Bagi sebagian orang, khodam adalah sebuah entitas. Ada juga yang mengatakan jika mereka adalah bangsa jin, yang tercipta berbarengan dengan lahirnya seseorang ke dunia. Ada juga yang mengatakan itu adalah roh pendamping, yang sengaja dimasukkan ke dalam tubuh seseorang, untuk melindungi dari sesuatu yang jahat.
Terserah apa pun yang dikatakan orang, aku tidak begitu memedulikannya. Yang jelas, aku ingin terbebas darinya. Rasanya aku tidak memiliki privasi sejak pertama kali menyadari keberadaannya. Apa pun yang aku lakukan, dia mengetahuinya. Apa pun yang aku dengar, dia mendengarnya. Apa yang aku lihat, dia melihatnya. Semuanya--kecuali pikiranku sendiri. Dia bukan roh pelindung. Karena seharusnya aku tidak merasa terganggu dengan pelindungku.
Aku tidak begitu ingat kapan pertama kali melihatnya. Awalnya, kukira dia adalah manusia biasa yang mengenakan kostum maskot atau semacamnya. Laki-laki besar berotot setinggi dua meter, dipenuhi bulu lebat sampai ke bagian wajahnya yang tegas dan terlihat garang, di kepalanya ada semacam tudung kepala singa yang mirip seperti Heracles dalam mitologi Yunani, ekor panjangnya selalu bergoyang-goyang. Aku sering melihatnya di sekitar rumah, di jalanan ketika aku pulang sekolah, di taman ketika aku sedang bermain, dan di mana pun aku berada.
Namun perspektifku berubah ketika memasuki umur empat belas. Dia tiba-tiba ada di sampingku ketika tidur, tiba-tiba muncul ketika aku di kamar mandi, berdiri di belakangku ketika aku ada di kelas. Aku ingin mengadukannya kepada orang tuaku, ketika dia selalu mengajakku mengoceh dengan suaranya yang berat, yang kadang ingin aku tanggapi. Atau ketika dia mengomentari apa pun yang aku lakukan.
Ketika aku terjatuh karena disenggol seseorang saat bermain basket. "Pukul dia!" katanya. Tapi tidak aku lakukan. "Pengecut!" katanya.
Ketika aku berpapasan dengan gadis yang aku suka. "Ajak dia bicara!" katanya. Tapi tidak kulakukan, karena... ya, kami tidak saling mengenal, rasanya aneh mengajak seseorang yang tidak aku kenal berbasa-basi. "Pengecut!"
Dan kata-kata lainnya yang membuat kepalaku ingin meledak ketika mendengarnya. Namun aku terlalu takut untuk mengadukan hal itu, aku takut dengan respons mereka.
Puncaknya, ketika ada perempuan yang tiba-tiba mengedipkan matanya saat aku pulang dari kantor dan berkata, "Kapan-kapan hubungi aku lagi." Sambil tersenyum genit.
Aku hanya menunjukkan wajah bodoh ketika dia pergi berlalu. Aku bahkan tidak mengenalnya. Seingatku ini adalah pertemuan pertama kami. Mungkin ini sudah waktunya aku bertindak.
"Cepat katakan apa yang sebenarnya kau lakukan?" tanyaku, ketika sampai di kamar kost--aku tidak bisa tinggal di rumah dengan orang-orang terdekatku jika dia masih menempel dengan tubuhku.
"Aku senang kau mengajakku berbicara lagi," katanya, menyeringai. Karena aku sudah mendiamkannya selama seminggu penuh.
Aku tidak merespon kata-katanya. "Aku tahu kau melakukan sesuatu." Berusaha garang di depan makhluk garang.
"Aku tidak melakukan apa-apa," katanya.
Semua orang tahu makhluk sepertinya tidak bisa dipercaya. Lalu aku menunjuk ke sudut ruangan, ke arah pakaian, yang seolah-olah disimpan terburu-buru di samping lemari kost yang menempel ke dinding--lemari itu memang sudah ada di sana ketika aku datang ke kamar ini setahun yang lalu, tapi aku baru menemukan pakaian itu minggu lalu. "Terus itu pakaian siapa?"
"Pakaianmu."
Dia gila! Itu bukan pakaianku! Aku tidak pernah punya topi karena kepalaku selalu ketombean ketika aku mengenakannya. Aku juga tidak pernah menyukai jaket kulit. Kenapa juga aku harus punya? Mengendarai motor saja tidak pernah, suhu kota juga tidak ramah untuk mengenakannya. Dan aku punya fakta baru, minggu lalu ketika aku tanya--terakhir kali aku mengajaknya berbicara, dia menjawab tidak tahu, sekarang dia mengatakan hal lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eleftherythme
Short Story[Kumpulan Songfiction oleh para member Fantascroller) . 🎶 Past and present now embrace Worlds collide in inner space Unstoppable, the songs we play (Star Sky - Two Steps from Hell)