Saya mendengar bunyi-bunyian memenuhi rumah, mengisi ruang-ruang telinga waktu saya sedang mencuci piring. Keran saya putar sampai airnya tidak lagi menetes. Piring yang masih basah saya taruh begitu saja tanpa saya lap. Saya mendekat. Bunyi itu makin kencang frekuensinya, dia membuat lorong-lorong kosong di rumah memantulkannya sampai suara dia habis. Bunyi itu masih berputar, dan saya harap dia segera mati. Bunyi itu mengalun di kepala saya. Oh, saya tidak pernah lupa bunyi ini. Tidak satu barang saya akan lupa. Bunyi ini membuat telinga saya pusing dan kepala saya berdenging seperti mau tuli.
Saya harus matikan dia. Bunyi ini tidak boleh bergema sampai dia habis. Tidak boleh.
Tangan saya gemetar seperti habis tersetrum, keringat saya bercucur seperti habis marathon seribu kilometer, dan jantung saya tidak tahu cara berdetak dengan normal. Saya memencet tombol abu-abu dan bunyi-bunyian itu tidak lagi bergema.
Bagus, dia mati. Dan memang harus tetap mati.
Saya menunduk hingga mata saya bertabrakan dengan baju kamu. Saya melihat jam lalu memutar kepala, melihat ruang tamu. Baju kamu sengaja saya tebar di lantai. Bajumu memang setengahnya sudah jadi abu tapi, parfum kamu selalu bisa tutupi bau pekat bekas abu. Lalu saya tertawa, seolah saya tidak punya dosa.
Yang tadi bermain itu musik favoritmu. Saya lupa matikan alarm hingga gawai
itu berbunyi musik yang paling kamu suka. Kamu selalu ajak saya menari. Kalau jarum pendek berhenti tepat pada pukul sepuluh dan yang panjang belum tepat ke arah dua belas, kamu masih ajak saya berputar-putar dengan langkah kaki terarah. Di dekapmu ada saya yang mencium wangi-wangian badan kamu sampai mabuk lalu tertawa seolah saya hidup hanya sekali. Lalu kamu tersenyum, seperti biasa. Indah sekali senyum kamu. Seolah kamu besok akan mati dan kamu tidak bisa buat apa-apa.Mati dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Mati.
Saya meraup-raup baju kamu seperti binatang liar yang sangat butuh kawin. Wangi-wangian baju kamu saya hirup sampai paru-paru saya tidak punya ruang untuk bernapas. Sampai paru-paru saya cuma diisi oleh wangi kamu. Sampai organ-organ pernapasan saya cuma dihinggapi wangi kamu. Sampai sesak yang timbul tiba-tiba muncul menghendaki saya mati karena napas saya hanya diisi oleh kamu.
Lorong rumah saya sunyi. Sunyi. Sampai rasanya sunyi itu sendiri tertawa terbahak-bahak kepada saya. Selayaknya saya yang tidak lebih dipandang dia cuma sebiji lelucon akhir tahun.
Sunyi itu pecah,
alarm itu berbunyi lagi, lagu favorit kamu.
"Raden .... sayang, lagu favorit kamu. Mau menari?" saya berbisik. Saya mati-matian mengurung sesak di paru-paru. Mereka memberontak seperti binatang yang tidak diberi makan.
Dua-dua lengan saya mendekap pakaian kamu, selagi badan bergerak. Menari. Saya mirip angin yang berkelana tak karuan. Saya tidak tahu bagaimana caranya menari. Kamu yang ajarkan bagaimana. Sekarang saya sendiri. Saya ajarkan saya sendiri menari, walau tiap kata yang kamu arahkan ke saya sewaktu itu cuma bersisa dengungan di telinga. Saya tetap menari.
Mata saya berair. Mereka jatuh melewati pipi dan bercumbu dengan pakaianmu. Lama-lama air di mata saya seperti hujan. Mereka terus menerus menetes di pakaianmu.
Lalu, saya cuma dengar sunyi. Mereka kembali tertawa.
Alarm itu mati.
Tapi hujan dimata saya masih mengamuk, dia tidak mau reda. Saya juga tidak ada kesanggupan lagi buat mengurung rasa sesak. Jadi, mereka buat hancur paru-paru saya begitu saja. Saraf-saraf di kaki saya mati rasa mereka lumpuh, saya cuma bisa bersimpuh.
Saya rasa, saya sudah kalut.
Saya rasa, saya memang pengecut.
Andai kamu masih ada di sini, saya bakal lebih pandai menari.
Andai kamu masih ada di sini, semua tanaman aglaonema kesukaan kamu pasti jadi segar dan subur, tidak kering lalu mati.
Andai kamu masih ada di sini.
Andai.
Kamu.
Masih.
Ada.
Di.
Sini.
Ulang tahun saya seharusnya tidak kita rayakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menari Dengan Bajumu
Short StoryDi dekapmu saya mencium wangi-wangian kamu sampai saya mabuk, lalu tertawa seolah saya hidup cuma sekali. Lalu kamu tersenyum. Kamu tersenyum, seolah besok kamu akan mati dan tidak bisa buat apa-apa tentang itu.