03. Pelakor Sialan

579 38 0
                                    

Clara masih menatap dengan penuh cinta sosok pria yang kini tengah menyantap makan malamnya dengan penuh selera. Hanya menikmati satu piring nasi dengan ayam katsu, nampaknya membuat Aldrian sangat lahap untuk menghabisinya. Kalau begini, Clara yang melihatnya sangat senang karena tidak sia-sia ia mengantri makanan itu selama satu jam sambil berdiri dengan heelsnya yang cukup tinggi itu. Rupanya, Aldrian sangat menghargai apa yang ia berikan bukan? Bersyukur lah kalau begitu.

"Makanmu sangat lahap ya," komentar Clara secara tidak sadar menyumbangkan senyum pada pria yang seketika menghentikan suapan sendoknya dan malah mendongak untuk menatap Clara di sana.

"Apa aku sangat terlihat rakus?" tanyanya.

"Tentu tidak." Clara menggeleng, langsung tersadar jika ucapannya siapa tahu bisa membuat Aldrian tersinggung. "Aku menyukai saat melihat orang yang makan dengan lahap."

Aldrian masih diam dengan tatapan yang tidak bisa dipastikan dengan jelas apa artinya. Kemudian pria itu kembali menunduk untuk menatap piringnya yang masih menyisikan sedikit makanan yang akan ia habiskan dalam tiga atau suapan lagi.

"Maaf, menyusahkanmu lagi. Kau harusnya tidak perlu membawa makanan atau pun barang belanjaan seperti itu lagi," ucap Aldrian dengan pelan, merasa jika memang ia tidak pantas untuk mendapatkan semua itu dari Clara, termasuk makanan sekali pun. Apakah sangat terlihat ia seperti pria miskin yang makanan saja tidak sanggup ia beli? Begitu kah?

Namun, Clara langsung mengelak guna menghindar dari prasangka buruk Aldrian yang mengira dirinya hanya mengasihani pria itu. Tentu bukan itu maksud Clara.

"Tidak, Al. Justru aku senang memberikan semua ia padamu."

"Alasannya?"

Pertanyaan dari Aldrian yang satu itu malah membuat Clara terdiam seakan tidak bisa menjawab.

Mungkin bisa saja Clara langsung menyatakan apa maksud dan tujuannya memberikan banyak perhatian pada Aldrian termasuk mengeluarkan banyak uangnya untuk pria itu. Bisa saja ia menyatakan cinta pada pria itu sekarang. Namun, nyatanya Clara masih tidak mampu untuk mengatakan itu. Ia masih tidak ingin Aldrian mengetahui perasaanya, mengingat bagaimana pekerjaan Clara selama ini. Walau bukan tergolong pekerjaan yang kotor, tetap saja Clara tidak ingin pria itu tahu dan lebih takut jika Aldrian merasa jika Clara hanya mempermainkannya saja.

Clara sangat menghindari hal itu yang mana akan membuat hubungannya dengan Aldrian malah menjadi hancur. Maka lebih baik, ia pendam dahulu pernyataan tersebut dan akan menyatakan jika ia sudah siap.

"Karena aku senang berbagi dengan tetangga," jawab Clara memilih jawaban yang sebaiknya akan membuat Aldrian akan percaya walau ia tahu pasti Aldrian masih merasa curiga mengenai jawabannya itu.

Berbagi dengan tetangga? Well, padahal Clara jarang sekali mengantar makanan ke tetangga sebelah yang jelas-jelas merupakan seorang janda anak satu.

"Jadi bagaimana interview-mu hari ini? Berjalan lancar?" tanya Clara kemudian mengalihkan topik ke pembicaraan lain daripada hanya melanjutkan obrolan sebelumnya.

Aldrian segera membalas dengan helaan nafas cukup panjang usai mendapatkan pertanyaan tersebut.

"Aku ditolak lagi."

Untuk kesekian kalinya. Clara tahu bagaimana lika-liku usaha Aldrian untuk mendapatkan pekerjaan yang mana kali ini kembali gagal. Clara bisa menebak bagaimana perasaan Aldrian hanya dengan melihat wajah kecewa dari pria itu.

"Al, aku yakin kau akan berhasil di lain waktu." Clara mengatakan kata penuh harapan yang ia harap bisa membuat pria itu setidaknya tenang. Tidak ada yang bisa Clara lakukan selain memberikan semangat pada pria itu, bukan? Mungkin jika ia kekasih Aldrian, bisa saja ia menciumnya sebagai rasa kasih sayang, tetapi sayangnya tidak begitu. Clara tidak lancang untuk mencium tetangganya sendiri.

Not A Bitch Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang