Aroma sup menyeruak membuat Katsuki terbangun, kompres kain basah berada di keningnya, ia duduk, sudah diduga bajunya lepek karena keringat namun tubuhnya tidak terasa panas seperti pagi tadi.
Tubuhnya merasa tidak nyaman karena kain yang menempel di kulit. Suara pintu kamar terbuka, didapatinya wanita tua menyebalkan, ibunya sendiri— Mitsuki.
Mitsuki membawakan baki berisi semangkuk sup dan sepiring nasi, ia pun duduk meletakkan baki itu di atas meja kecil. "Apa kau sudah mendingan? Setelah makan kita akan pergi ke dokter."
Katsuki mengambil sepiring nasi, menuangkan nasi tersebut ke dalam kuah sup, mencicipi masakan ibunya, agak kecewa karena tidak ada rasa pedas.
"Sepertinya tidak usah, aku merasa baikan."
"Tetap saja harus diperiksa!" Perintah Mitsuki, ia menatap tajam sedikit rasa khawatir terukir di wajah sang ibu, walaupun Mitsuki terkenal tegas dan galak dia sangat amat sayang dengan anak laki-lakinya yang keras kepala ini.
"Sudah kubilang aku sudah baikan!" Balas Katsuki, sang ibu memukul kepala Katsuki, menegur anaknya agar tidak berteriak.
Mitsuki menempelkan telapak tangannya pada kening sang anak, suhu tubuhnya tidak sepanas saat Mitsuki datang untuk menjenguk. Sebagai ibu tentu saja dia masih khawatir.
"Aku kemarin bermain bola, lanjut pergi ke gym, telat makan siang, sepertinya aku hanya kecapekan."
Mitsuki lagi-lagi memukul kepala Katsuki, dia tau anaknya ini sangat aktif, orang kuat pun pasti akan kecapekan jika pulang berlatih langsung lanjut menyiksa diri di gym.
"Kalau begitu aku pulang, jangan sungkan menelponku lagi kalau ternyata sakitmu parah."
"Pulanglah! Aku yakin kau sangat sibuk dengan bisnismu."
"Kau tau, kau lebih berharga dibanding pekerjaanku, Katsuki. Walaupun aku sibuk aku akan memastikan untuk datang jika kau memanggilku."
Mitsuki berdiri, ia memukul lagi kepala Katsuki, wajah Katsuki memerah, tidak biasa mendengar kata terang-terangan dari sang Ibu, Katsuki tau betul sang ibu sangat menyayanginya, mereka hanya jarang menghabiskan waktu bersama dan Katsuki adalah seseorang yang tidak mau merepotkan orang tua.
"Diam, Ma! Kau menjijikkan." Gerutunya menutupi rasa malu, Mitsuki mengacak-acak rambut anaknya.
"Ada banyak makanan aku tinggalkan di kulkas, kau tinggal menghangatkannya saja."
.
.
.
.
.Katsuki berjalan ke kamar mandi, dia tidak bisa lama-lama membiarkan tubuhnya penuh keringat, ia menghidupkan keran shower, membasuh badannya dari atas sampai bawah, saat Katsuki membersihkan bagian belakang, ia agak bingung kenapa ada cairan kental di sana, berpikir mungkin ini akibat keringat dan celana yang ia pakai terlalu lama. Katsuki membersihkan lagi dengan telaten, tidak meninggalkan satu inci pun.
Saat dirasa sudah bersih, ia keluar dari kamar mandi, membuka lemari untuk mencari baju ganti, ia juga tidak lupa mengganti seprai yang basah karena keringat, masih heran karena ini pertama kalinya Katsuki berkeringat sebanyak ini.
Setelah menyelesaikan bersih-bersih, Katsuki duduk di sofa dengan pizza di tangan yang sudah dia hangatkan. Mendengus, Katsuki malah bosan di rumah, dia rasanya ingin pergi ke gym tapi tidak mau membuat dirinya kecapekan lagi. Ia menekan-nekan remot, mencari acara televisi yang mungkin akan bisa menghiburnya, tapi yang ia dapat hanyalah drama membosankan.
Dipikir-pikir, hari ini Katsuki belum meminum pil dari Izuku, ia pun mengambil benda tersebut dari dalam laci, mengunyah pil tersebut layaknya permen, rasa pil ini juga manis, seperti rasa karamel, dia jadi mengingat saat masa kecil di mana Mitsuki sering memberikan vitamin dengan bentuk gummy bear.
KAMU SEDANG MEMBACA
[DekuBaku] Claimed
FanfictionIzuku, seorang peneliti muda yang berdinamik alpha jatuh cinta kepada seseorang yang mustahil untuk dia dapat. Tapi.. apakah benar hal itu mustahil? #dekubaku #psychodeku