Aku masih tidak habis pikir. Meski sekarang sudah memasuki lorong demi lorong, bersama dengan dirinya saja. Aku tak bisa percaya, ia mulai membahas seluk-beluk tentang sekolah.
Ya, aku akui bahwa sekolah baru yang aku masuki kini, terasa lebih berbeda. "Hei, Arta." Ah, dia menyapa aku, tidak. Lebih tepatnya membuyarkan lamunan diriku.
Kalau dipikir lagi, sedari tadi aku melamunkan hal yang sama. Baiklah, otakku kini menjadi panas. Semoga saja tak ada pelajaran hitung-menghitung nanti, bisa-bisa otak aku meledak karenanya. Tetapi jangan sampai kejadian juga.
"Eh, maafkan aku ... Um?" tanyaku, yang masih belum mendapatkan perkenalan nama darinya.
Jujur saja rasanya tidak adil. Ia mengetahui apapun tentang aku, malahan aku yang tak mengenali dirinya. Bahkan hanya sekedar nama itu bisa menjadikan suasana sedikit canggung, bukan? Ya, aslinya kalau bisa panggil namanya. Tetapi nama dan kelas saja tak aku ketahui, bagaimana mungkin.
"Tidak apa-apa, eh iya aku lupa memperkenalkan diriku juga, ya? Ehem, namaku itu Kiera dari kelas 3-C. Salam kenal ya, adik kelasku."
Dia menunjukan senyum jahil. Ugh, aku tak menyangka. Meski seharusnya tak perlu kaget seperti sekarang. Tinggi seharusnya bisa menjelaskan fakta tentang dia. Ya, seharusnya tetapi aku tak kepikiran.
Aku hanya menganggukinya. "Baiklah, kakak kelas. Mohon bantuannya." Aku tidak tersenyum dan menanggapi dengan datar. Sebelumnya aku pernah bilang kalau aku tak begitu pandai berekspresi, bukan?
Ya, terkadang memikirkan juga apakah aku akan mempunyai teman, dalam kondisi seperti itu, oh lebih tepatnya kelakuanku demikian.
Kami masih berjalan dengan aku dibelakang dirinya, menuju kelas aku berada. Hingga, aku berada di depan kelas. Sudah ada guru, ya? Bukannya tidak masuk akal, tetapi ini sering terjadi. Seolah menyuruh aku masuk kelas tersebut, tak lupa kembali mengucapkan terima kasih pada seorang perempuan, yakni kakak kelas tadi, Kiera namanya?
Ah, buruknya aku dalam mengingat nama orang. Semoga saja aku bisa mengingat dengan mudah untuk kedepannya. Ketika aku memasuki kelas, perhatian para murid tertuju ke arah aku. Sedikit risih, tapi aku biasakan.
Kapan lagi menjadi sorotan kelas? Haha, jelas itu tidak lucu. "Silakan perkenalan dahulu." Beliau mempersilakan aku kembali. Mengambil napas agar tak terlalu gugup, yang tidak juga demikian.
"Halo, perkenalkan nama saya Artaelio. Biasa saya dipanggil Arta, sekian terima kasih."
"Begitu saja, baiklah. Terima kasih untuk Arta juga, silakan duduk ke bangku yang kosong disana."
Aku menganggukinya. Sebelumnya aku melirik beberapa siswa, kelihatannya berbisik-bisik dengan satu yang lainnya.
Usai jam pelajaran, aku kembali seperti di sekolah dulu. Aku dikerumuni oleh beberapa siswa di kelas. Apakah mereka sebegitunya ingin berkenalan dengan aku? Cukup, Arta. Jangan sering percaya diri begitu.
"Arta, Arta. Kenapa namamu hanya satu kata?" tanya seorang gadis di hadapan aku. Kebetulan, aku duduknya di meja kedua sebelah kanan, kalau dilihat dari meja guru.
Mengenai pertanyaannya, jujur saja aku sedikit bingung. Dari sekian banyak pertanyaan apakah harus mengungkit kembali namaku? Menghela napas kala memikirkannya ulang.
"Tidak ada alasan khusus. Kakakku juga hanya satu kata, untuk namanya."
Dia menatap kagum. Ya ampun, aku mengatakan hal itu saja ia sudah kagum. Apakah ia kagum karena aku hanya mengatakan demikian, atau karena hal lainnya?
"Keren banget!" Dia sedikit menjeda perkataannya, "Oiya maaf, aku namanya Feliciao Mathieu, Arta bisa memanggil diriku Ciao, seperti yang lain atau mungkin nama aku yang lain, salam kenal!"
Dia kelihatan ramah, ya? Lagi-lagi aku kembali menganggukinya.
"Omong-omong, tinggimu berapa?"
"Sekitar 158 cm, mungkin."
"Wah, tinggi kita setara. Eh iya, jangan khawatir tinggi badan, akan terus bertambah, kok!"
Seharian ini banyak yang membahas mengenai ini, kenapa? Aku tidak kelihatan tersinggung tapi, tetap saja. Ya sudahlah.
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
⏳️ ⬩ Equal. ✓
Short StoryPertemuan antara aku dan mereka, menjadikan aku berubah pikiran akan perkiraan bahwa tidak masalah bahwa jika tidak ada kesetaraan fisik. Mengingat, semua telah diatur jadilah janganlah memperlakukan semua orang berbeda. Ya kau benar. Berkat mereka...