Hot N Cold

2.5K 337 108
                                    

6 | Hot N Cold


HINATA memilih diam ketika kini ia dan Naruto terjebak di toilet sangat kumuh dan bau itu, yang beberapa kali membuat Hinata ingin memuntahkan isi perutnya. Sungguh, Hinata jarang sekali ke toilet gedung B dan ia tidak tahu bahwa toilet ini sangat minim pengawasan. Apa karena letaknya di pojok sebuah hutan di belakang? Sehingga tidak sering di pakai anak kampus yang kerap lebih suka berada di toilet dekat taman gedung A?

Hinata menghela napas, memegang sapu saja jarang apalagi mengepel dan menyikat kamar mandi? Sungguh, ini pekerjaan yang berat baginya!

"Lo bukannya ngerjain tugas ya?!" Hinata menyentak akhirnya, mengeluarkan protesnya mengapa si Uzumaki di depannya ini tidak menyetorkan tugasnya.

Naruto berhenti menyikat lantai toilet. Lelaki itu mendongakkan kepalanya, lalu memilih diam saja. Kembali menyikat.

Tindakan itu, sungguh membuat Hinata sebal!

"Lo tuli ya?!" Hinata menarik sikat dari tangan lelaki berambut pirang itu, membuat Naruto bangkit berdiri dari posisi jongkoknya dan menatap Hinata yang tidak lebih tinggi dari bahunya. Gadis itu menatap tajam dirinya dengan mendongak.

"Kalau aku setor tugasnya, kamu sendirian di sini." Naruto menjelaskan dengan suaranya yang tenang dan berat itu, Hinata mundur selangkah dari hadapan lelaki itu dan mengerjapkan matanya.

"Ya terus?! Apa peduli Lo?!" Hinata berusaha meredakan jantungnya yang bertalu-talu itu, sungguh mengejutkan mendengarkan alasannya.

"Ya aku peduli sama kamu." Naruto menyahut pendek, Hinata menahan diri untuk tak membuat pipinya memanas. Astaga, tolong jangan kelihatan bahwa ia begitu tersanjung mendengar alasan itu. Hinata cobalah terlihat tegar dan bengis untuk menolak si nerd Uzumaki! Bukankah ia sudah putuskan untuk bersikap dingin?!

Hinata mendengus kasar. "Gausah peduli gue gak butuh." Hinata memasuki bilik kamar mandi untuk menyikat bagian yang lain, sekaligus menghindari tatapan intens yang coba di labuhkan si Uzumaki. Hinata pasti akan mudah luluh jika mendapat tatapan itu terus-menerus, sesulit apapun tugas Prof. Kakashi, lebih sulit menolak pesona Uzumaki!

BLAK!

Hinata tersentak saat mendengar suara jeblakan pintu, ia menoleh ke belakang dan melihat Naruto yang kini berdiri di depan pintu bilik kamar mandi yang ia sikat.

"Kamu kenapa sih?" Naruto bertanya, Hinata tegang mendengar pertanyaan itu keluar dari lelaki berambut pirang itu. Hinata memilih tidak mempedulikannya dan lanjut menyikat dinding kamar mandi yang sedikit berlumut itu.

"Hinata aku tanya!" Suara Naruto tampak menggelegar, Hinata semakin menahan debar di jantungnya ketika merasa Naruto mendekatinya dan masuk ke bilik kamar mandi yang sedang ia tempati itu.

"Kalau kamu gak jawab tandanya kamu udah siap." Ucapan Naruto sarat akan memperingati, namun Hinata memilih mendengus dengan kekehan remehnya.

"Apaansih Nar———" Hinata tersentak begitu bahunya di tarik paksa untuk berbalik dan bertatapan langsung dengan Naruto yang kini mengukung tubuhnya di dinding toilet. Lelaki itu melepaskan kacamata berbingkai tipis itu dan menghembuskan napas pelan, memangkas jarak diantara mereka. Napas lelaki itu tampak memburu.

Hinata terpaku melihat bingkai wajah Naruto yang begitu mempesona tanpa kacamata sialan itu. Gadis itu menelan salivanya kepayahan, ia ingin menghindar dan mundur, tetapi lelaki itu kian menghimpit tubuhnya.

"Naru——"

"Kenapa? Kaget?" Naruto menaikan alisnya, lelaki itu sungguh berbeda dengan Naruto yang kerap bersikap pasif di matanya. Mata lelaki itu mengintimidasi, membatasi dan menguasai gerak mata Hinata. Sungguh, siapapun di luar sana, tolonglah Hinata!

LOVE-HATE (COMISSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang