anaknya, masih menjadi misteri. Karena tidak satu kali pun Seulgi pernah melakukan apa yang dituduhkan ibunya tadi. Semua perkataan di luar akal manusia itu adalah curhatan para tetangga mereka tentang anak-anak remaja seumuran-nya.
Seulgi tidak akan semalu ini kalau di ruangan itu hanya mereka berdua. Ada dua manusia lain yang melakukan hal serupa seperti ibunya hanya saja dalam bisu. Suasana kamar yang sunyi dan suara ibunya yang kontras sangat jelas membuat mereka mendengar hal yang tidak seharusnya.
"Bae Joohyun."
"Kang Seulgi."
Sore itu Seulgi menjabat tangan teman se-kamarnya dengan perasaan malu yang masih teramat tinggi. Belum lagi teman se-kamarnya yang masih menyimpan tawa ketika mereka berhadapan. Tapi tidak bisa dipungkiri bahwa itu adalah hari yang sampai kapan pun Seulgi syukuri di hidupnya. Karena bertemu dengan Bae Joohyun. Si pencuri hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nyanyian Rindu
FanfictionKamu mau apa? -Irene Kalau maunya kamu, gimana? -Seulgi